Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Agoraphobia: Ketika Dunia Luar Menjadi Penjara Pribadi
13 Desember 2023 9:34 WIB
Tulisan dari NADIA SHABRINA NABILAH HADA RAMADHANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah gak sih kalian merasa nervous pas lagi berada di tempat asing atau di tempat yang belum pernah kalian kunjungi? Nyatanya, seseorang dapat dikatakan menderita agoraphobia jika mereka mengalami ketakutan atau kecemasan yang cukup serius dan intens terhadap sebuah situasi atau pada tempat tertentu. Sebelumnya, yuk cari tahu dulu apa itu fobia dan juga agoraphobia!
ADVERTISEMENT
Fobia sendiri merupakan rasa takut yang berlebih terhadap sebuah situasi atau fenomena yang dialami oleh seseorang. Fobia berasal dari bahasa Yunani (phobos) yang berarti rasa takut berlebih yang dialami oleh seseorang tanpa adanya alasan yang jelas.
Agoraphobia merupakan kondisi situasi di mana seseorang mengalami kepanikan maupun kecemasan ketika berada di sebuah situasi maupun tempat tertentu. Biasanya kondisi ini ditandai dengan seseorang yang mengeluarkan keringat dingin secara berlebih dan tubuh yang bergetar. Istilah kata agoraphobia berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “Takut terhadap tempat-tempat belanja”. Orang yang terkena agoraphobia biasanya takut ketika berada di tempat ramai serta berkerumun. Selain itu, mereka juga biasanya ketakutan ketika berada di ruang sempit serta takut saat berada di tempat umum dan terbuka sendirian. Jadi, pada intinya agoraphobia adalah kondisi gangguan mental di mana seseorang takut berada di suatu tempat dan suatu situasi yang membuatnya merasa memliki kekurangan baik secara fisik maupun psikis. Agorafobia adalah fobia yang sangat membatasi seseorang, terlebih lagi pada kalangan remaja karena pada saat masa remaja seseorang memerlukan interaksi dan juga pergaulan dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Nah, kita cari tau yuk apa sih gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya gangguan agoraphobia.
Pada penderita agoraphobia, seseorang menunjukkan gejala yang menimbulkan kecemasan khususnya terhadap kecemasan pada keramaian. Pada dasarnya penderita merasa takut terhadap ruang terbuka, dan tempat umum. Keadaan ini diikuti oleh gejala seperti napas yang berubah menjadi pendek, mulut terasa kering, tubuh gemetar hebat, jantung berdetak kencang, serta terasa mual maupun pusing. Gejala selanjutnya adalah seseorang mengalami obsesi serta kompulsif, obsesif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pikiran sedangkan kompulsif menyangkut tidakan seseorang. Obsessive Compulsive Disorder (OCD) merupakan sebagian dari suatu gangguan karena orang yang terkena OCD biasanya mengalami gangguan kecemasan yang timbul dari pikiran obsesif dan pikiran tersebut sulit untuk dikendalikan oleh perilaku kompulsif yang mereka miliki. Orang yang memiliki gangguan agoraphobia memiliki kriteria diagnostik yang dipicu oleh beberapa situasi yang berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah menggunakan transportasi umum, berada di area terbuka maupun tertutup, berdiri dalam antrian atau keramaian, serta keluar sendirian. Pengidap menghindari situasi di atas dikarenakan atau mereka yakin akan terjebak atau tidak dapat meminta pertolongan dan bantuan ketika ia merasa terkena serangan panik, situasi di atas selalu menyebabkan seseorang mengalami serangan panik dan
ADVERTISEMENT
cemas. Ada pula gejala perilaku pada orang yang terkena agoraphobia, yakni berada di rumah dan tidak bisa meninggalkan rumah dengan waktu yang lama.
Lalu, adakah hubungan dibalik kejadian agoraphobia dengan area otak kita?
Dijelaskan pada studi Dialogues in clinical neuroscience mengungkapkan bahwa fobia sangat berkaitan erat dengan amigdala (bagian otak yang terletak pada belakang kelenjar pituitari).
Amigdala dapat dengan mudah memicu pelepasan hormon, kondisi ini dapat menimbulkan perubahan psikologis pada orang yang mengidap fobia.
Ada pula penyebab seseorang mengalami argofobia, namun secara pasti penyebab belum dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi gangguan ini diduga terjadi akibat timbulnya perasaan cemas yang berlebih, kecemasan yang disertai dengan gangguan panik, pada situasi yang dapat memicu timbulnya ketakutan yang berlebih. Gangguan panik ini biasanya terjadi akibat adanya kejadian traumatik pada masa lalunya.
ADVERTISEMENT
Adapun pengobatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang terkena agoraphobia, yang pertama seseorang harus melakukan psikoterapi. Seorang terapis psikologi biasanya dapat membantu dalam hal-hal seerti ini. Seorang professional kesehatan mental atau psikolog dapat membantu mengenali dan menganalisis pikiran yang membuat seseorang menjadi cemas, setelah dilakukan psikoterapis seiring waktu dapat melatih otak untuk berpikir dan merespon hal secara berbeda. Kemungkinan besar seorang psikolog akan memberikan resep untuk obat yang harus seorang yang terkena agoraphobia konsumsi. Obat-obatan itu dapat membantu pengobatan depresi maupun gangguan kecemasan lainnya. Yang terakhir yang dapat kita lakukan adalah mengubah gaya hidup dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang tidak siap seperti makanan siap saji, menghindari kafein, alcohol, serta zat-zat lainnya. Berolahraga secara teratur, serta dapat melakukan relaksasi.
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah agoraphobia, salah satunya dengan berlatih. Jika seseorang memiliki ketakutan untuk pergi kesebuah tempat, cobalah untuk berlatih ke tempat tersebut secara berulang kali, karena dengan melakukan cara ini dapat membantu seseorang untuk merasa nyaman terhadap tempat-tempat tersebut.
Jika hal tersebut sulit untuk dilakukan, maka ajaklah anggota keluarga atau teman terdekat untuk menemani, bisa juga dengan mencari bantuan pada orang yang lebih professional.
Daftar Pustaka
Niar, R. (2015). Komunikasi terapeutik orang tua dengan anak fobia spesifik. Jurnal Kajian Komunikasi, 3(2), 93-111. http://journal.unpad.ac.id/jkk/article/view/7400
Dewan Redaksi Jurnal Teknik Rrekayasa. (2020). Teknologi dan Rekayasa. Publikasi Universitas Gunadarma. https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1683/2/T1_132007034_BAB I.pdf
Natal, Y. V. (2021). Terapi kognitif perilaku untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan gangguan agorafobia. Psyche: Jurnal Psikologi, 3(1), 53-63. http://www.journal.uml.ac.id/TIT/article/view/304
ADVERTISEMENT