Konten dari Pengguna

B-29 Enola Gay: Pesawat Pembawa Mimpi Buruk bagi Kota Hiroshima

Nadia Syarfa Khairani
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
21 Oktober 2022 20:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadia Syarfa Khairani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian mendengar kisah tentang kota Hiroshima di Jepang yang hancur akibat bom atom dari Amerika Serikat? Atau pernahkah kalian mendengar sematan nama khusus untuk bom atom yang dijatuhkan tersebut?
ADVERTISEMENT
Hiroshima, itulah nama sebuah kota yang terletak di wilayah Chugoku, Jepang. Kota yang kini didirikan Monumen Perdamaian Hiroshima sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO, akibat dari meluncurnya pesawat B-29 Enola Gay yang membawa bom atom Little Boy dan meluluhlantakan kehidupan di kota tersebut. Lalu apa itu pesawat B-29 Enola Gay? Mengapa dinamakan demikian? Siapakah yang menerbangkan pesawat B-29 Enola Gay sehingga dapat membuat sejarah yang kelam itu?
Berkenalan dengan Pesawat B-29 Enola Gay, Sang Burung Besi Pembunuh dan Pilotnya
Bagi kalian yang menyukai hal-hal tentang pesawat dan penerbangan, pasti tidak akan asing dengan perusahaan pesawat yang satu ini.
Sumber: Twitter The Boeing Company
Ya benar, itu adalah The Boieng Company,
Perusahaan produsen terbesar di dunia yang tidak hanya menciptakan pesawat saja, tetapi juga menciptakan roket dan satelit.
ADVERTISEMENT
Pada bulan maret 1910, William E. Boeing membeli galangan kapal Heath di sungai Duwamish, Seattle, Amerika Serikat, yang kemudian menjadi pabrik pesawat pertamanya. Pada tanggal 15 Juli 1916, Boeing didirikan di Seattle oleh William E. Boeing.
Selama Perang Dunia II, The Boeing Company memang membangun beberapa pesawat pengebom, seperti B-17 dan B-19. Tetapi, untuk bagian pesawat B-29 dirakit langsung oleh Glenn L. Martin Company (Antara Pemalas dan The Boeing Company, 2020: 2).
Wah, keren sekaligus mengerikan bukan? Siapa sangka bahwa perusahaan pesawat Boeing yang selama ini kita kenal, menyimpan masa lalu yang kelam dan pernah menjadi mimpi buruk bagi negara Jepang.
Bukan hanya kabar mengejutkan mengenai The Boeing Company, tetapi pesawat B-29 Enola Gay juga memiliki fakta yang tidak kalah menarik dan membuat kita takjub.
Surat kabar berbahasa Belanda yang menunjukkan foto pesawat B-29 Enola Gay, sumber: https://www.delpher.nl
Pesawat B-29 Enola Gay juga disebut sebagai B-29 Superfortress, memiliki 2.200 tenaga kuda pada masing-masing empat mesin. Dengan kapasitas bahan bakar setara dengan satu rangkaian kereta. Kemudian, pesawat B-29 Enola Gay memang dirancang untuk membawa kehancuran lebih banyak, lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih jauh dari pesawat pengebom apapun yang pernah dibangun sebelumnya (Bomber Mafia, 2021: 4).
ADVERTISEMENT
Siapa yang dapat menyangka bahwa manusia dapat membuat benda sebesar dan seberat itu, terlebih lagi, pesawat tersebut dibuat pada zaman-zaman yang belum terlalu mengenal kecanggihan dan kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Sungguh luar biasa!
Lalu mengapa pesawat tipe B-29 Superfortress itu disebut sebagai B-29 Enola Gay? Mari kita mengulik secara singkat masa lalu sang pilot, Paul Warfield Tibbets.
Sejak masih muda, Tibbets memang tertarik dengan dunia penerbangan. Tetapi sang ayah tidak suka jika Tibbets menjadi pilot. Sang ayah ingin anaknya menjadi dokter, karena Tibbets terlahir dari keluarga dengan latar belakang dokter. Berbeda dengan sang ibunda, beliau mendukung penuh apapun keputusan anaknya. Berkat dukungan ibunya dan tekad yang kuat itulah, Tibbets berhasil naik pangkat dengan cepat.
Surat kabar yang menampilkan wajah Paul W. Tibbets, sumber: https://www.delpher.nl
Bahkan, pada 17 Agustus 1942, Tibbets sebagai komandan Skuadron Bom ke-340, dalam Grup Pengeboman ke-73 bersama krunya, menerbangkan pesawat B-17 untuk menyerang kota Rouen di Prancis (The Atomic Bomb in Images and Documents, 2022: 46).
ADVERTISEMENT
Hal ini semakin meyakinkan hati Paul W. Tibbets untuk menyematkan nama ibunya, Enola Gay yang menjadi sumber kekuatan dalam dirinya. Nama tersebut terpampang jelas pada bagian depan badan pesawat.
