Pola Kelekatan yang Perlu Diketahui Orang Tua

nadira alyssa
Journalism Student of Polytechnic State of Jakarta
Konten dari Pengguna
29 Juli 2022 14:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nadira alyssa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh JESHOOTS.com dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh JESHOOTS.com dari Pexels
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu bertemu dengan seorang teman yang sangat sulit untuk didekati? Atau apakah kamu pernah bertemu seseorang yang bertindak ekstrem untuk mendapatkan perhatian orang lain? Atau seseorang yang mudah untuk dekat dengan orang lain, tetapi ketika dekat, ia mendorongnya pergi?
ADVERTISEMENT
Ini adalah pola kelekatan.
Pola kelekatan dibentuk oleh lingkungan terdekat sejak masa kanak-kanak, dan pola ini dibawa sampai masa dewasa sebagai bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Pola antara anak dan orang tua merupakan dasar penting bagi interaksi manusia di masa dewasa.
Anak-anak memiliki naluri biologis untuk melekatkan diri pada pengasuhnya. Meskipun pengasuh juga bisa bersikap penuh kasih sayang, jauh, menerima, menolak, kasar, dan waras. Anak-anak mengembangkan pola kelekatan ini berdasarkan upaya mereka untuk memenuhi setidaknya sebagian dari kebutuhan mereka melalui interaksi dengan orang tua atau pengasuh mereka.
Berbicara tentang kelekatan tanpa berbicara tentang Mary Ainsworth tidaklah lengkap. Ainsworth telah mempelajari pengamatan pola kelekatan ibu-anak selama bertahun-tahun. Studi ini menghasilkan observasi yang disebut situasi aneh atau biasa dikenal dengan "Strange Situaton".
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian ini, anak diamati ketika mereka berpisah dengan ibunya. Pada anak dengan rasa lekat yang “secure”, mereka stres dan menangis ketika ibunya pergi. Tetapi segera setelah ibunya kembali, mereka merasa senang, dan setelah ditenangkan, mereka kembali bermain lagi.
Orang tua perlu memenuhi kebutuhan emosional anak-anak mereka sehingga mereka dapat belajar untuk percaya dan merasa nyaman saat bereksplorasi dengan orang tua. Seorang anak yang memiliki kelekatan yang kuat dengan ibu atau pengasuhnya mengembangkan pola kelekatan yang sehat saat masa dewasanya. Namun, kasus orang tua akan menjadi lebih rumit untuk anak dengan pola kelekatan yang "tidak aman". Anak-anak yang tidak responsif, ditolak, dan diabaikan oleh orang tua mereka menghadapi ketakutan dan kecemasan dengan dua cara yang sangat berbeda.
ADVERTISEMENT
1. Pola Kelekatan Avoidant
Anak-anak tampaknya tidak terganggu oleh apa pun di sekitar mereka. Mereka tidak menangis ketika ibunya pergi, tetapi tidak juga peduli ketika ibunya datang. Seakan semuanya sama saja. Kedengarannya bagus ya? Anak akan menjadi lebih kuat. Tapi bukan demikian sebenarnya.
Sekalipun anak terlihat acuh tak acuh, tidak peduli jika ibu ada atau tidak (karena biasa diabaikan), tetapi ketika diukur detak jantungnya, akan terlihat bahwa detak jantungnya terus berada di atas normal. Sang anak terganggu secara konsisten, tetapi tidak merasa. Mereka terdampak, tetapi tidak merasakan.
Sebagian besar ibu dengan anak yang avoidant (dalam penelitian ini) tidak suka menyentuh anaknya. Ibu merasa sulit untuk menyentuh dan memeluk, menunjukkan ekspresi wajah, suara, dan pola berirama yang untuk menenangkan sang anak.
ADVERTISEMENT
2. Pola Kelekatan Anxious
Anak-anak secara konsisten menangis, berteriak, marah untuk mendapatkan perhatian orang tua mereka. Namun, bahkan jika orang tua mereka memberi perhatian, hal ini tidak menenangkan sang anak. Seakan anak berasumsi bahwa orang tua tidak akan memperhatikan mereka jika mereka tidak bereaksi keras.
Anak ingin dekat dengan orang tuanya, tetapi pada saat yang sama dia tidak merasa banyak ketenangan/kepercayaan ketika berada di sekitar orang tuanya. Seolah-olah anak begitu takut ditinggalkan lagi. Apa kamu juga pernah merasa seperti itu? Selalu takut akan ditinggalkan.
Anak-anak avoidant cenderung mem-bully anak-anak lain, dan korbannya biasanya anak-anak yang anxious. Anak yang anxious takut ditinggalkan, sehingga sulit untuk membangun hubungan yang sehat. Anak avoidant mengalami kesulitan merasakan perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain sehingga rentan untuk menjadi pelaku bullying.
ADVERTISEMENT
Jika anak yang avoidant adalah pola menghindar, anak anxious adalah pola mendekat, secure adalah pola sehat antara mendekat dan menghindar, maka ada juga pola lain yang lebih kompleks.
Pola keempat adalah pola yang tidak berpola.
Sekitar 15% dari anak-anak yang disurvei bingung tentang bagaimana menjalin kelekatan dengan orang tua mereka. Mengapa? Hal itu disebabkan karena pengasuh adalah sumber rasa aman, namun di saat yang bersamaan merupakan sumber bahaya bagi sang anak. Contoh: Orang tua yang kasar atau abusif.
3. Pola Kelekatan Disorganized
Anak-anak dengan pola kelekatan "tidak teratur" menghadapi dilema. Anda tidak bisa mendekat dengan cara yang aman, tidak bisa juga dekat dengan pola anxious, tidak juga dengan pola avoidant, karena pengasuh adalah sumber rasa aman, sekaligus sumber teror.
ADVERTISEMENT
Misalnya, seorang anak mungkin dirawat secara normal, tetapi kadang pengasuh juga berlaku abusif. Anak-anak juga bingung, mereka perlu melekat dengan aman, tetapi pengasuh tidak memiliki pola yang konsisten. Perilaku abusif ini tidak harus berupa fisik ya, bisa juga diabaikan secara emosional.
Orang tua dengan trauma yang belum selesai juga cenderung membuat anak-anak mereka bingung. Ketika orang tua yang sehat berusaha memenuhi kebutuhan anak mereka, mereka yang mengalami trauma mengalami kesulitan menemukan tanda-tanda sederhana dari kebutuhan anak mereka. Terkadang dia bahkan ingin dihibur oleh anaknya.
Orang yang disorganized ingin menjadi intim, tetapi mereka takut akan hal itu. Sebagai orang dewasa (atau sejak kecil), terlihat polanya. Mereka sangat mudah untuk mengenal orang asing, tetapi tidak percaya padanya. Ingin mendekat tapi takut. Kalau sudah dekat pun, mereka mendorongnya pergi. Apakah kamu pernah merasakan hal yang sama?
ADVERTISEMENT
Mungkin muncul beberapa pertanyaan, lalu bagaimana caranya? Jika anak telah tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah dan mencari tempat yang aman, dapatkah pola itu diperbaiki?
Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa pola itu akan berganti. Pola akan berlanjut sampai pola baru "dipelajari". Ini tentu akan menjadi perjalanan yang panjang dan rumit. Apakah kamu memiliki pola yang secure, avoidant, anxious, atau disorganized, sadari pola ini ya. Dan jika pola ini mengganggu keseharianmu, ada baiknya untuk "mempelajari" pola baru dengan konseling dengan psikolog.