Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
9 Ramadhan 1446 HMinggu, 09 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mengapa Student Hidjo Wajib Dibaca di Zaman Sekarang Jawabannya Mengejutkan
8 Maret 2025 15:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nadia Andi Rahmalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Novel Student Hidjo karya Marco Kartodikromo adalah salah satu karya sastra pergerakan yang menggambarkan kondisi sosial dan pendidikan di masa kolonial Hindia Belanda. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1918, novel ini menyoroti bagaimana sistem pendidikan kolonial membentuk cara berpikir kaum pribumi, serta dilema yang dialami generasi muda dalam menghadapi modernisasi dan nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Meskipun ditulis lebih dari seabad yang lalu, Student Hidjo masih sangat relevan untuk dibaca di era modern. Konflik antara budaya timur dan barat, tantangan pendidikan, serta perjuangan identitas yang dihadapi tokoh utama, Hidjo, mencerminkan dilema yang masih dialami oleh banyak pelajar dan mahasiswa saat ini. Artikel ini akan membahas alasan mengapa Student Hidjo tetap relevan dan wajib dibaca oleh generasi muda saat ini.
1. Kritik terhadap Pendidikan Kolonial yang Masih Relevan
Marco Kartodikromo menyoroti bagaimana pendidikan kolonial lebih banyak menghasilkan kaum pribumi yang loyal kepada Belanda daripada membangun kesadaran nasional. Hidjo, sebagai tokoh utama, dikirim oleh ayahnya ke Belanda untuk belajar, dengan harapan ia menjadi sosok terdidik yang sukses. Namun, dalam perjalanan hidupnya, Hidjo justru menghadapi dilema identitas dan tekanan sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini, pendidikan dipandang sebagai alat kontrol kolonial. Hal ini dapat dibandingkan dengan sistem pendidikan saat ini yang sering dikritik karena lebih menekankan akademik daripada membentuk karakter dan kesadaran kritis.
Kutipan ini menunjukkan bahwa pendidikan di zaman kolonial tidak selalu memberikan kebebasan bagi pribumi, melainkan mengikat mereka dalam sistem yang tetap menguntungkan kolonialisme.
2. Dilema Identitas dan Krisis Budaya
Hidjo mengalami krisis identitas antara kebudayaan Jawa yang ia bawa sejak kecil dengan budaya Barat yang ia pelajari selama di Belanda. Konflik ini masih sangat relevan dengan kondisi pelajar masa kini yang sering dihadapkan pada nilai-nilai global versus nilai tradisional.
ADVERTISEMENT
Banyak generasi muda saat ini mengalami kebingungan dalam menentukan jati diri di tengah derasnya arus globalisasi. Seperti Hidjo, mereka harus memilih antara mempertahankan budaya sendiri atau mengikuti arus modernisasi yang sering kali tidak sejalan dengan nilai-nilai lokal.
3. Kritik terhadap Gaya Hidup Hedonisme
Di Belanda, Hidjo tergoda oleh kehidupan bebas yang berbeda jauh dari kehidupan di Jawa. Ia bergaul dengan wanita-wanita Eropa dan menikmati kebebasan yang tidak ia rasakan sebelumnya. Hal ini menggambarkan bagaimana perubahan lingkungan dapat memengaruhi moral dan gaya hidup seseorang.
Fenomena ini masih terjadi di zaman sekarang, di mana banyak mahasiswa yang kuliah di luar negeri atau kota besar mengalami perubahan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai asal mereka.
ADVERTISEMENT
Kutipan ini menunjukkan bagaimana perubahan lingkungan bisa menggoyahkan prinsip seseorang.
4. Perjuangan Nasionalisme di Tengah Pengaruh Asing
Di akhir novel, Hidjo mulai menyadari bahwa pendidikan dan kebudayaan Barat bukanlah segalanya. Ia mulai memahami pentingnya memperjuangkan tanah airnya sendiri. Kesadaran ini mencerminkan perjuangan banyak pemuda saat ini dalam menemukan keseimbangan antara pemikiran global dan semangat nasionalisme.
Saat ini, banyak generasi muda yang terpengaruh oleh budaya asing, tetapi di sisi lain mereka juga mulai sadar akan pentingnya mempertahankan identitas nasional.
5. Relevansi dengan Isu Sosial dan Politik Masa Kini
ADVERTISEMENT
Novel Student Hidjo juga menyoroti ketimpangan sosial, diskriminasi rasial, dan kesenjangan ekonomi antara pribumi dan Eropa. Isu-isu ini masih relevan hingga saat ini, baik dalam konteks pendidikan, pekerjaan, maupun akses terhadap keadilan sosial.
Pertanyaan ini masih sering muncul di era modern, di mana ketimpangan sosial masih menjadi perdebatan di berbagai negara.
Kesimpulan
Novel Student Hidjo bukan hanya sekadar cerita klasik, tetapi juga cerminan dari masalah-masalah yang masih dihadapi generasi muda saat ini. Dilema identitas, pengaruh pendidikan, gaya hidup hedonisme, serta perjuangan nasionalisme adalah tema-tema yang tetap relevan di era globalisasi.
Membaca Student Hidjo memberikan wawasan tentang bagaimana sistem kolonial membentuk pola pikir masyarakat dan bagaimana kita bisa belajar dari sejarah. Oleh karena itu, novel ini masih wajib dibaca oleh generasi muda agar mereka dapat memahami akar dari berbagai tantangan yang mereka hadapi saat ini.
ADVERTISEMENT
Jika kita tidak belajar dari sejarah, kita berisiko mengulangi kesalahan yang sama. Seperti yang ditunjukkan dalam perjalanan Hidjo, pendidikan harus membebaskan, bukan justru mengekang.
---