Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Membawa Budaya Belajar ke Rumah
13 Maret 2021 8:25 WIB
Tulisan dari Moh dzaky Amrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Awal bulan Maret lalu semenjak corona masuk ke Indonesia, banyak bangku sekolah yang diliburkan atau mulai mengadakan sistem daring, tak terkecuali Stiba Ar-Raayah.
ADVERTISEMENT
Ar-Raayah adalah sebuah institute Perguruan Tinggi agama islam yang menggunakan pengantar berbahasa Arab, semua penduduk kampus diwajibkan menggunakan bahasa Arab, kecuali satpam atau para pekerja yang harus pulang ke rumahnya.
Kegiatan sehari-hari di kampus ini diwarnai dengan berbahasa Arab, mulai dari ngantri mandi di asrama, kegiatan belajar-mengajar di ruang kelas, berbicara dengan teman saat menuju masjid, canda dengan teman, menyapa dosen yang lewat ketika olahraga. Semuanya berbahasa Arab, bahkan bayak dari mahasiswa yang bermimpi menggunakan bahasa Arab. Begitulah di Raayah, bahasa Arab sudah mendarah baging.
Tak heran jika penduduk yang tinggal di lingkungan Raayah bisa lancar berhabasa Arab layaknya penutur asli bahasa Arab. Sejak hari pertama menginjakkan kaki di kampus, para mahasiswa baru sudah tidak diperkenankan lagi berbahasa selain bahasa Arab, maka jangan heran jika mereka para mahasiswa baru akan terlihat seperti orang bisu. Tapi setelah hari berganti hari, belum genap tiga purnama, mereka yang tadinya bisu sudah akan mengerti apa yang dibicarakan tamu asal Arab yang berkunjung ke sana.
ADVERTISEMENT
Mereka bisa berbahasa Arab dengan lancarnya sebab lingkungannya menyediakan fasilitas yang jarang didapatkan. Mulai dari lawan bicara yang berbahasa Arab sampai kitab-kitab berbahasa Arab.
Semenjak pemerintah memberikan arahan untuk belajar daring, lingkungan yang seharusnya bisa menjaga mahasiswa tetap mahir berbahasa Arab sudah tidak lagi tersedia, mahasiswa diwajibkan agar bisa membuat lingkungan belajar di rumahnya masing masing.
“Kalau ketika ngomong mah iya,” kata Jiddan ketika menjawab pertanyaanku apakah kemahiran berbahasa Arabnya menurun.
Banyak cara untuk tetap menjaga kemahiran berbahasa Arab, misalnya saja cara yang ditempuh Zia mahasiswa asal Aceh “banyakin baca kitab berbahasa Arab dengan melantunkan suara, dengar ceramah berbahasa Arab, syair Arab, motivasi berbahasa Arab di YouTube. Bahkan aku sering nonton doraemon berbahasa Arab” jawabnya ketika aku tanya bagaimana cara dia menjaga bahasa Arabnya selama di rumah.
ADVERTISEMENT
Atau cara yang ditempun Faiq “aku sih denger kajian syaikh, telponan sama temen juga sih, sekalian nanya kabar kan bisa mengasah kemampuan dalam berbahsa Arab juga.”
Berbeda halnya ketika tetap berada di dalam lingkungan Stiba Ar-Raayah “Alhamdulillah kemahiran berbahasa Arab meningkat” jawab Rozik yang masih tinggal di Stiba Ar-Raayah.