Saksi Kunci Sempat Imbau Warga untuk Tak Bakar Pencuri Ampli di Bekasi

5 Agustus 2017 19:30 WIB
Rojali, saksi kunci.  (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rojali, saksi kunci. (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rojali, marbut Musala Al-Hidayah yang menjadi lokasi MA mencuri amplifier, menyaksikan detik-detik pencurian amplifier oleh MA sampai MA dikejar oleh massa karena kabur. Menurut penuturannya kepada kumparan (kumparan.com), dia sempat mengimbau kepada warga sekitar untuk mengamankan MA setelah tertangkap.
ADVERTISEMENT
"Nanti ditaruh di rumah siapa atau diamankan segala macem, atau ditaruh di balai desa, yang penting orangnya aman. Jangan sampai dihakimi oleh massa," kata Rojali di Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (5/8).
Setelah sempat diteriaki 'maling', MA pun kabur dan warga yang sebagian besar terdiri dari anak muda ikut mengejar MA.
Warga awalnya mengira MA mencuri motor. Rojali kemudian diberitahu oleh seorang bapak yang dia tidak kenal untuk meminta tolong memberitahu kepada massa bahwa yang dicuri MA bukan motor, melainkan amplifier.
"Setelah itu ada bapak-bapak yang identitasnya tidak saya ketahui, tapi saya ingat betul dia hampiri saya (bilang) pak kalau bisa itu dikasih tahu, dia bukan maling motor gitu. Karena emang iya dia cuma ambil ampli saya," kata Rojali bercerita.
ADVERTISEMENT
Rojali pun langsung berlari menuju kerumunan massa untuk mengklarifikasi hal tersebut. MA kemudian memegang kaki Rojali sembaari minta maaf.
"Kalau ada yang punya video silakan disaksikan, dalam konteks saya masuk ke kerumunan massa saya temuin dia. Dia langsung pegang kaki saya dan mohon maaf 'Pak mohon maaf' sambil nangis. Saya bilang 'enggak usah nyembah-nyembah', terus saya bilang ke massa dia enggak ambil motor, cuma ambil ampli, tolong jangan main hakim sendiri," paparnya.
"Karena massa sudah segitu banyaknya, ada bapak-bapak tinggi besar pakai sorban di situ, pak haji gitu, juga bilang 'jangan main hakim sendiri loh'. Saya sudah berupaya untuk melerai jangan sampai dihakimi. Kalau dia bersalah, biar hukum yang menjawab," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah mengimbau warga, Rojali pun meninggalkan lokasi kejadian. Dia berharap warga yang mengejar MA dapat mengamankan MA dan dapat mengondisikan keadaan agar tidak terjadi aksi main hakim sendiri. Rojali kemudian pulang ke kediamannya.
TKP pembakaran.  (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
TKP pembakaran. (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
Sembari kembali ke kediamannya, dia pun menelpon Bimaspol setempat dan menceritakan seluruh kronologis kejadian kepada Bimaspol tersebut.
"Ketika saya kontak dia, saya lumayan lama juga ngasih informasi ke beliau. Sehingga beliau juga sudah kontak ke Polsek Babelan (memberitahu) ada informasi juga dari sana bahwasanya Polsek Babelan sedang meluncur," tuturnya.
Mendengar itu, Rojali merasa sedikit lega sembari berharap tidak terjadi apa-apa dengan MA yang sedang dikejar massa. Saat itu, dia mengaku cukup tenang. Apalagi dia bersedia menjadi saksi bersama dengan salah satu warga, yaitu Edi, apabila polisi membutuhkan keterangan dari mereka.
ADVERTISEMENT
Rojali dan Edi pun sempat berbincang, bertukar pendapat agar MA dapat segera dipulangkan ke keluarganya.
"Disitu saya ngobrol 'Pak, kalau bisa dia dipulangin aja. Kan nanti malam ada acara juga'," kata Rojali sembari mengingat kembali percakapannya dengan Edi.
Memikirkan MA yang masih dikejar, Rojali kemudian menghubungi salah satu warga yang juga ikut mengejar MA. Namun dia tidak tahu jika MA dipukuli, bahkan dibakar.
"Saya enggak tahu kalau kemudian itu di seberang sudah dipukulin segala macam. Sampai kalimatnya (diceritakan) yang terakhir ketika saya sampai di rumah itu sudah dibakar saya enggak tahu. Demi Allah saya enggak tahu," ujarnya.
Musala Al-Hidayah (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Musala Al-Hidayah (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
"Bahkan, saya terus terang saja secara pribadi mengutuk perbuatan anarkisme seperti itu. Itu perbuatan binatang, perbuatan tidak berperikemanusiaan, perbuatan orang yang tidak punya akhlak," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dia yakin orang-orang yang melakukan aksi keji terhadap MA bukanlah orang-orang yang tinggal di sekitar Musala Al-Hidayah. Rojali yakin warganya tidak akan melakukan perbuatan keji seperti itu.
"Karena kemarin aja kita ada maling (curi) 3 ekor kambing enggak diapa-apain. Saya sampai kaget kalau sampai endingnya seperti ini. Dia memang ngambil ampli masjid. Tapi saya secara pribadi, secara pengurus juga sudah merelakan dan mengikhlaskan," tuturnya.
"Mudah-mudahan beliau diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya, dan beliau di sana mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Untuk keluarga saya juga mendoakan biar keluarga Allah berikan ketabahan dan kesabaran," katanya.
Lewat kejadian ini, dia berharap agar dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Buat saya, sifat anarkisme seperti itu sangat tidak dibenarkan. Kalaupun dia memang salah, biar hukum kita yang menjawab, karena negara kita adalah negara hukum, bukan negara yang main hakim sendiri," tutupnya.
Reporter: Ferio Pristiawan