Konten dari Pengguna

Representasi Patriarki dan Perlawanan Jeng Yah dalam Serial Netflix Gadis Kretek

Siyami Nadhira Ibrani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta
1 Desember 2023 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siyami Nadhira Ibrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Serial Netflix Gadis Kretek. Sumber: https://www.netflix.com/id/title/81476989
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Serial Netflix Gadis Kretek. Sumber: https://www.netflix.com/id/title/81476989
ADVERTISEMENT
Gadis Kretek adalah sebuah serial pertama orisinil Netflix Indonesia yang diproduksi oleh BASE Entertainment dan Fourcolours Films, disutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfanyah, serta Ratih Kumala dan Tanya Yuson sebagai penulis naskah. Serial ini merupakan adaptasi dari novel fiksi sejarah dengan tajuk sama, karya Ratih Kumala yang diterbitkan pada tahun 2012.
ADVERTISEMENT
Serial yang tayang pertama kali pada 2 November 2023 dengan jumlah lima episode ini dibintangi oleh beberapa artis terkenal seperti Arya Saloka, Putri Marino, Ario Bayu, hingga Dian Sastrowardoyo.
Sinopsis Gadis Kretek
Gadis Kretek menceritakan tentang kisah perjalanan cinta Dasiyah dengan Raja dan perjuangan serta ambisi Dasiyah untuk dapat menjadi peracik saus kretek di usaha Kretek Merdeka milik keluarganya.
Cerita ini dimulai saat Soeraja seorang pemilik usaha Kretek DR sedang terbaring lemah tiba-tiba berteriak menyebut nama Jeng Yah dan anak bungsunya, Lebas dibuat bingung dengan teriakannya tersebut. Lebas tidak mengetahui siapa Jeng Yah yang diteriaki oleh ayahnya, saat bertanya kepada ayahnya, beliau hanya memberikan sebuah foto dan mengatakan tolong carikan seorang perempuan bernama Jeng Yah.
ADVERTISEMENT
Lebas mulai mencari sosok perempuan misterius bernama Jeng Yah tersebut hanya dengan modal foto yang diberikan oleh ayahnya. Lebas memulai pencarian Jeng Yah dengan cara mengunjungi Museum Kretek dan di sana Lebas mendapatkan petunjuk melalui Arum.
Kembali ke masa lalu, tepatnya pada tahun 1960-an di sebuah Kota M terdapat banyak industri kretek. Kretek Merdeka dan Kretek Proklamasi merupakan industri kretek yang terkenal pada masanya.
Kretek Merdeka saat itu hampir disingkirkan oleh Kretek Proklamasi. Namun, Dasiyah yang merupakan anak pertama dari pemilik Kretek Merdeka mempunyai ide agar Kretek Merdeka tidak tersingkirkan dengan cara membuat racikan baru untuk saus kretek. Sayangnya, Pak Dibjo, peracik saus Kretek Merdeka tidak suka jika seorang perempuan masuk ke ruang saus, sebab beliau percaya jika seorang perempuan masuk ke ruang saus, rasa yang akan dihasilkan saus tersebut akan berubah menjadi asam.
ADVERTISEMENT
Representasi Budaya Patriarki
Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama serta mendominasi dalam berbagai peran yang ada di masyarakat. Patriarki adalah salah satu sistem yang sangat ditentang dan ditolak oleh para feminis, sebab patriarki menganggap bahwa perempuan dianggap hanya mampu berada di rumah untuk hamil, melahirkan, mengasuh anak atau mengerjakan pekerjaan rumah.
Dalam serial ini, terdapat banyak representasi budaya patriarki, mulai dari lingkungan tempat Jeng Yah tinggal sampai keluarganya sendiri. Hal ini tergambarkan dari Jeng Yah tidak boleh masuk ke ruang saus karena dia seorang perempuan. Hanya laki-laki yang boleh meracik saus, sebab jika perempuan meracik sars maka rasanya akan asam. Bahkan, ketika Jeng Yah ketahuan diam-diam masuk ruang saus, ruangan tersebut langsung dibersihkan agar tidak bau perempuan. Selain itu, saat Jeng Yah Ikut bapaknya ke pasar, ia mendapatkan cibiran karena seharusnya anak gadis tidak ikut bapaknya mengurus bisnis di pasar, tetapi diam di rumah melakukan pekerjaan perempuan. Jeng Yah juga mendapatkan omongan yang tidak enak ketika dia sedang menggantikan bapaknya untuk menerima pesanan tembakau. Penjual tembakau tersebut mengatakan bahwa seharusnya Jeng Yah mencari laki-laki dan menikah bukan mengurus bisnis, karena itu tugas laki-laki, tugas perempuan hanya di dapur. Ibu Jeng Yah pun mengatakan hal yang sama, bahwa Jeng Yah tidak usah mengurus bisnis kretek, seharusnya Jeng Yah segera mencari laki-laki dan menikah karena perempuan itu tugasnya hanya macak, masak, manak. Kemudian, setelah Jeng Yah bertunangan dengan Seno, Jeng Yah disuruh berhenti untuk membantu bisnis kretek bapaknya dan mulai belajar pekerjaan perempuan seperti memasak dan menjahit. Seno juga mengatakan bahwa ketika mereka sudah menikah, Jeng Yah akan berhenti bekerja.
