Konten dari Pengguna

Kebencian di Tengah Kebebasan Bermedia Sosial

Nadhifa Fitrina
I am a final-year journalism student at the Jakarta State Polytechnic looking for opportunities in content writer and interest in copywriter roles. Learn to level up your life. Love the wotk, the grnd, the sweat, and the hard work.
6 Juli 2023 21:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhifa Fitrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seseorang mengalami ujaran kebencian di media sosial (Sumber: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang mengalami ujaran kebencian di media sosial (Sumber: Pexels)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digitalisasi ini, jumlah pengguna media sosial kian meningkat. Batasan kebebasan personal pun menjadi abu-abu. Kini, orang bisa bebas untuk menyampaikan ide, kritik, saran dan bahkan hujatan di akun medsosnya masing-masing. Tidak sedikit diskresi lahir dari berbagai kelompok dengan opini dan argumen yang diyakini.
ADVERTISEMENT
Masyarakat disibukkan dengan isu isu politik, agama, suku bahkan sosial budaya. Hal ini sering terjadi perbedaan pendapat dalam media sosial, bahkan tak sedikit yang mengeluarkan ujaran kebencian kepada orang lain yang tidak sependapat.
Penggunaan media sosial juga membawa perubahan sosial masyarakat, karena kini hampir semua kalangan mempunyai media sosial. Dengan adanya kebebasan dalam memproduksi dan distribusi informasi di sosial media membuat tidak adanya kendali terhadap informasi yang tersebar di lingkungan penggunanya. Ini memicu tersebarnya berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian.
Data yang dihimpun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa terdapat 800 ribu situs di Indonesia menjadi penyebar hoaks dan hate speech. Sekarang terdapat banyak kasus ujaran kebencian seperti penghinaan, provokasi, dan berita bohong (hoaks) di berbagai aplikasi, Instagram salah satunya. Sebagian besar tersangka dugaan penyebar ujaran kebencian menggunakan akun palsu atau nama fiktif. Mereka mendapat informasi palsu dari media sosial juga, kemudian mereka menyebarkan tanpa memeriksa keaslian informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Alhasil info yang mereka sebar menyebabkan kebingungan di masyarakat. Dengan begitu tindakan ujaran kebencian berlaku sebagai penyampaian argumentasi yang berisi kata kata provokasi, hasutan dan hinaan terhadap hal tertentu, seluruh kata ujaran yang diucapkan sesungguhnya berisi fungsi komunikasi tertentu yang sudah pasti memiliki niat tertentu.
Perbedaan pendapat menjadi faktor seseorang melakukan ujaran kebencian, perbedaan pendapat yang dimaksud adalah dalam menanggapi suatu konten yang dibuat oleh seseorang di media sosial dimulai dari ketidaksamaan pemikiran oleh segala sesuatu yang disampaikan orang lain sampai memaksakan pendapatnya agar diterima oleh khalayak lain agar sama seperti dirinya.
Media sosial dipilih sebagai wadah pelampiasan ketika dirinya menghadapi masalah di kehidupan nyata maka pelampiasan yang dilakukannya adalah menghujat yang dilakukan di kolom komentar seseorang yang tidak disukai. Alasan lain yang membuat seseorang melakukan ujaran kebencian adalah pengungkapan emosi. Dengan adanya media sosial semua orang bebas mengekspresikan diri mereka baik hal positif seperti berkarya dengan foto atau video maupun hal negatif seperti pelampiasan perasaan yang tidak biasa dilakukan di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Tidak menyukai sifat seseorang di media sosial juga menjadi pemicu terjadinya ujaran kebencian lewat media sosial. Biasanya terjadi pada public figure yang membuat konten kontroversial yang menyebabkan pro dan kontra di antara masyarakat. Penggunaan media sosial memiliki dampak yang sangat besar terhadap beberapa aspek kehidupan di Indonesia. Media sosial yang jangkauannya semakin luas dan aksesnya yang menjadi lebih mudah akan banyak mengubah pola pikir masyarakat.
Beredarnya info-info mengenai suatu kelompok tertentu akan membangun sentimental di antara masyarakat Indonesia. Info yang beredar belum tentu merupakan info yang benar dan dapat dibuktikan keasliannya. Dampak dari hate speech dan sikap intoleransi adalah terpecah-belahnya Indonesia karena rasa primordialisme yang terlalu tinggi dan didukung oleh adanya media sosial yang membuat sikap tersebut semakin menjadi jadi karena di media tersebut banyak orang berbondong-bondong datang untuk membela sukunya dan menjelekkan suku lain. Hal ini dapat merusak keharmonisan yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan lain, Anda dapat melakukan penyuluhan tentang cara penggunaan media sosial yang bijak. Penyuluhan ini dapat dilakukan di media sosial itu sendiri karena penyesuaian materi, segmentasi pasar, dan tujuan penyuluhan terkait harus sesuai dengan media sosial yang dituju. Dengan ini akan memudahkan penyebaran informasi dan lebih efektif untuk menjangkau lebih banyak orang. Mengingat media sosial adalah tempat yang disesuaikan oleh masing-masing pengguna, Anda juga harus selalu memilih konten apa saja yang boleh beredar di linimasa.
Jadi Anda dapat terhindar dari ujaran kebencian dan sikap intoleransi dari beberapa pengguna. Selain itu, dengan memilih konten Anda dapat mengurangi perhatian yang didapatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dan melakukan penghentian penyebaran konten hate speech maupun sikap intoleransi.
ADVERTISEMENT
Maka kasus berita bohong dan ujaran kebencian di Indonesia dapat diminimalisasi dan menjadikan masyarakat Indonesia rukun tanpa adanya perselisihan antar suku, ras, agama maupun daerah masing-masing.