Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
SNMPTN 2021 bak Pintu yang Tertutup
24 November 2023 9:41 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nada Alifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini pengumuman SNMPTN 2021. Hari ini aku gagal. Meski rasanya susah untuk menerima, setidaknya aku beruntung. Beruntung sekali sebab ayah bundaku istimewa.
ADVERTISEMENT
Sejak semalam atau beberapa sebelumnya, kita – aku dan aku – sudah sepakat. Jika terjadi sesuai apa yang diharapkan juga sebaliknya. Sudah sepakat dengan segala rentetan hal yang diakibatkan.
Dan ,ya, menerima banyak kata, “gimana?” melalu sosial media cukup mendebarkan. Dengan lapang hati kubilang keadaannya. Bahkan ketika harus berbicara lewat telepon, tak ada isak tangis yang terlihat karena nyatanya memang tidak ada. Belum ada, mungkin.
“Kok bisa si, ga sedih ?” tanya suara di ujung telepon, “karena orang sedih cuma butuh teman kan?” mataku berkedip cepat, “dan lihat ada puluhan ribu orang yang menghadapi,” atau dengan susunan kata lain, “karena aku ga punya alasan untuk tidak menerima keadaan. Toh, nilaiku juga segitu, portoku juga seadanya.”
ADVERTISEMENT
Tapi ketika ayah memasuki kamar dan duduk di sampingku, rasanya hujan akan tiba. Kucoba menahan namun justru panas yang terasa di tenggorokan. Berhasil, tangisnya tidak pecah.
Sesaat sebelum meninggalkan ruangan, ia meninggalkan tanya, “bunda sudah tau belum?” tak ada jawaban kecuali gelengan kepala.
Suara bunda memanggil, ‘Duh, tugas rumahku belum selesai.’ Oke I’m coming.
Entah bagaimana rasanya, baru saja duduk bersimpuh di sebelahnya sudah membasahi kelopak mata. Ingat sekali, bahuku di belakang bahunya, bersila sambil duduk – tak berani menatapnya. Saat itu aku beruntung sekali.
Takutku tentang menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi dan pertanyaan lain yang mengerikan. Terhempas. Tak lama ayah melengkapi majelis kami. Menguatkan bahwa ayah bunda tak pernah kecewa. Tidak sedih. Hei padahal sejak bersimpuh tadi mataku sudah menjadi sumber mata air. tak kuasa menahan panas di pangkal tenggorokan.
ADVERTISEMENT
“Tenang, masih ada jalur lainnya,” juga, “kalaupun tahun depan masih harus mencoba, ya, kita jalani.” Menenangkan dan membuat semakin bercucuran.
Ada banyak jalan yang bermuara pada pintu-pintu kehidupan. Tapi tak semua orang bisa melewati hanya untuk sekedar mengetuk, apalagi memasukinya. Sejak kemarin aku sudah sampai di depan pintu, mengetuk dan bertanya, ”Apakah pintu ini terbuka?” meski hanya dalam hati. Jam tiga sore tadi, perantara-Nya sampai, ”maaf, anda tidak lolos. Masih ada jalur lain.”
Hari ini aku gagal dan, ya, pintu yang sangat diharapkan itu tertutup. Seperti katanya, cara paling mudah untuk mengetahui pintu mana yang tertutup adalah dengan mendatanginya. Meskipun begitu, paling tidak hanya tidak dapat memasuki satu pintu dari ratusan pintu yang pernah dilalui.
ADVERTISEMENT
Bukan lagi tentang lolos atau tidak atau pintu apa yang akan dilewati. Ini tentang menjemput yang sudah ditakdirkan, tak peduli pintu apa, jalur mana yang harus dilewati. Dengan segenap rasa yang ada, masih ada kasur empuk, makanan yang enak, juga baju yang melekat untuk malam ini. Terima kasih, untuk Pemilik Semesta Alam.