Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
PLTS sebagai Solusi Permasalahan Energi di Indonesia
20 Februari 2022 21:35 WIB
Tulisan dari Nadia Taradissa Maheswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Terletak di daerah khatulistiwa merupakan suatu anugerah yang dimiliki oleh Indonesia. Penyinaran matahari yang didapatkan sepanjang tahun menyimpan segudang potensi yang dapat dimanfaatkan. Lantas, apakah kita sudah memanfaatkan potensi tersebut secara optimal?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera, yaitu Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Posisi tersebut memberikan banyak keuntungan dan membuat Indonesia memiliki lokasi yang strategis dalam berbagai bidang. Tak terkecuali dalam bidang penyediaan energi, terkhususnya energi terbarukan berbasis cahaya matahari. Indonesia memiliki sumber energi surya yang sangat melimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari. Beberapa daerah bahkan memiliki intensitas radiasi matahari yang lebih tinggi, misalnya di Indonesia bagian timur.
Tuntutan untuk menjadi negara hijau membuat Indonesia terus berupaya dalam mengembangkan energi bersih. Indonesia telah berkomitmen untuk mendukung akselerasi transisi energi. Hal ini tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 adalah sebesar 23% dan pada tahun 2030 sebesar 31%.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan kurang lebih sebesar 400 GW dengan potensi energi surya sekitar 200 GW. Namun pada kenyataannya, total pemanfaatan energi surya hanya sebesar 153,5 Mega Watt peak (MWp) atau hanya sekitar 0,07% saja yang sudah dimanfaatkan. Bisa dikatakan bahwa pemanfaatan energi surya sebagai energi terbarukan masih belum optimal saat ini. Padahal energi surya merupakan sumber energi yang paling realistis untuk dikembangkan di Indonesia.
Kebutuhan akan listrik konvensional yang semakin meningkat dapat mengakibatkan terjadinya krisis listrik. Guna mencegah terjadinya krisis tersebut dan memaksimalkan potensi yang dimiliki, pemerintah saat ini aktif mengembangkan sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif yang tersedia dan banyak digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Konsep dari PLTS adalah pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik ini nantinya akan mengubah radiasi sinar matahari tersebut menjadi energi listrik. Pengembangan PLTS ini juga bertujuan untuk mendukung tercapainya net zero emission atau penurunan emisi karbon hingga mencapai 100% pada tahun 2060 atau lebih awal dan menjaga suhu udara global yang meningkat agar tidak melewati 1,5 derajat celcius dan tidak melebihi 2 derajat celcius. Hal ini sesuai dengan Perjanjian Paris 2015. Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan terpasangnya PLTS Atap sebesar 3.600 MW secara bertahap hingga tahun 2025 berpotensi mengurangi biaya bahan bakar per unit kWh.
ADVERTISEMENT
PLTS atap memiliki berbagai dampak positif apabila diimplementasikan. Diantaranya adalah berpotensi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar gas lebih dari 47 MMBTU (Million British Thermal Unit) per tahun. Diketahui hingga saat ini konsumsi gas bumi Indonesia mencapai kurang lebih 3.500 MMSCFD. Dengan adanya PLTS ini diharapkan mampu untuk menekan penggunaan bahan bakar gas di Indonesia. Proyek PLTS diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja hingga sebanyak 121.500 orang. Pemanfaatan tenaga surya sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida dan polusi udara serta tidak menyebabkan efek rumah kaca. Kelebihan lain yang dimiliki PLTS Atap adalah mampu menghemat tagihan listrik. Daya dan listrik yang diproduksi oleh PLTS dapat dimonitor dengan mudah.
Disamping keunggulan-keunggulan yang dimiliki, pengembangan PLTS Atap juga memiliki suatu tantangan tersendiri. Sumber energi yang digunakan, yaitu sinar matahari memiliki sifat yang intermiten. Maksudnya adalah sumber energi ini tidak tersedia secara terus menerus. Mengingat bahwa sinar matahari hanya tersedia pada pagi hingga sore hari dan tidak tersedia pada malam hari. Hal lain yang dapat memengaruhi adalah kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat menghalangi sinar matahari untuk mencapai panel surya fotovoltaik yang akan diubah menjadi energi listrik. Selain itu biaya pemanfaatan PLTS masih lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya pembangkit listrik konvensional karena sampai saat ini perangkat utama yang digunakan untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik masih jarang tersedia di Indonesia dan mengharuskan untuk impor dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Transformasi energi menuju energi baru dan terbarukan harus segera untuk dimulai. PLTS di Indonesia kedepannya dipercaya memiliki potensi yang besar. Tingginya potensi tenaga surya di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi pembangkit listrik, padahal banyak wilayah di Indonesia yang masih belum terjamah oleh jaringan listrik secara merata. Dengan menggunakan energi alternatif dari tenaga surya, diharapkan akses listrik akan dapat segera dinikmati secara merata oleh semua masyarakat Indonesia. Harapannya sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif dan menjadi solusi untuk permasalahan energi di Indonesia dan dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam berbagai sektor kehidupan.