Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kasus Stunting: Tantangan Besar Untuk Perekonomian Negara
26 Desember 2023 11:14 WIB
Tulisan dari Nadia Abiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelumnya kalian tahu tidak apa itu stunting? Stunting adalah masalah pertumbuhan yang umumnya dialami oleh balita karena kurangnya asupan gizi yang mungkin kurang diperhatikan oleh orang tua mereka. Balita yang sedang dalam proses pertumbuhan seharusnya dapat diperhatikan lagi asupan gizinya. Tak hanya saat balita saja, ternyata saat anak masih dalam kandungan, sang ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi agar nutrisi janinnya terpenuhi. Karena stunting mulai terjadi saat sang anak dalam kandungan.
ADVERTISEMENT
Angka stunting di Indonesia memang mengalami penurunan, tetapi jumlah angkanya masih lebih dari 20%. Dimana angka tersebut temasuk dalam posisi kronis. Bahkan menurut UNICEF dan WHO, angka stunting di Indonesia menempati urutan ke-27 dari 154 negara. Dan Indonesia masih menduduki peringkat ke-5 diantara negara asia lainnya dalam kasus stunting ini. Yang berarti kasus stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang signifikan di masyarakat.
Masih banyak orang tua di Indonesia yang acuh kepada kebutuhan gizi anak mereka, serta kurangnya edukasi mengenai stunting menjadi penyebab anak lahir dengan keadaan stunting. Tak hanya itu, sanitasi yang tidak memadai juga mempengaruhi. Jika masalah stunting ini tidak mengalami penurunan yang signifikan, akan menimbulkan masalah yang lebih buruk, seperti terganggunya perekonomian negara.
ADVERTISEMENT
Mengapa bisa kasus stunting mempengaruhi perekonomian negara?
Kita harus tahu bahwa, otak manusia mulai mengalami perubahan struktural dan fungsional pada minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi dan berlanjut setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun. Jika pada masa perkembangan tersebut gizi seorang anak tidak terpenuhi dengan baik, maka akan menyebabkan keterlambatan perkembangan pada otak anak (Yadika et al., 2019). Karena hal tersebut lah stunting dapat menyebabkan perkembangan kognitif pada anak menjadi terhambat.
Anak yang perkembangan kognitifnya terhambat, cenderung tingkat kepekaan mereka tidak seperti layaknya anak seumurannya. Menurut hasil penelitian dari Aurora et al. (2020), menunjukkan bahwa anak stunting mendapatkan nilai IQ lebih rendah 4,57 kali dibandingkan IQ anak yang tidak stunting. Dimana anak stunting dengan skor IQ dibawah rata-rata sebanyak 48 anak (64%). Sedangkan, anak yang tidak stunting mendapatkan nilai skor IQ rata-rata ke atas adalah 72% dan yang mendapat nilai IQ rata-rata ke bawah adalah 28%.
ADVERTISEMENT
Tentu saja hal tersebut akan berdampak buruk pada pendidikan mereka kedepannya. Mereka akan kesulitan dalam menerima pelajaran atau kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hambatan tersebut tidak hanya berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar saja, tetapi juga dalam sosial pertemanan mereka. Dan akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang tidak berkualitas
Mereka akan kesulitan dalam dunia kerja yang akan berpengaruh pada perkembangan sosial-ekonomi mereka di masa yang akan datang. Sebab risiko ini mempengaruhi jenis pekerjaan mereka saat dewasa, mereka akan mengalami penurunan kinerja pada saat bekerja dan mendapatkan pendapatan atau gaji yang rendah. Semua hal itu akan berpengaruh pada perekonomian negara yang akan mengalami penurunan. Apalagi di Indonesia jumlah tingkat kelahirannya tinggi, sehingga potensi kenaikan kasus stunting dapat terjadi.
ADVERTISEMENT
Menurut Khotimah (2022), Besar rata-rata potensi kerugian ekonomi pada balita stunting di 32 provinsi di Indonesia tahun 2013, yaitu Rp96 miliar-Rp430 miliar. Jika nilai ini dilihat dalam persentase terhadap PDRB maka besar potensi kerugian pada penurunan produktivitas 2% dan 9%, yaitu sekitar 0,15-0,67% dari rata-rata Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi-provinsi yang ada di Indonesia. Besarnya potensi kerugian ekonomi akibat produktivitas yang rendah mengakibatkan nilai kerugian yang cukup tinggi.
Lalu, bagaimana cara menangani kasus stunting ini?
Jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan masalah ekonomi yang serius. Karena setiap anak yang lahir akan menjadi sumber daya manusia yang baru untuk Negara dan memiliki produktivitas yang berbeda. Maka dari itu, sangat penting memperhatikan asupan gizi terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi ibu dan balita. Karena merupakan periode emas dan penuh tantangan untuk terhindar dari permasalah gizi dan kesehatan. Periode ini merupakan tahap tumbuh dan kembang anak (Khotimah, 2022).
ADVERTISEMENT
Pencegahan untuk masalah kesehatan ini harus tepat. Pemerintah sudah mulai aktif dalam menangani kasus stunting ini, seperti pemberian tablet tambah darah dan mengadakan program-program mengenai stunting untuk keluarga terutama ibu hamil dan balita. Pemberian edukasi bagi ibu hamil juga dapat menjadi salah satu cara penting untuk pencegahan stunting pada anak.
Salah satu contohnya, upaya pemerintah untuk mengurangi kasus stunting dilakukan oleh pemerintah di suatu kabupaten. Caranya dengan memberikan sosialiasi ke masing-masing pemerintahan di daerahnya yang masyarakatnya berstatus stunting. Dengan tujuan agar masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai stunting. Namun, hasilnya hanya sedikit masyarakat yang berpartisipasi dalam sosialisasi tersebut (Sari & Montessori, 2021).
Dengan kata lain, cara pencegahan tersebut juga belum tentu bisa menjadi solusi untuk menurunkan jumlah kasus stunting di Indonesia. Karena masih banyak orang tua terutama ibu-ibu yang tidak tertarik untuk mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah. Percuma saja, jika pemerintah sudah gencar-gencarnya membuat berbagai macam cara untuk pencegahan stunting, tetapi masyarakat Indonesia tidak memiliki antusias atau masih tidak peduli pada kesehatan anak mereka.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Tidak hanya pemerintah saja yang berupaya untuk mencegah masalah stunting ini. Tetapi, seluruh masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang daerahnya mengalami jumlah kasus stunting yang tinggi. Mereka harus turut andil dalam upaya pencegahan agar angka kasus stunting di Indonesia dapat turun sesuai dengan target. Dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas demi kemajuan perekonomian bangsa serta keluarga-keluarga di Indonesia.
Sumber Rujukan:
Aurora, W. I. D., Sitorus, R. J., & Flora, R. (2020). Perbandingan Skor IQ (Intellectual Question) Pada Anak Stunting dan Normal. Jambi Medical Journal: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 8(1), 19–25.
Khotimah, K. (2022). Dampak Stunting dalam Perekonomian di Indonesia. Jurnal Inovasi Sektor Publik, 2, 2829–1352.
ADVERTISEMENT
Sari, R. P. P., & Montessori, M. (2021). Upaya Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Mengatasi Masalah Stunting Pada Anak Balita. Journal of Civic Education, 4, 129.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 9, 273–282.
Live Update