Pesawat B-29 Enola Gay, Memutus Harapan Hidup Indah Warga Kota Hiroshima dan Pemberi Mimpi Buruk yang Terkenang
Tidak puas rasanya ketika kita menciptakan sebuah barang dan tidak mencobanya. Seperti itulah yang terjadi antara pesawat B-29 Enola Gay buatan Amerika Serikat ini, dengan warga kota Hiroshima, Jepang. Perang Dunia II menjadi mimpi buruk bagi rakyat Jepang.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pesawat B-29 Enola Gay terbang dari Pulau Tinian di Pasifik untuk menjalankan misi pengeboman. Bom tersebut adalah bom atom uranium-235 dengan nama Little Boy yang memiliki berat sekitar 4 ton dan panjangnya 11 meter. Perlu diketahui bahwa kekuatan ledakan bom atom Little Boy sama dengan 15 kiloton TNT, sehingga dapat menghancurkan sebagian besar kota Hiroshima. (Kimia Teknik, 2014: 224).
Bom atom Little Boy, sumber: Shutterstock
Sebelum bom diledakkan, pada jam 07:09 pagi, sebenarnya sudah ada 3 kali sirine berbunyi di kota Hiroshima sebagai tanda adanya pesawat penyelidik udara milik Amerika Serikat (Straight Flush) yang sedang melintas. Pesawat penyelidik udara ini bertugas mengamati udara dan cuaca di atas kota Hiroshima yang kemudian akan dilaporkan kepada Paul W. Tibbets. Jika cuaca tidak mendukung, maka kota yang akan dijadikan target adalah Kokura dan Nagasaki.
ADVERTISEMENT
Tepat pukul 08:15, pesawat B-29 Enola Gay menjatuhkan bom atom Little Boy dari atas kota Hiroshima. Pada ketinggian 660 yard, bom atom itu meledak. Sekejap tidak terdengar suara apapun lagi. Udara bagai tersentak dan berubah warna. Semuanya serba lenyap dan pergi, termasuk menara Hiroshima dan Markas Besar Angkatan Darat kota tersebut.
Sepanjang mata memandang, semuanya rata dan tidak ada tumbuhan atau bangunan yang muncul ke bumi. Yang ada hanyalah mayat-mayat bergeletakan dengan luka bakar yang parah, seolah-olah parade neraka. Jikalau masih ada yang dapat bertahan dan hidup saat kejadian itu berlangsung, mereka tidak tahu bahwa debu-debu radioaktif akan merusak kulitnya, tubuhnya, kemudian jiwanya (Dharmasena, 1976: 36).
Kota yang awalnya berpenduduk sekitar 340.000 orang, menjadi berkurang drastis. Jumlah korban jiwa akibat ledakan bom atom tersebut berkisar lebih dari 130.000 orang.
ADVERTISEMENT
Sungguh tidak ada yang menyangka, bahwa pagi hari yang indah dan cerah, orang-orang yang melakukan kegiatan normalnya, anak-anak yang masih polos pergi ke sekolah atau sedang bermain dengan teman sebayanya, tiba-tiba berubah begitu saja. Bangunan-bangunan menjulang tinggi kemudian rata menjadi tanah. Tangisan dan jeritan minta tolong berubah menjadi keheningan. Kota Hiroshima bagai neraka di muka bumi saat itu. Semuanya dilakukan oleh Amerika Serikat dengan alasan agar Jepang menyerah pada Perang Dunia II, karena sebelum itu, Amerika Serikat sudah berkali-kali memberi peringatan kepada Jepang, tetapi pihak Jepang menghiraukannya.
Kini, wilayah bekas ledakan pengeboman tersebut didirikan sebagai Hiroshima's Peace Memorial Park seluas 120.000 meter persegi. Terdapat dua ikon utama, yaitu Peace Memorial Museum dan A-Bomb Dome yang merepresentasikan cerita sejarah dan rekam jejak peristiwa pengeboman Amerika atas Jepang (Merah Putih di Jepang, 2020: 172).
ADVERTISEMENT
Kekuatan, kekuasaan, dan kepintaran memang anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Manusia dapat menciptakan benda-benda yang bahkan tidak pernah dipikirkan sebelumnya sekalipun. Pesawat B-29 Enola Gay menjadi saksi bisu atas peristiwa pemboman kota Hiroshima. Oleh karena itu kita dapat mengambil hikmah dari kejadian kelam tersebut, bahwa apapun benda ciptaan manusia, baik di masa lalu maupun masa yang akan datang, seharusnya dapat digunakan untuk hal yang lebih positif dan menguntungkan banyak orang, bukan justru menghancurkan harapan hidup dan membunuh banyak orang yang mungkin saja kebanyakan dari mereka tidak bersalah.