Jika Kamu Merasa Idolamu Jatuh Cinta Padamu, Mungkin Kamu Menderita Erotomania

Nadia Ayu
Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
22 Desember 2021 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadia Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Tahukah Kamu Apa Sasaeng Fans itu?

Sasaeng Fans, nah temen-temen para penyuka oppa-oppa pasti sudah tidak asing dengan istilah ini. Bagi yang belum tahu, Sasaeng Fans adalah istilah bahasa Korea yang artinya penggemar fanatik. Saking terobsesi dengan idolanya, mereka rela untuk terus menguntit idolanya tanpa lelah sampai melanggar privasi idolanya itu. Yang membuat para Sasaeng Fans ini sangat bersikukuh pada keinginannya untuk terus mendekati idolanya adalah karena mereka memiliki keyakinan bahwa idolanya mencintai dia. Uniknya lagi, kalau idolanya dikabarkan telah menjalin hubungan dengan seseorang lainnya, mereka bisa jadi marah besar, merasa dikhianati, dan tidak ingin menerima kenyataan yang ada sama sekali.
ADVERTISEMENT
Tak hanya artis, kejadian ini juga bisa terjadi pada stalker atau penguntit yang targetnya bisa jadi hanyalah manusia biasa. Aku dan kamu juga bisa kena lho, dan bahkan bisa tanpa kita sadari.
Wah… aneh juga ya, dan kok bisa begitu? Yuk, kita cari tahu lebih lanjut!

Fenomena di Atas Kini Disebut dengan Erotomania

Photo by Kelly Sikkema from unsplash.com
ADVERTISEMENT
Awalnya, Erotomania dikenal sebagai sebuah sindrom bernama De Clerambault’s Syndrome. Namun di beberapa dekade terakhir ini, para ahli menggolongkan Erotomania sebagai bentuk gangguan delusi sesuai dengan yang ada di dalam ICD-10 dan DSM-IV (buku panduan klasifikasi gangguan mental). Sementara itu, definisi delusi yang ada di dalam DSM-IV adalah keyakinan atas kesimpulan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan objektif yang ada.
Kasus Erotomania termasuk sangat jarang terjadi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Copeland dkk., dalam setahun, hanya ada sekitar 15 dari 10.000 orang penderita Erotomania. Selain itu, studi yang dilakukan oleh Yamada dkk. di klinik psikiatri di Jepang, mengatakan penderita Erotomania mayoritasnya adalah perempuan dengan perbandingan wanita banding pria sebanyak 3:1.
ADVERTISEMENT
Dalam penggolongannya, Hollander dan Callahan membagi Erotomania menjadi dua:
• Erotomania Primer, yaitu penderita Erotomania yang tidak memiliki penyakit psikopatologis lainnya. Oleh karena itu, gangguan yang dialami hanya sebatas delusi. Sementara itu, objek delusi biasanya seperti selebriti, bangsawan, dan orang-orang populer lainnya. Dari penelitian, dikatakan penderita Erotomania Primer biasanya tidak melakukan tindak pelecehan nyata.
• Erotomania Sekunder, yaitu penderita Erotomania yang dikarenakan ia juga memiliki penyakit psikopatologis lainnya seperti Skizofrenia dan Bipolar. Gangguan yang dialami juga jadi lebih parah; delusi yang dialami sudah setingkat halusinasi yang mengakibatkan penderita bisa merasakan sentuhan, mendengar suara, melihat suatu hal yang sebenarnya tidak nyata.
Apa Tanda/Kriteria Seseorang Menderita Erotomania?
Dari penggolongan di atas, kita yang mungkin sebagian besarnya adalah orang biasa setidaknya perlu mengetahui kriteria Erotomania Primer. Kriteria penderita Erotomania Primer menurut Ellis dan Mellsop di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Adanya keyakinan dari penderita (subjek) mengenai seseorang (objek) bahwa mereka memiliki percakapan romantis.
2. Objek khayalan berasal dari kelas sosial dan ekonomi yang lebih tinggi dari subjek.
3. Menurut penderita, objeklah yang memulai pendekatan romantis.
4. Setelah ketiga hal itu dialami penderita/subjek, selanjutnya penderita Erotomania akan mulai mengalami delusi. Objek delusi biasanya tidak berubah. Bahkan penderita bisa memiliki delusi cinta yang tak nyata ini sampai bertahun-tahun.
5. Walaupun ada sikap yang bertentangan dari objek, penderita tetap mengartikan bahwa objek tersebut mencintai ataupun merayunya.
6. Dalam Erotomania Primer, penderita tidak mengalami halusinasi.
Akibatnya, seseorang dengan Erotomania salah satu dampaknya ia akan menjadi “pengikut obsesif” seperti Sasaeng Fans atau penggemar fanatik yang tadi kita bahas, stalker, penggemar terselubung, dan sebagainya. Akan tetapi, menurut Seeman, secara umum penderita Erototamia, baik Erotomania Primer maupun Sekunder, terbagi menjadi dua tipe: tipe dependen/pemalu dan tipe independen/agresif. Tipe pemalu hanya sekadar berkhayal atau berhalusinasi saja, sedangkan tipe agresif sudah sampai berani melakukan tindakan nyata seperti meneleponi "pacar" khayalannya berulang kali, mengirimi teks, mendekati objek khayalan secara langsung, dan sebagainya. Biasanya tipe agresif ini dikarenakan ia memiliki gangguan afektif bipolar atau gangguan kepribadian. Tipe atau output yang berbeda ini bergantung pada faktor lain yang mempengaruhinya seperti kepribadian pasien, sifat delusi yang dialami pasien, serta perhatian dan toleransi dari lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Lalu, Mengapa Seseorang Bisa Terkena Erotomania? Bagaimana Asal-usulnya?

