Penguraian Sampah Organik Menggunakan Maggot Oleh Mahasiswa KKN-T UPNV JATIM

Nada Salsabilah
Mahasiswi UPN Veteran Jawa Timur
Konten dari Pengguna
15 Desember 2022 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nada Salsabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemberian Sampah Organik kepada Maggot Untuk Penguraian (Kredit Foto: Dokumen Pribadi Kelompok 15 KKN-T MBKM UPN Veteran Jawa Timur)
zoom-in-whitePerbesar
Pemberian Sampah Organik kepada Maggot Untuk Penguraian (Kredit Foto: Dokumen Pribadi Kelompok 15 KKN-T MBKM UPN Veteran Jawa Timur)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampah atau limbah organik rumah tangga yang menumpuk menjadi masalah penting bagi masyarakat karena masih banyak yang belum memanfaatkan sampahnya secara maksimal, dan dampak yang dihasilkan apabila kita membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan seperti menyebabkan banjir, mencemari tanah, menyebabkan bau yang busuk apabila didiamkan dengan waktu yang lama dan dapat mendatangkan berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
Dengan permasalahan diatas, Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur KKN-T MBKM Kelompok 15 yang ditempatkan di Desa Wonorejo, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, merancang program kerja untuk menguraikan sampah organik menggunakan maggot untuk membantu masyarakat perihal penanggulangan sampah. Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa KKN-T mengadakan kegiatan sosialisasi pada Kamis (1/12) lalu dengan sasaran sosialisasi, yaitu para kader dan masyarakat sekitar desa. Dalam prosesnya, mahasiswa tidak hanya membahas mengenai manfaat maggot sebagai pengurai sampah organik tetapi juga membahas manfaat maggot lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai ladang bisnis dan bagaimana maggot dapat dibudidayakan untuk dijadikan sebagai pakan unggas.
Mengenalkan budidaya maggot terhadap warga Desa Wonorejo adalah solusi untuk penguraian sampah organik dan sekaligus mengembangkan budidaya maggot di Desa Wonorejo. Maggot sendiri adalah larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), lalat ini dapat ditemukan ditempat yang teduh dan bersih. Sebagai praktek dalam budidayanya, mahasiswa melakukan budidaya maggot secara mandiri dan memancing lalat BSF untuk bertelur di tempat yang berisi makanan fermentasi yang disiapkan untuk menjadi tempat lalat tersebut bertelur, sebelum telur tersebut dipindahkan ke wadah lain untuk proses perkembangbiakan menjadi larva maggot. Pada saat dilakukannya pemancingan lalat BSF, pastikan penempatan makanan fermentasi tersebut merupakan tempat yang teduh, bersih, dan jauh ancaman hewan lain. Dalam sekali makan, larva maggot memerlukan sampah organik 2 hingga 5 kilogram banyaknya, dan semakin besar maggot, maka semakin banyak pula konsumsi sampah organiknya. Maggot siap untuk dipanen ketika larva berusia 25 hari dan tidak dapat disimpan terlalu lama, karena maggot dapat menjadi pupa dan akan kembali menjadi lalat BSF sesuai dengan metamorfosisnya.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi program budidaya larva maggot dalam penanggulangan sampah organik di Desa Wonorejo dilakukan dengan baik. Kader dan masyarakat sekitar desa yang datang pada saat sosialisasi cukup antusias dengan sosialisasi dan praktek budidaya maggot yang ditunjukkan secara langsung. Mahasiswa yang menjadi pemateri menjelaskan mulai dari bagaimana cara untuk mendapatkan telur lalat BSF, cara merawat larva maggot, cara untuk memberi makan larva maggot, hingga cara untuk menjual larva maggot yang siap panen. Para mahasiswa berharap masyarakat sekitar dapat memahami materi yang dijelaskan dan dapat memanfaatkan dengan baik larva maggot yang telah diberikan sebagai alternatif penguraian sampah organik agar masyarakat tidak lagi membuang sampahnya sembarangan dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.
ADVERTISEMENT