Bagaimana Mental Generasi Stroberi Menghadapi Dunia Kerja?

Nadine Kaylee Winata
Siswi dari SMA Citra Berkat Tangerang
Konten dari Pengguna
8 Januari 2024 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadine Kaylee Winata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Duh, apaan sih makin hari kerjaan makin banyak aja. Yang seharusnya gue bisa pake waktu ini buat healing, malah jadi stres karena kerjaan gak kelar-kelar. Udah coba cerita ke ortu tentang ini semua, tapi dibilang nya terlalu manja. Capek banget, nyerah aja lah gue”.
ADVERTISEMENT
Pastinya bagi kaum-kaum muda zaman sekarang, kalimat yang tertera di atas sangatlah familiar, bukan? Yap, kalimat tersebut merupakan salah satu contoh dari sekian banyak perkataan yang sering kali diucapkan oleh kaum generasi stroberi. Lantas apa sih sebenarnya generasi stroberi itu?
Pexels/Clem Onojeghuo
Generasi stroberi atau strawberry generation merupakan suatu istilah yang awalnya muncul dari negara Taiwan, dimana generasi yang lahir dalam kurun tahun 1997-2012 dianggap memiliki karakteristik yang serupa dengan buah strawberry. Buah strawberry dikenal sebagai buah yang indah dan mudah untuk dikreasikan. Namun jika buah tersebut diberi tekanan, akan seketika hancur dan rapuh akibat terlalu cakap menghadapi adanya beban. Anggapan ini dapat menggambarkan generasi muda dalam era sekarang, terutama dalam persoalan bagaimana mereka menghadapi dunia kerja.
ADVERTISEMENT

Didikan Orang Tua Berpengaruh pada Mental dalam Dunia Kerja

Pexels/Andrea Piacquadio
Generasi dengan “mental tempe” ini dapat terbentuk akibat didikan orang tua yang kini lebih sejahtera dibandingkan generasi sebelumnya. Pada generasi sebelumnya, ketegasan dalam cara mendidik anak diterapkan. Ini membuahkan suatu hasil dimana kesalahan yang sama tidak diulangi oleh sang anak. Sementara pada generasi sekarang, orang tua tidak terlalu keras dalam mendisiplinkan anak ketika mengetahui mereka melakukan suatu kesalahan. Faktanya, mereka cenderung melindungi kesalahan anak-anaknya serta mengambil alih penyelesaian atas kesalahan yang diperbuat anak-anak mereka.
Tuntutan dalam dunia kerja seringkali memerlukan ketangguhan mental sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan. Akan tetapi, hal ini ternyata bertolak belakang dengan generasi sekarang, akibat pola asuh yang diterapkan sebagian besar orang tua. Pola tersebut menciptakan perilaku yang terbiasa untuk mencapai hal secara instan dan kurang tangguh dalam menghadapi ataupun menyelesaikan problematika pada dunia kerja. Generasi stroberi ini akan mudah mengalami stres, hingga banyak yang memilih untuk menyerah ketika dihadapi dengan rintangan yang tampaknya diluar kendali mereka.
ADVERTISEMENT

Generasi Stroberi Lebih Memilih Bekerja Sesuai Passion?

Pexels/Karolina Grabowska
“Lebih milih kerja berdasarkan passion tapi gajinya sedikit atau kerja bukan berdasarkan passion tapi gajinya besar?” menjadi salah satu dari sekian banyak pertanyaan yang kerap membingungkan banyak orang untuk menjawab. Namun untuk para generasi stroberi, opsi pertama yaitu bekerja sesuai passion tetapi dengan resiko gaji kecil, akan menjadi preferensi mereka pribadi.
Passion merupakan suatu hal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan puas dan bahagia. Akan tetapi berdasarkan fakta, bekerja sesuai dengan passion merupakan pilihan yang kurang cermat untuk masa depan seseorang. Walaupun beberapa passion yang diasah dengan serius dapat mendatangkan kemakmuran, kendati hal tersebut tidak dapat sepenuhnya menjamin kelengkapan dalam kebutuhan hidup seseorang.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan seseorang semakin meningkat dan persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Passion dapat menjadi salah satu alasan bagi karyawan untuk membenarkan kerja lembur, pekerjaan dengan bayaran yang kurang setimpang, dan menyelesaikan tugas-tugas yang tidak berhubungan dengan deskripsi pekerjaan mereka. Pilihan yang dibuat oleh generasi stroberi cenderung hanya mendatangkan kepuasan pribadi, dimana tidak perlu menjelajah hal diluar lingkungan kenyamanan mereka. Bagi mereka, bekerja sesuai dengan apa yang mereka sukai lebih penting untuk menjaga kestabilan mental mereka. Fokus seperti itu tidak akan menjamin seseorang untuk memiliki kestabilan dalam finansial, yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan zaman ini.

Apakah Generasi Stroberi Masih Bisa Sukses?

Meskipun terdapat banyak label buruk terhadap generasi stroberi, kesuksesan seseorang tidak dapat diukur hanya berdasarkan generasi mereka. Generasi stroberi yang kreatif, fleksibel, dan sensitif terhadap isu-isu sosial, dapat mengedepankan diri mereka untuk menjadi seseorang yang berhasil.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pola pikir yang positif serta tekad untuk terus belajar dan berkembang sangat dibutuhkan oleh para generasi stroberi. Hal ini dilakukan sehingga dapat meraih kesuksesan serta keberhasilan secara substansial maupun profesional dalam kehidupan mereka.