Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Shoppertainment Hadir sebagai Terobosan atau Tantangan?
8 Januari 2024 11:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nabilatul Dzakiyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Shoppertainment merupakan perdagangan berbasis konten gabungan antara belanja dan hiburan yang menarik bagi pelanggan. Tentu saja, pengalaman emosi pelangggan mempengaruhi keputusan pembelian. Bagi penjual, kehadiran Shoppertainment membawa sejumlah manfaat. Wajar jika Shoppertainment memiliki potensi besar untuk meningkatkan peluang pasar, terutama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Shoppertainment, sebagai gabungan antara belanja dan hiburan, memang secara kuat menciptakan pengalaman menarik bagi pelanggan. Pertama-tama, kemampuan untuk menampilkan video interaktif, di mana pelanggan dapat mengklik item dalam video dan langsung membelinya dari penjual, seperti yang sering ditemui dalam fitur story Instagram. Live streaming juga menjadi alasan kedua yang mendukung, memungkinkan pelanggan untuk berinteraksi secara langsung dengan perwakilan toko dan melakukan pembelian produk secara real time. Adanya augmented reality (AR) menjadi alasan ketiga yang signifikan, memberikan pelanggan kemampuan untuk melihat secara virtual bagaimana produk akan terlihat di rumah sebelum mereka memutuskan untuk membelinya, sebagaimana diterapkan oleh Ikea melalui aplikasi "Ikea Place". Faktor keempat adalah penggunaan gamifikasi, di mana elemen-elemen kontes dan penghargaan ditambahkan ke dalam proses belanja, contohnya seperti aplikasi "Sephora to Go" yang memiliki fitur "Spin to Win", memberikan penghargaan kepada pelanggan dalam bentuk diskon, produk gratis, atau hadiah lainnya. Terakhir, trivia dan kuis dalam fitur "Amazon Quiz" memberikan sentuhan interaktif lainnya. Amazon berhasil memanfaatkan strategi ini dengan memberikan pertanyaan harian kepada pelanggan, yang jika dijawab dengan benar, dapat memberikan hadiah seperti kartu hadiah Amazon, perangkat elektronik, atau produk lainnya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman emosi pelanggan memiliki dampak yang signifikan pada keputusan pembelian. Bernd Herbert Schmitt, seorang profesor bisnis di Columbia Business School, menyatakan bahwa pengalaman pelanggan terhadap suatu merek memiliki sifat membujuk dan dapat memengaruhi keputusan pembelian. Schmitt menekankan bahwa emosi, seperti perasaan gembira, memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan pelanggan.
Banyak manfaat yang diperoleh melalui penerapan shoppertainment bagi penjual. Pertama-tama, terdapat peningkatan keterlibatan dan loyalitas pelanggan yang menghasilkan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dan berkesan. Dengan mempersembahkan momen-momen yang memikat, pelanggan cenderung tidak hanya kembali berbelanja tetapi juga merujuk toko e-commerce kepada orang lain. Selain itu, shoppertainment membawa dampak positif pada peningkatan citra dan reputasi merek. Melalui pengalaman shoppertainment yang positif, terbentuk rasa koneksi pribadi di dunia online yang membawa keuntungan lebih lanjut bagi penjual. Lebih jauh, kontribusi shoppertainment tidak terbatas pada aspek keterlibatan pelanggan saja, melainkan juga pada peningkatan traffic dan penjualan. Dengan memanfaatkan berbagai strategi seperti flash sale, kampanye beragam, peluncuran produk, dan cara belanja live streaming, penjual dapat merasakan dampak positif shoppertainment dalam meningkatkan kunjungan di situs web mereka.
ADVERTISEMENT
Data mengenai Shoppertainment muncul dari hasil studi terbaru oleh TikTok dan Boston Consulting Group (BCG). Analisis menunjukkan bahwa Shoppertainment dapat membuka peluang pasar senilai 1 triliun USD bagi brand di Asia Pasifik pada tahun 2025. Di Indonesia, sebanyak 83% dari responden menyatakan bahwa mereka menonton video yang kemudian berlanjut menjadi pembelian. Studi ini memprediksi kenaikan signifikan dalam Gross Merchandise Value (GMV) di Indonesia dari 6,5 miliar USD di tahun 2022 menjadi 27,3 miliar USD di tahun 2025, dengan kenaikan sebesar 62%. Melalui fakta-fakta ini, wajar bagi kita untuk menyimpulkan bahwa Shoppertainment memiliki potensi besar untuk meningkatkan peluang pasar, khususnya di Indonesia.
Regulasi terkait shoppertainment di Indonesia masih menjadi titik perhatian, terutama setelah beberapa peristiwa terkait penghentian operasional TikTok Shop. Meskipun shoppertainment memberikan manfaat besar bagi pelanggan dan penjual, peraturan yang berkaitan dengan bisnis ini perlu dikaji dan diatur secara jelas untuk memastikan kelangsungan dan keberlanjutan industri ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu permasalahan yang muncul adalah pemisahan antara e-commerce dan social commerce, seperti yang telah diatur oleh pemerintah. Hal ini menjadi penting untuk menjaga persaingan yang sehat dan memberikan kejelasan aturan bagi pelaku usaha. Penghentian operasional TikTok Shop menunjukkan bahwa pemerintah memiliki kebijakan yang ketat terkait hal ini.
Menurut Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, digitalisasi adalah keniscayaan, dan pemerintah tidak akan menutup seluruh e-commerce. Namun, ia menyatakan bahwa harus ada pembelajaran dan pengaturan bagi mereka yang belum mengerti digitalisasi. Pemerintah fokus pada pengembangan (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) UMKM dan pertumbuhan industri, namun tetap memperhatikan dampak terhadap pedagang offline.
Dilansir dari KOMPAS.COM, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Isy Karim mencatat bahwa pemerintah memberikan opsi kepada TikTok untuk membuka e-commerce baru di Indonesia. Namun, TikTok memilih untuk berkolaborasi dengan Tokopedia sebagai langkah pintas. Meskipun demikian, kepatuhan terhadap peraturan tetap menjadi fokus utama, dan TikTok diharapkan untuk mematuhi Permendag Nomor 31 Tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
ADVERTISEMENT
Penting untuk dicatat bahwa aturan tersebut melibatkan larangan bagi social commerce, seperti TikTok Shop, untuk melakukan transaksi dagang langsung di platform mereka. TikTok diberi tenggat waktu 3-4 bulan untuk mengalihkan semua transaksi dagangnya ke Tokopedia, yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menegakkan regulasi.
Alasan di balik batasan waktu tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada TikTok dan e-commerce lainnya, seperti Shopee, untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Permendag Nomor 31. Proses penyesuaian ini mencakup pemisahan transaksi dagang dari platform promosi. Jika setelah April 2024 layanan transaksi pembayaran masih tetap disatukan di platform yang sama, Kemendag berkomitmen untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Regulasi ini mencerminkan upaya pemerintah untuk memastikan bahwa Shoppertainment dan social commerce di Indonesia beroperasi sesuai dengan aturan yang ada. Selain memberikan kejelasan bagi pelaku industri, regulasi ini juga bertujuan untuk melindungi konsumen dan menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan beretika. Oleh karena itu, pemangku kepentingan di industri Shoppertainment di Indonesia perlu memperhatikan perkembangan regulasi ini untuk memastikan kepatuhan dan kelangsungan operasional yang baik.
ADVERTISEMENT
Nabilatul Dzakiyyah, Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasii, Prodi Jurnalistik Semester 5.