Konten dari Pengguna
Di Tengah Ketegangan Masih Ada Ruang untuk Harapan
21 Juni 2025 14:37 WIB
·
waktu baca 2 menitKiriman Pengguna
Di Tengah Ketegangan Masih Ada Ruang untuk Harapan
Mungkin hari ini Iran dan Israel belum sampai pada titik damai. Tapi dengan kesadaran kolektif, keinginan untuk mendengar, dan keberanian untuk memahami, masa depan yang lebih baik bukanlah mimpi.Nada Chryzelda

Tulisan dari Nada Chryzelda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ketika berita dunia dipenuhi kabar tentang meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, mudah sekali bagi kita untuk merasa lelah, pesimis, atau bahkan takut. Dua negara ini kembali menjadi sorotan, dan narasi yang muncul nyaris selalu sama: konflik, ancaman, dan kekhawatiran.
Namun, di balik kabut tebal ketegangan politik, ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan: kemanusiaan.
Iran dan Israel bukan hanya sekadar nama negara. Mereka adalah rumah bagi jutaan manusia. Di Teheran maupun Tel Aviv, ada anak-anak yang sedang belajar membaca, ada ibu yang menyiapkan makan malam untuk keluarganya, ada mahasiswa yang sedang bercita-cita menjadi dokter atau ilmuwan. Mereka tidak memilih konflik; mereka memilih hidup.
Dalam momen seperti ini, suara-suara damai menjadi sangat penting—bukan untuk menyangkal kenyataan, tetapi untuk menawarkan harapan. Kita tidak bisa menutup mata terhadap ketegangan yang ada, tapi kita juga tidak harus menyerah pada rasa takut.
Justru di masa-masa sulit, dunia perlu ingat bahwa perdamaian bukan ilusi. Ia nyata, meskipun rapuh. Ia ada, meskipun tak selalu tampak di berita utama.
Bahkan di tengah konflik, selalu ada individu atau kelompok dari kedua sisi yang diam-diam membangun jembatan: melalui seni, pendidikan, kemanusiaan, atau hanya melalui keberanian untuk saling memahami. Aktivis perdamaian, dokter lintas batas, guru yang mengajarkan toleransi—mereka adalah bukti bahwa tidak semua harus saling menyerang. Ada jalan untuk merangkul.
Kita, sebagai bagian dari komunitas global, juga punya peran. Kita bisa memilih untuk tidak memperkuat kebencian. Kita bisa menyebarkan kisah-kisah yang membangun, mendukung upaya perdamaian, dan mendorong empati, bukan permusuhan.
Kondisi saat ini memang menantang, tetapi tidak selamanya gelap. Dunia telah berkali-kali belajar bahwa bahkan dalam konflik yang paling keras pun, pintu dialog tidak pernah benar-benar tertutup. Kadang hanya perlu satu niat baik untuk membukanya kembali.
Mungkin hari ini Iran dan Israel belum sampai pada titik damai. Tapi dengan kesadaran kolektif, keinginan untuk mendengar, dan keberanian untuk memahami, masa depan yang lebih baik bukanlah mimpi.
Karena pada akhirnya, kemanusiaan selalu punya suara yang lebih kuat—jika kita bersedia mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Terima kasih sudah membaca.