Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Meninjau dan Meresensi Novel Belenggu Karya Armijn Pane
22 Oktober 2022 11:04 WIB
Tulisan dari Nabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Judul: Belenggu
Pengarang: Armijn Pane
Penerbit: Dian Rakyat
Jumlah halaman: 150 Halaman
ADVERTISEMENT
Terbit: 1940
Peresensi: Nabila - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Siapa yang tidak mengenal Armijn Pane? Armijn Pane merupakan seorang sastrawan Indonesia. Tahun 1933 bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Amir Hamzah membangun majalah Pujangga Baru yang mampu mengintegrasikan penulis-penulis dan pendukung lainnya dari seluruh penjuru Hindia Belanda untuk memulai sebuah pergerakan modernisme sastra. Salah satu karya sastranya yang terkenal adalah novel Belenggu (1940).
Selain menulis novel dan puisi, Armijn Pane juga menulis kritik sastra. Tulisan-tulisannya yang beredar pada Pujangga Baru, terutama di edisi-edisi awal menunjukkan wawasannya yang sangat luas dibandingkan dengan beberapa kontributor lainnya seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan saudara laki-laki Armijn yaitu Sanusi Pane, kemampuan mengalkulasi dan menimbang yang adil dan tidak terlalu terpengaruh suasana pergerakan nasionalisme yang terutama di perioda akhir Pujangga Baru menjadi sangat politis dan dikotomis. Salah satu karya sastranya yang terkenal adalah novel Belenggu (1940).
ADVERTISEMENT
Pada novelnya yang berjudul Belenggu menunjukan gaya romantisme, membangkitkan suasana dan perasaan yang melantun dan bergantian dalam ritme yang terpola dengan suasana lain yang bahkan cenderung sedih. Novel Belenggu ini merupakan novel satu-satunya yang diterbitkan oleh majalah sastra dan sekaligus novel psikologis Indonesia pertama. Belenggu mengutamakan konflik psikis tokoh. Novel ini menunjukkan bahwa sifat modern dan tradisional itu sebenarnya berlawanan.
Buku yang menghebohkan karena dipuji dan dicela banyak orang yang akhirnya menjadi salah satu roman klasik modern Indonesia. Novel ini bercerita tentang seorang dokter yang bernama Sukartono alias Tono. Dokter yang banyak sekali pasiennya karena sifatnya yang santun, pintar dan siap menolong orang kapanpun. Tetapi sangat disayangkan, dokter Sukartono kurang bahagia dengan profesinya. Sebab, dia lebih menggemari bidang seni terutama musik.
ADVERTISEMENT
Di dalam novel tersebut, Tono tidak bahagia hidup dengan istrinya yang bernama Sumartini atau biasa dipanggil Tini. Karena Tini lebih suka menyita waktunya untuk berorganisasi daripada mengurus rumah tangganya. Tetapi, Tini juga merasa tidak bahagia karena kehidupan masa lalunya dengan Hartono yang sampai saat ini masih ia cintai, dan yang tak lain adalah teman baik suaminya, Sukartono. Namun, jauh di dalam hati Tini, dia sangat mencintai Tono. Begitupun sebaliknya, Tono juga mencintai Tini. Namun mereka saling tidak mengetahui, karena selalu bersikap dingin dan tidak suka bertukar pikiran.
Kebahagiaan mulai muncul ketika Tono bertemu dengan perempuan yang tidak lain adalah teman masa kecilnya yaitu Siti Rohayah alias Siti Hayati dan biasa dipanggil Yah, penyanyi keroncong yang selama ini membuat Tono terpesona. Kemudian Tono pun mulai jatuh cinta kepada Siti Rohayah, dan sering bertamu kerumah Siti Rohayah untuk mencari ketenangan.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan yang dirasakan Tono tidak berjalan lama. Sebab Tini mengetahui bahwa Tono sering bertemu dengan Siti Rohayah. Dan tidak lama kemudian Tini mengambil keputusan untuk berpisah dengan Tono, dan memilih pergi ke Surabaya untuk mengelola rumah piatu. Tetapi entah mengapa Siti Rohayah pun pergi meninggalkan Tono, lelaki yang sangat ia cintai sejak kecil. Akhirnya, Tono merasa sedih dan kesepian karena orang-orang yang berarti dalam hidupnya pergi meninggalkan dia.
Adapun kelebihan dalam novel Belenggu ini adalah warna sampul cukup menarik dengan perpaduan warna yang cocok, sinopsis yang terdapat disampul belakang cukup lengkap, sehingga dapat merangkum semua isi cerita novel, dan cerita novel menarik dan menginspirasi. Adapun kekurangan dalam novel ini yaitu bahasa yang digunakan cukup sulit dimengerti, karena menggunakan bahasa Indonesia klasik, dan kertas setiap halaman terlalu tipis sehingga akan mudah sobek.
ADVERTISEMENT