Konten dari Pengguna

Strategi Pengelolaan Kepuasan Kerja Karyawan dalam MSDM

Nadia Luthfiyanti Zahra
Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Bandung
25 Oktober 2024 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadia Luthfiyanti Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com/id/illustrations/proses-sdm-hr-pilihan-wawancara-4783430/
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com/id/illustrations/proses-sdm-hr-pilihan-wawancara-4783430/
ADVERTISEMENT
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah proses pengelolaan tenaga kerja di dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. MSDM mencakup beberapa aktivitas, seperti perencanaan kebutuhan tenaga kerja, rekrutmen, pelatihan, pengembangan, penilaian kinerja, serta pemberian kompensasi dan penghargaan. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) memainkan peran krusial dalam pengelolaan kepuasan kerja, dengan tujuan untuk meningkatkan ketelibatan, produktivitas, dan loyalitas karyawan. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat menciptakan suasana kerja yang tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan, tetapi juga berkontribusi pada pencapain tujuan organisasi. Perusahaan dapat berkembang baik melalui bantuan manajemen sumber daya manusia (MSDM), terutama dengan mengelola tingkat kepuasan karyawan. Karena kepuasan kerja karyawan berdampak langsung pada produktivitas, loyalitas, dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan, kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu elemen penting dalam organisasi. Berbagai faktor, termasuk cadangan, budaya kerja, hubungan antar karyawan, dan peluang pengembangan karir, dapat mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan. Oleh karena itu, rencana pengelolaan yang baik harus memasukkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan semua elemen di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ketidakpuasan Kerja Terjadi di Sektor Industri Tekstil Indonesia
Pada tahun 2024, industri tekstil di Indonesia mengalami krisis yang siginifikan ketika hampir 50.000 pekerja dipecat akibat penurunan pesanan yang drastis. Situasi ini bukan hanya mengakibatkan kehilangan pekerjaan bagi ribuan orang, tetapi juga menimbulkan dampak finansial yang parah, membuat mereka menghadapi ketidakpastian ekonomi yang serius. Selain kesulitan finansial, banyak pekerja yang tersisa di perusahaan tersebut merasa frustasi karena kurangnya kejelasan tentang karir mereka dan keamanan pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh Mercer menunjukkan bahwa meskipun banyak karyawan merasa bangga dengan pekerjaan mereka, sekitar 30% merasa terjebak dan tidak memiliki kesempatan untuk mencapai tujuan karir di perusahaan saat ini. Hal ini menciptakan suasana kerja yang penuh ketidakpuasan, yang pada gilirannya berkontribusi pada tingginya tingkat turnover. Karyawan yang tidak merasa memiliki masa depan yang cerah di tempat kerja cenderung meninggalkan perusahaan, yang berpotensi mengganggu stabilitas organisasi dan meningkatkan biaya terkait rekrutmen serta pelatihan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan pendekatan yang lebih proaktif dalam manajemen sumber daya manusia, seperti menyediakan program pengembangan karir dan memastikan komunikasi yang transparan, untuk mempertahankan komitmen dan motivasi karyawan di tengah kondisi yang sulit.
ADVERTISEMENT
Solusi dalam Memperbaiki Kasus Ketidakpuasan Kerja
Untuk mengatasi masalah yang terjadi di industri tekstil ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, perusahaan harus fokus pada pengembangan karir karyawan. Ini bisa berarti menyediakan pelatihan atau kursus yang membantu karyawan belajar keterampilan baru yang sesuai dengan minat dan tujuan mereka. Dengan begitu, mereka merasa ada harapan untuk maju dalam karir mereka.
Kedua, komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting. Perusahaan perlu memberi tahu karyawan tentang kondisi bisnis dan rencana ke depan. Ketika karyawan merasa dilibatkan dan memahami situasi, mereka akan lebih tenang dan percaya pada manajemen.
Ketiga, perusahaan harus mendukung pekerja yang terkena PHK dengan memberikan bantuan, seperti pelatihan ulang atau bantuan mencari pekerjaan baru. Ini tidak hanya membantu mereka beradaptasi dengan situasi baru, tetap juga menunjukkan bahwa perusahaan peduli terhadap kesejahteraan mereka.
ADVERTISEMENT
Terakhir, menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inklusif bisa membantu meningkatkan kepuasan karyawan. Misalnya mengadakan kegiatan tim, memberikan penghargaan atas pencapaian, atau hanya mendengarkan masukan mereka. Dengan langkah-langkah ini, perusahaan bisa membangun kembali kepercayaan dan komitmen karyawan, serta mengurangi turnover.