Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Museum Sang Nila Utama: Minyak dan Gas Bumi, Rumah Adat, dan Candi Muara Takus
29 Desember 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Nadila Sintia bela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PENDAHULUAN
Museum Sang Nila Utama merupakan sebuah Museum Daerah yang berlokasi di Pekanbaru, Riau. Museum ini mengumpulkan dan menyimpan warisan-warisan yang berhubungan dengan budaya Melayu Riau seperti pakaian adat pernikahan, permainan tradisional, alat musik, artefak dan lainnya. Lokasinya berada di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru dan berada dalam satu kompleks kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.
ADVERTISEMENT
Museum ini dahulunya di kenal dengan nama Museum Negeri Provinsi Riau yang di dirikan pada tanggal 9 Januari 1991 melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 001/0/1991. Setelah di tetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yakni tentang Pengalihan Kewenangan beberapa Bidang Pemerintahan maka Museum ini berubah nama menjadi Museum Daerah dibawah Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau.
Museum Sang Nila Utama telah memiliki koleksi sebanyak 4.195 buah pada tahun 2005. koleksi ini di pamerkan pada gedung yang terdiri dari dua lantai, Beberapa diantaranya:
ADVERTISEMENT
Pada Essay ini kita akan membahas Sejarah Minyak dan Gas Bumi, Rumah Adat Melayu, dan Candi Muara Takus yang ada di Museum Sang Nila Utama.
PEMBAHASAN
1. Minyak dan Gas Bumi
Di Museum Sang Nila Utama terdapat Miniatur alat pengeboran minyak yang merupakan sumbangan dari Chevron, Perusahaan Minyak.
Bagi Pengunjung yang ingin melihat bagaimana minyak bumi di identifikasi dalam perut bumi, sampai di sedot ke permukaan dan di olah menjadi barang yang di pakai untuk kehidupan manusia bisa langsung mendatangi Chevron’s Corner.
Lokasi Chevron’s Corner terletak di lantai dua, Museum Sang Nila Utama. Tidak Sulit untuk Menemukannya, begitu pengunjung naik tangga ke lantai dua, kemudian masuk melalui pintu depan, pengunjung hanya tinggal menoleh ke kiri dan langsung menemukan Chevron’s Corner.
ADVERTISEMENT
Di pojok inilah beragam informasi tentang pengeboran minyak di sajikan. Baik yang terpampang di dinding, maupun dalam bentuk maket yang di kemas dalam kaca dan di letakkan di atas meja sehingga pengunjung bisa mendapatkan informasi yang utuh tentang gas dan minyak bumi.
Mulai dari asal mula minyak dan gas bumi, kemudian industri hulu dan hilir minyak dan gas bumi.
Selain itu di lokasi ini pengunjung juga mendapatkan informasi soal minyak dan gas bumi yang di gunakan dalam keseharian manusia.
Mulai dari kantong plastik sampai ke teknologi tinggi yang semuanya berasal dari minyak bumi. Kemudian ada juga informasi soal klasifikasi minyak mentah, serta teknologi perolehan minyak tahap lanjut.
Selain itu, Chevron's Corner ini juga menyajikan banyak informasi soal sumur produksi, sumur injeksi, dan sumur pemantau yang di kemas dalam bentuk maket.
ADVERTISEMENT
Sehingga pengunjung bisa melihat secara langsung bentuk dari sumur-sumur minyak ini seperti kondisi nyata di lapangan, namun dalam ukuran mini.
Bahkan di pojok ini juga terpampang seragam dan peralatan yang bisa digunakan oleh petugas yang bekerja di bidang minyak dan gas bumi. Mulai dari helm hingga baju tahan api.
Dengan adanya Chevron's Corner ini tentu bisa di manfaatkan oleh anak-anak , para pelajar dan mahasiswa untuk memperoleh informasi mengenai asal mula minyak dan gas bumi, industri hulu dan hilir nya, sampai ke teknik bagaimana teknik untuk memperoleh minyak dan gas bumi ini.