Menurut Muhadjir (2011:6), setidaknya ada tiga hal yang dapat menjadi faktor sembuh-sakitnya pasien. Ketiga faktor tersebut di antaranya:
1. Faktor genetik atau organobiologi
Faktor keturunan dari keluarga dikatakan bisa menjadi salah satu penyebab seseorang terkena Erotomania. Sesuai juga dengan yang dikatakan oleh Suryani (2013:6), sebanyak 10% faktor biologis dari orang tua bisa diturunkan kepada anaknya. faktor keturunan ini bisa berasal dari orang tua langsung, kakek/nenek, atau bisa dilihat dari anggota keluarga lainnya yang memiliki riwayat gangguan kejiwaan.
2. Faktor pengalaman diri selama fase tumbuh-kembang
Pengalaman diri, terutama yang terjadi sewaktu kita masih kecil bisa sangat membekas pada ingatan bawah sadar kita yang nantinya mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Ditegaskan juga oleh Suryani (2013:5), bahwa trauma semasa kecil bisa mengakibatkan seseorang mengalami gangguan kejiwaan berupa delusi ataupun halusinasi.
ADVERTISEMENT
3. Faktor sosial-budaya
Seperti apa kondisi seseorang berada dan bagaimana masyarakat sekitar memperlakukannya dapat menjadi faktor yang membentuk kepribadian seseorang. Tak hanya kepribadian, penyakit mental yang dialami bisa besar kemungkinannya disebabkan oleh lingkungan sosialnya. Pengertian sosial-budaya atau sosiokultural ini sendiri dalam KBBI (2008:1371) merupakan “segala sesuatu yang berkaitan dengan segi sosial”.

Opini Penulis

Sampai di sini kita tentunya sama-sama mengetahui bahwa Erotomania tak hanya berdampak buruk bagi diri, tetapi juga berdampak kepada orang-orang di sekitarnya, terutama korban objek delusi dari penderita Erotomania. Oleh karena itu, hal ini harus segera diatasi dengan melewati serangkaian proses penyembuhan agar tidak menjadi penyakit yang berkepanjangan dan semakin memburuk ke depannya. Apabila ada di antara kamu merasa memiliki gejala Erotomania yang sudah disampaikan di atas ini, diharapkan untuk segera mendatangi psikolog atau psikiater, yaa!
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed.). American Psychiatric Publishing, Inc.
Susilawati, E., Winda, N., & Jannah, R. 2020. Erotomania Dalam Novel “Kotak-Kotak Ingatan” Karya Siti Meta Fatimah. https://www.jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/STI/article/view/984/476
Kelly, Brendan D. 2005. Erotomania: Epidemiology and Management. https://doi.org/10.2165/00023210-200519080-00002
Kennedy, N., McDonough, M., Kelly, B. & Berrios. 2002. Erotomania Revisited: Clinical Course and Treatment. https://doi.org/10.1053/comp.2002.29856