Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fakta Unik Pasar Tradisional Labala NTT, Budaya Barter Masih Dipertahankan Loh!
5 Juli 2023 23:37 WIB
Tulisan dari Nadhifa Fitrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesona Indonesia tak akan ada habisnya jika diperbincangkan. Keindahan bawah laut dan berbagai kekayaan hayati menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satunya adalah Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Tidak hanya keindahan yang mempesona, Lembata memiliki pasar tradisional yang masih kental dengan adat istiadat, yaitu Pasar Labala. Tahukah Anda bahwa hingga kini Pasar Labala masih mempertahankan budaya barter sebagai alat pembayaran?
ADVERTISEMENT
Di zaman yang semakin maju dimana perputaran uang semakin meningkat, dengan berdirinya Bank Pemerintah dan Swasta, bahkan pasar dapat dinikmati secara online dengan diperkenalkannya belanja online. Namun masyarakat yang tinggal di Desa Labala tetap menggunakan sistem barter dengan tetap menjaga warisan budayanya. Menariknya, saat Anda berkunjung ke pasar tradisional Labala, Anda bisa melihat adanya interaksi sosial antara masyarakat pesisir dan pegunungan yang berasal dari berbagai daerah.
Di desa terpencil manapun mungkin Anda jarang menjumpai pasar yang masih berlangsung sistem barter atau tukar menukar barang. Hanya sebagian besar yang masih menggunakan sistem barter. Salah satunya di Desa Labala, dimana budaya barter masih berlaku bahkan sampai saat ini tidak pudar ditelan zaman.
ADVERTISEMENT
Budaya tukar menukar masih dipertahankan oleh masyarakat Labala, karena meyakini bahwa budaya barter di pasar tradisional Labala merupakan alat untuk mempererat tali persaudaraan antar umat beragama. Sistem tukar menukar di pasar Labala masih dipertahankan hingga kini karena merupakan warisan dari nenek moyang memiliki makna maupun sejarah tersendiri.
Adanya budaya barter dikarenakan diberlakukan pembayaran pajak oleh Belanda kepada Masyarakat Labala yang akhirnya disepakati oleh orang-orang di Desa Labala bahwa setiap hari Rabu diadakan pasar barter atau bisa disebut juga dengan pasar Labala.
Dengan adanya praktik tukar menukar barang maupun jasa, dapat menciptakan perdamaian sosial, ekonomi, dan agama. Jadi kurang lengkap rasanya jika Anda membincangkan kebudayaan tanpa menghadirkan masyarakat yang hidup dan menghidupkan keluarga dari budaya Barter di Labala, Selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Budaya barter di pasar tradisional Labala dimulai ketika masyarakat pegunungan dan pesisir pantai sedang berada di atas kapal. Setelah proses barter dilakukan, proses barter berlanjut saat masyarakat pantai pergi ke daerah pegunungan untuk menukarkan hasil laut dengan hasil pertanian dari gunung. Tentu saja, proses ini memakan waktu lama dan masih terus dilakukan hingga sekarang.
Pasar Labala yang merupakan pasar tradisional terletak di desa terpencil di bagian selatan pulau Lembata dianggap unik, hal ini karena masyarakat pegunungan dan pesisir memasarkan barang dagangannya dengan bahasa daerah yang berbeda. Anehnya, masyarakat saling mengerti satu sama lain. Di sinilah Anda dapat mengetahui bahwa adanya pembauran budaya, dan jangan heran jika orang yang berasal dari daerah seringkali menguasai beberapa bahasa sekaligus.
Keunikan lain yang terdapat dalam budaya barter di pasar tradisional Labala adalah ketika sebelum proses barter dilakukan, ada seorang petugas yang ditugaskan untuk meniup peluit terlebih dahulu hingga kemudian melakukan proses barter. Tak hanya mempertahankan budaya barter saja, akan tetapi ada juga pasar tradisional yang memiliki kesamaan dengan pasar modern.
ADVERTISEMENT
Anda dapat menemukan berbagai macam dagangan, seperti pakaian, alat elektronik, perabotan dapur, serta transaksi jual-beli ini menggunakan uang sebagai alat tukar-menukar. Tentu hal ini berbanding terbalik dengan budaya barter yang terdapat di Desa Labala, yang mana hanya memasarkan hasil bumi dan transaksi tidak menggunakan uang sebagai alat tukar menukar.
Masyarakat Labala selalu menanamkan dalam pikiran bahwa hanya di pasar barterlah masyarakat dapat saling berinteraksi tanpa hambatan dan perbedaan. Dengan adanya budaya barter juga menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri bagi masyarakat Labala.
Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk melihat dan mencoba secara langsung sensasi berbelanja dengan menggunakan sistem barter di pasar Labala, Nusa Tenggara Timur?