2. Rumah Adat Melayu
Di Museum Sang Nila Utama terdapat beberapa Pininggalan Rumah Adat Melayu yaitu Miniatur Istana Raja Rokan, Rumah Masyarakat Petalangan di Kabupaten Pelalawan, dan Kompleks Istana Pulau Penyengat.
ADVERTISEMENT
A. Miniatur Istana Raja Rokan
Istana Raja Rokan di bangun pada tahun 1907 semasa pemerintahan Tengku Abbas Gelar Sutan Kejaman (Raja Ke II) namun tidak lama kemudian Tengku Abbas wafat kemudian memerintah Tengku Ibrahim Gelar yang di pertuan sakti. Miniatur Istana Raja Rokan ini memiliki bahan Kayu dan Seng, Memiliki perpaduan Rumah Limas dan Belah Bubung serta Bubungan yang lentik. Miniatur Istana Raja Rokan Di dapat di Kabupaten Kampar.
Istana Raja Rokan kini telah di tetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi objek wisata sejarah yang dilindungi. Berbagai literasi menyebutkan bahwa, selain istana, rumah-rumah persukuan seperti rumah Suku Mais, Suku Modang, dan Suku Melayu juga masih terpelihara dengan baik.
Istana Rokan merupakan salah satu peninggalan kerajaan rokan yang merupakan salah satu kerajaan islam yang pernah berkuasa di daerah rokan hulu. istana rokan di bangun dengan gaya arsitektur melayu rokan yang khas, dengan ukiran naga-naga yang khas, serta berbagai ukiran bermotif tumbuhan (flora) yang menghiasi sisi tertentu istana. istana ini di perkirakan di bangun pada abad ke -18 dan telah berusia 200 tahun. Di sekitar istana raja rokan juga terdapat perkampungan penduduk dengan suku dan kaum yang terdiri dari: Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Petapang, Suku Maeh, Suku Mandahiling, dan Suku Caniago.
ADVERTISEMENT
B. Rumah Masyarakat Petalangan
Rumah Masyarakat Petalangan di kabupaten Pelalawan provinsi Riau memiliki budaya dan tradisi yang kata, termasuk dalam hal arsitektur rumah. Rumah masyarakat petalangan biasanya di buat dengan bahan alami seperti kayu dan bambu dengan atap yang terbuat dari daun rumbia atau seng.
C. Kompleks Istana Pulau Penyengat
Pulau Penyengat merupakan salah satu objek wisata di Kepulauan Riau, di Pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, Makam-makam para Raja, Makam Pahlawan Nasional Raja Ali Haji, Kompleks Istana Kantor dan Benteng pertahanan di bukit kursi, sejak tanggal 19 oktober 1995, Pulau penyengat dan kompleks istana di pulau penyengat telah di calonkan di UNESCO untuk di jadikan salah satu situs warisan dunia.
ADVERTISEMENT
Pulau Penyengat merupakan pulau yang bersejarah dan memiliki kedudukan yang penting dalam peristiwa jatuh bangun nya Imperium Melayu, yang sebelum nya terdiri dari wilayah kesultanan johor, pahang, Siak dan Lingga, khusus nya di bagian selatan dari Semenanjung Melayu, Peran penting tersebut berlangsung selama 120 tahun, sejak berdiri nya kerajaan Riau di tahun 1722, sampai akhirnya di ambil alih sepenuh nya oleh Belanda pada tahun 1911.
3. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus adalah salah satu peninggalan bersejarah yang sangat penting di Riau. Candi Muara Takus terletak kira-kira 118 Km Sebelah Barat kota Pekanbaru.
Candi ini terbuat dari Batu Bata, Menurut Penilitian beberapa ahli Argeologi dan sejarah, Candi Muara Takus diperkirakan berasal dari Abad ke 12-13 M. Candi Muara Takus membuktikan cerita para leluhur kalau pernah ada pengaruh ajaran Budha di wilayah riau yang datang dari India. Beberapa ahli mengatakan bahwa candi ini merupakan bukti dari kerajaan sriwijaya telah sampai ke wilayah riau.
