Konten dari Pengguna

Rumah: Tempat Berlindung atau Musuh Terbesar?

Nadhiyah Ayu Safhira
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
5 Juli 2023 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhiyah Ayu Safhira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rumah: Gambar Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rumah: Gambar Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Rumah: Tempat Berlindung atau Musuh Terbesar?
Rumah. Aku ini adalah sebuah rumah. Aku menjadi tempat tinggal bagi jutaan atau bahkan ribuan keluarga di luar sana. Bisa dibilang juga, aku ini adalah tempat untuk berlindung bagi mereka. Tempat ternyaman bagi seluruh keluarga untuk berbagi keluh dan kesah, tempat pulang untuk beristirahat, tempat untuk sekedar bercengkrama ringan sambil menikmati teh atau kopi yang hangat di waktu pagi, dan tempat untuk berlindung dari badai atau teriknya matahari. Selain itu, aku ini dapat didefinisikan sebagai tempat yang penuh dengan cerita canda dan tawa. Tempat dimana semua kenangan dari masa kecil hingga detik ini dibuat, dan juga bisa dibilang tempat yang dimana kalian akan terus mencari keberadaanya.
ADVERTISEMENT
Tentu saja rupaku ada berbagai macam. Aku bisa menjadi rumah yang sangat besar dan dipenuhi dengan kemewahan serta kemegahan. Mempunyai arsitektur yang melimpah ruah, berlapis emas, perak ataupun berlian. Dengan kemegahan yang ini juga, dalam tubuhku sudah pasti bisa menampung dua sampai lima mobil yang mewah. Belum lagi jika mereka mampu membangun sebuah bagasi yang luas, puluhan motor classic pasti juga dapat aku terima di dalam tubuhku yang besar ini. Akan tetapi, aku juga bisa menjadi rumah yang sangat sederhana. Rumah yang hanya dapat menampung satu keluarga kecil yang jauh sekali dari kata “kemegahan” ataupun “kemewahan”. Biasanya, kalau yang seperti ini rupaku akan dibuat dengan sesederhana mungkin namun dengan tujuan yang penting satu keluarga kecil ini dapat memiliki tempat untuk beristirahat.
ADVERTISEMENT
Aku juga menjadi tempat yang paling disukai bagi mereka yang mungkin terlalu lelah untuk bersosialiasi atau sekedar bercengkrama dengan dunia luar. Aku yakin seratus persen kalian juga termasuk salah satunya, benar bukan?
Nah.. jadi dapat disimpulkan kalau aku ini benar-benar memiliki jasa yang sangat penting kan bagi para manusia? Bukankan ini suatu karunia yang sangat hebat? Tapi sayangnya... aku tidak selamanya bisa menjadi arti “Rumah” yang sebenarnya bagi mereka. Terkadang aku ini juga bisa menjadi bencana yang sangat besar. Sungguh malang.
Aku, rumah, yang seharusnya bisa menjadi tempat paling disukai oleh para anggota keluarga bisa saja berbanding terbalik menjadi tempat paling dibenci bagi mereka.
Apa kamu kaget? Tenang saja, ini hal yang biasa.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, aku ini bisa dikatakan sebagai musuh atau suatu tempat yang paling dibenci. Mengapa demikian? Hal ini terjadi jika definisiku sebagai rumah yang sebenarnya telah hilang atau berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dari definisi aslinya. Akan aku berikan satu contoh kecilnya seperti.. mereka dikelilingi oleh banyak orang, namun tanpa disadari mereka masih saja merasa kesepian. Masih belum paham? Baiklah, akan aku jelaskan lebih detail sekarang.
Dalam sebuah rumah pasti terdapat satu keluarga yang utuh. Namun apakah kalian yakin bahwa semua keluarga di muka bumi ini memiliki nasib yang sama? Maksudku, apakah mereka akan selalu bahagia dan terhindar dari seluruh masalah yang melanda? Tentu saja tidak. Puluhan bahkan ribuan anak hidup menderita di dalam sebuah rumah yang nyatanya telah diisi oleh toxic family. Mereka dibuat tidak nyaman berada dirumah bersama dengan kedua orang tua mereka. Beberapa anak juga dituntut agar harus selalu mengikuti kemauan orang tua mereka tanpa mendapatkan dukungan serta perhatian yang seimbang dalam segala hal. Tidak perduli apa yang dirasakan si anak, mereka akan terus mengkekang, mengontrol anak anak mereka dengan rasa bersalah, dan selalu menganggap anak mereka sebagai beban. Terus menerus menjatuhkan mental mereka tanpa disadari dan tanpa henti. Namun, baik orang tua ataupun anak anaknya, mereka akan selalu memasang topeng mereka untuk memamerkan bahwa “Ini semua aman terkendali, tolong jangan khawatir.”
ADVERTISEMENT
Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang penuh dengan candaan para orang tua serta tawa dari anak anaknya kini malah menjadi tempat yang penuh dengan tangisan.
Mereka bahkan tidak ingat kapan terakhir kali berkumpul bersama layaknya sebuah keluarga yang normal, akan tetapi yang hanya tersisa diingatan mereka hanyalah semua kenangan buruk yang sudah lulus dilalui. Mereka butuh kedamaian dan mereka juga butuh tempat untuk beristirahat dari masalah yang ada, namun sayangnya, bukan rumah jawabannya.
Dalam kasus ini, aku, rumah, telah menjadi musuh terbesar bagi mereka.
Namun hey, apakah kalian tahu, bahwa rumah tidak selamanya berbentuk bangunan kokoh seperti yang sudah aku jelaskan tadi?
, benar sekali. Rumah juga bisa kalian temukan dalam bentuk seseorang. Seseorang yang akan terus mendengarkan keluh kesah kalian tanpa henti, seseorang yang akan membuat kalian merasa aman dan nyaman, dan seseorang yang akan selalu menerima kalian untuk pulang apapun itu kondisinya. Biasanya mereka hadir sebagai teman teman ataupun kerabat. Semoga, kalian bisa mendapatkan rumah terbaik bagi kalian, ya?
ADVERTISEMENT