Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
WARUNG RASA SAYANGE: Cita Rasa Hidangan Khas Indonesia Timur di Jogja
30 Desember 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nadia Fatima Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bisa jadi cukup jarang menemukan warung makan yang menyajikan makanan khas Indonesia Timur di tengah Kota Jogja yang memiliki lidah cenderung manis. Namun, di dalam sebuah gang yang tidak terlalu besar di tengah kota, tepatnya di area Jetis, Yogyakarta, terdapat sebuah warung yang akan memenuhi ekspektasi untuk mencicipi makanan khas Indonesia Timur yang sederhana, tetapi sedap untuk dinikmati.
ADVERTISEMENT
Kepulan asap tersebar membayangi sebuah bangunan sederhana bercat hijau terang. Bangunan yang berdiri di dalam sebuah gang area pemukiman itu mengeluarkan aroma khas bakaran yang tersebar ke area jalan. ‘Warung Rasa Sayange’ terpampang jelas di spanduk bagian depan bangunan. Etalase yang menyajikan berbagai jenis ikan dan hidangan laut lainnya menjadi pusat perhatian ketika hendak memasuki bangunan warung makan. Di samping etalase terlihat pula tersangka penyebaran aroma bakaran yaitu panggangan tradisional dengan arang yang membara.
Kala itu pengunjung belum terlalu ramai karena kami datang sedikit mendahului jam makan siang, sekitar pukul 11. Sesaat kami memesan beberapa menu yang tersedia kala itu. Terlihat pilihan beberapa hidangan laut masih cukup lengkap, tetapi kami memutuskan untuk memesan ikan barakuda, cumi-cumi bakar dan goreng, ikan kakap, hingga papeda yang lengkap dengan ikan kuah kuningnya.
ADVERTISEMENT
Proses Pembakaran
Jika berpikir bahwa kondisi semua ikan dan lainnya masih hidup, tentu salah besar. Warung Rasa sayange telah membakar ikan-ikan tersebut sebelumnya. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian ketika memesan. Tidak hanya etalase dan tungku pemanggangan saja, tetapi terdapat satu ember berukuran diameter lebih dari 50 cm yang berisi rendaman air jeruk nipis di samping tungku pemanggangan. Tidak hanya satu atau dua jeruk nipis saja, tetapi cukup banyak. Usut punya usut, ternyata rendaman tersebut merupakan air yang digunakan sebagai bumbu ikan dan hidangan laut bakar lainnya. Selagi dibakar, hidangan laut yang sedang dibakar akan dicelupkan ke dalam rendaman air jeruk tersebut.
Suasana Warung Rasa Sayange
“Nasinya berapa porsi?” tanya seorang ibu yang melayani.
ADVERTISEMENT
“empat porsi, bu, sama minta papeda dan kuah kuning, ya,” jawab Ida, salah satu pelanggan yang memesan. Ia juga diberi pilihan apakah menginginkan bagian kepala atau badan untuk ikan kuah kuning yang dipesannya.
Memasuki ruangan yang tidak seberapa luas, di dindingnya terlihat beberapa foto-foto para pengunjung yang pernah berkunjung ke Warung Makan Rasa Sayange. Di dalam ruangan yang beratapkan sederhana tanpa plafon tersebut terdapat spanduk yang bertuliskan jaminan seandainya ikan yang didapatkan tidak segar, maka warung makan tersebut akan mengganti ikannya. Beberapa kursi plastik dengan meja makan terlihat dipenuhi oleh para pelanggan yang sedang menikmati hidangannya.
Keunikan Penyajian Hidangan
Tak selang lama, menu yang telah dipesan mulai disajikan di meja makan, mulai dari ikan barakuda hingga papeda kuah kuning. Namun, tiba-tiba ada berbagai menu datang, seperti tumis kangkung, tumis jantung pisang, hingga tumis daun pepaya yang ternyata akan didapatkan sebagai komplementari tanpa memesan. Tidak hanya itu, sambal andalan Warung Rasa Sayange, sambal colo-colo khas Maluku, juga tidak dilewatkan untuk disajikan.
ADVERTISEMENT
Menuangkan nasi secukupnya pada sebuah piring, menyuwir ikan kemudian mencocolkan ke sambal colo-colo terasa sangat nikmat. Daging ikan yang masih padat dengan rasa sederhana perpaduan rasa tipis gurih, manis, dan masam serta aroma asap yang menempel pada ikan disempurnakan sambal colo-colo membuat air liur berkumpul dalam mulut. Sambal colo-colo merupakan sambal khas Maluku yang terdiri dari caba, tomat, bawang merah, hingga perasan jeruk nipis. Rasa yang tidak terlalu kompleks dari ikan dan cumi-cumi karena bumbunya yang sederhana justru menjadi penyeimbang dari asam pedas segar dari sambal colo-colo yang disajikan. Tidak hanya itu, perpaduan kenyalnya Papeda dan segarnya ikan kuah kuning juga menaikkan nafsu makan kami. Cara mengolah cumi-cumi juga berhasil mempertahankan kekenyalan sehingga tidak alot ketika dimakan.
ADVERTISEMENT
“Ini biasanya untuk pengganti nasi,” ketika kami hampir menyelesaikan hidangan yang ada, tiba-tiba Bapak Feri, salah satu putra pemilik Warung Rasa Sayange yang turut mengelola, memberikan kami sepiring kombinasi singkong, ubi, dan pisang yang semuanya direbus. Ia menjelaskan bahwa umumnya umbi-umbi tersebut merupakan pengganti karbohidrat yang juga dicocolkan ke sambal. Meski bukan pertama kali saya menikmati hidangan di Warung Rasa Sayange, tetapi kala itu menjadi kali pertama saya berani untuk mencicipi singkong rebus dengan cocolan sambal colo-colo. Ternyata rasanya justru sangat cocok di lidah saya sehingga saya pun menghabiskan singkong yang telah disediakan. Selain itu, Pak Feri juga menawarkan kami seandainya ingin menambah komplementari tumis-tumisan.
Warung Rasa Sayange sebagai Rekomendasi Kuliner
Selesai menghabiskan hidangan yang telah kami pesan, jam menunjukkan pukul 11.57 WIB dan para pelanggan mulai memadati warung makan untuk menikmati santapan khas Indonesia Timur tersebut sebagai makan siang. Beberapa menu seperti cumi goreng juga terdengar telah habis produksi dan tersisa hanya cumi bakar. Perputaran yang cukup cepat dalam kurun waktu kurang dari satu jam sejak kami makan di tempat, tak heran kesegaran sangat terjaga. Satu kata yang menggambarkan pengalaman makan di Warung Rasa Sayange adalah puas. Tidak salah Warung Rasa Sayange adalah terobosan yang sangat direkomendasikan di Jogja jika ingin menikmati sajian hidangan laut segar dengan nuansa makanan khas Indonesia Timur.
ADVERTISEMENT