ADVERTISEMENT
Candi ini Merupakan salah satu cagar budaya dan warisan ini terletak di desa Muara Takus Kecamatan tiga belas koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini letak nya berada di tepi sungai Kampar kanan dengan dicapai dengan mudah dari jalan lintas riau , Sumatra Barat yang hanya berjarak sekitar 20 Kilometer.
Di dalam nya, terdapat beberapa bangunan yang memiliki nama dan fungsi masing-masing. Candi tertinggi di muara takus, yakni bernama Candi Mahligi, yang tinggi nya mencapai 14 meter.
Terdapat kaki dengan panjang 10,4 meter dan lebar 10,6 meter. Atap nya berbentuk kerucut tumpul yang menjulang ke atas. Candi Mahligi menjadi Candi tertinggi di kompleks Candi Muara Takus.
Di Samping nya, terdapat Candi Tua dan bangunan terbesar di Candi Muara Takus. Candi ini memiliki panjang 31,6 meter dan lebar 20,2 meter.
ADVERTISEMENT
Menghadap ke timur, terdapat anak tangga dengan lebar 4 meter. Atap nya berbentuk stupa layak nya candi buddha pada umum nya.
Sebelah timur candi mahligi terdapat candi bungsu dengan panjang 13.2 meter dan lebar 16.2 meter. Material bangunan Candi Bungsu berasal dari batu bata dan batu pasir.
dan terakhir adalah candi palangka. di perkirakan candi ini dahulu di gunakan sebagai Altar kompleks Candi Muara Takus. Tingginya hanya 2 meter dengan panjang 5.1 meter dan lebar 5.7 meter.
Bagi kamu yang ingin berkunjung ke Candi Muara Takus, ada baiknya mencari tahu jam operasional nya terlebih dahulu. Candi Muara takus merupakan salah satunya situs wisata sejarah peninggalan kerajaan Buddha di Pekanbaru.
ADVERTISEMENT
PENUTUP
Ada Banyak Peninggalan Sejarah di Museum Sang Nila Utama, terutama Minyak dan Gas Bumi, Rumah Adat Melayu, dan Candi Muara Takus.
Jika Teman-teman ingin menambah Wawasan mengenai Ketiga Peninggalan Bersejarah Ini, bisa langsung mendatangi Museum Sang Nila Utama yang terletak di Jl . Jend. Sudirman No. 194, Tengkerang Tengah, Marpoyan Damai, Pekanbaru City, Riau, 28282.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Conselor, F., Rifiyan Arief, A. M., & MMPar, S. (2017). PENGELOLAAN FASILITAS DI MUSEUM SANG NILA UTAMA PROVINSI RIAU. In JOM FISIP (Vol. 4, Issue 2).
Butar-Butar, M. (2015). PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DI OBJEK WISATA MUSEUM SANG NILA UTAMA PROVINSI RIAU. In Jom FISIP Volune (Vol. 2).
ADVERTISEMENT
Padang, B., & Studi Pendidikan Sejarah, P. (n.d.). Persepsi Siswa Tentang Eksistensi Museum Sang Nila Utama Dalam Pembelajaran Sejarah Di Smk Negeri 2 Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 2023(15), 59–65. https://doi.org/10.5281/zenodo.8200815
Suhada Putra, M., Hj Siti Sofro Sidiq, D., & Program Studi Pariwisata, Ms. (2015). PERSEPSI WISATAWAN SLTP TERHADAP MUSEUM SANG NILA UTAMA PROVINSI RIAU OLEH. In Jom FISIP (Vol. 2, Issue 2).
Tharra, O. :, Pembimbing, A., Ekwarso, H., & Taryono, D. (n.d.). PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM DAERAH SANG NILA UTAMA KOTA PEKANBARU The Influence of Physical Environment to The Level Visit of Tourist at Museum Daerah Sang Nila Utama Pekanbaru City. In JOM Fekon (Vol. 4, Issue 1).
ADVERTISEMENT
Nadila Sintia Bela, Mahasiswa Administrasi Bisnis UIR.