ADVERTISEMENT
Dari scene-scene yang telah disebutkan, dapat dilihat bahwa terdapat banyak representasi budaya patriarki di serial ini. Bentuk budaya patriarki yang paling dominan pada serial ini adalah patriarki dalam bidang pekerjaan. Jeng Yah tidak mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dalam mengurus bisnis ataupun mencoba meracik saus kretek hanya karena dia seorang perempuan. Selain itu, budaya patriarki di sini juga tergambarkan dari bagaimana perempuan dilihat sebagai seseorang yang hanya perlu bisa 3M yakni, macak, masak, manak.
Perlawanan Jeng Yah terhadap Budaya Patriarki
Budaya patriarki dalam serial ini sangat melekat, terbukti dengan representasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Di dalam kultur masyarakat yang masih kental dengan sistem sosial patriarki ini, Jeng Yah tetap berdiri dengan tegak seolah dia siap untuk menantang dan melawan budaya patriarki.
ADVERTISEMENT
Jeng Yah memiliki bentuk keinginan kuat untuk bisa ikut meracik saus kretek di bisnis perusahaan kretek milik ayahnya adalah bukti bahwa Jeng Yah adalah sosok pelawan patriarki. Sebab, di dalam masyarakat dengan budaya patriarki, hanya laki-laki yang diperbolehkan untuk meracik saus. Perempuan dilarang untuk mendekati ruang saus apalagi meracik saus.
Namun, Jeng Yah tidak putus asa, dengan bantuan Soeraja, Jeng Yah pun dapat masuk ke dalam ruang saus dan mulai mencoba meracik saus. Sayangnya setelah Jeng Yah berhasil meracik saus, Pak Dibjo dan Pak Idroes, Bapaknya Jeng Yah, mengetahui bahwa Jeng Yah memasuki ruang saus. Setelah kejadian tersebut, Jeng Yah dilarang masuk ke ruangan saus dan Pak Dibjo langsung menyuruh karyawan lain untuk menaruh dupa cendana di sekitar ruangan saus agar kreteknya tidak bau perempuan dan rasanya tidak asam.
ADVERTISEMENT
Jeng Yah sempat berputus asa, bagaimana caranya agar dia dapat memberi tahu racikan saus ini kepada orang lain. Jeng Yah tidak rela jika usahanya untuk meracik saus kretek sia-sia. Soeraja tahu bahwa Jeng Yah ingin membuktikan sesuatu kepada dunia, Jeng Yah ingin memberitahu kepada dunia bahwa perempuan juga bisa melakukan pekerjaan seperti meracik saus kretek. Soeraja pun mengatakan bahwa Pak Idroes, ayah dari Jeng Yah harusnya mengetahui kalau anak perempuannya ini adalah peracik saus yang sangat istimewa. Setelah Soeraja mengatakan bahwa Pak Idroes harus mengetahui hal ini, Soeraja pun menemui Pak Idroes dan memperkenalkan kretek dengan saus racikan Jeng Yah. Pak Idroes mencoba kretek tersebut, beliau menghisap kreteknya berkali-kali dan bertanya lagi untuk memastikan apakah benar kretek yang sedang dihisap itu adalah kretek buatan anak perempuannya.
ADVERTISEMENT
Usaha Soeraja untuk menemui Pak Idroes untuk memperkenalkan kretek buatan Jeng Yah pun tidak sia-sia. Pak Idroes suka sekali dengan kretek Jeng Yah dan beliau mau untuk membantu Jeng Yah untuk meluncurkan kretek tersebut dengan nama Kretek Gadis.
Jeng Yah akhirnya dapat melawan budaya patriarki. Jeng Yah juga dapat membuktikan bahwa tugas perempuan tidak hanya untuk macak, masak, manak, tetapi perempuan juga bisa melakukan pekerjaan laki-laki seperti mengurus bisnis, meracik saus kretek dan lain sebagainya.