Wanita Tidak Boleh Malas Ganti Pembalut

Nadira Aini Fatinaya
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Konten dari Pengguna
13 November 2021 17:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadira Aini Fatinaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menstruasi atau haid pastinya bukan hal asing bagi kita, terutama kalangan wanita. Biasanya menstruasi terjadi saat remaja wanita menginjak pubertas kemudian berakhir ketika memasuki masa menopause.
ADVERTISEMENT
Wanita normal akan mengalami menstruasi sebulan sekali dengan siklus sekitar 21-35 hari serta jangka waktu 1-8 hari. Selama terjadinya proses menstruasi inilah, wanita memerlukan pembalut setiap bulannya. Pembalut dirancang agar bisa menyerap darah yang keluar dari vagina wanita.

Pemakaian pembalut pada wanita

Di masa kini, pembalut sekali pakai lebih diminati oleh wanita Indonesia dibandingkan dengan tampon dan menstrual cup. Mengingat masih banyak wanita Indonesia yang takut ingin mencoba tampon ataupun menstrual cup, sebab penggunaannya tidak diluar kemaluan seperti pembalut sekali pakai. Penggunaan pembalut sekali pakai dikatakan cukup mudah, yaitu dengan menarik bagian kertas yang melapisi lem pada permukaan bawah pembalut, lalu tempelkan bagian lem pembalut ke celana dalam bagian dalam, dan jangan lupa untuk memastikan bagian atas pembalut yang terasa halus seperti bantalan empuk menempel ke vagina dengan benar dan terasa nyaman. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi bocor dalam penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Di samping kemudahannya, ternyata penggunaan pembalut juga bisa menyebabkan risiko penyakit tertentu. Sebab saat masa menstruasi, bantalan pembalut yang bersentuhan dengan vagina akan menimbulkan kondisi lembab. Pembalut yang lembab dan menampung banyak darah ini disukai oleh jamur atau bakteri untuk tumbuh serta berkembang. Maka dari itu, kita perlu memperhatikan waktu pemakaian pembalut tersebut.
Apabila pembalut digunakan terlalu lama, maka akibatnya vagina akan terasa gatal-gatal dan bau kurang sedap. Oleh karena itu, pembalut memiliki batas pemakaian setidaknya selama 4 jam. Dalam sehari pembalut perlu diganti minimal 4 sampai 5 kali, tentu tujuannya untuk menghindari lembab pada vagina. Namun masih banyak wanita yang mengganti pembalut hanya ketika mereka merasa sudah tidak nyaman atau mengalami kebocoran.
ilustrasi pembalut, pixabay.com

Dampak buruk yang ditimbulkan jika malas ganti pembalut

Wanita yang jarang mengganti pembalut biasanya dikarenakan oleh kesibukan aktivitas, malas bergerak, kurang memperhatikan kebersihan, menyepelekan kebersihan dan kesehatan, serta alasan lainnya. Walaupun dalam keadaan menstruasi, sudah seharusnya wanita tetap menjaga kebersihan organ intim mereka. Karena apabila diabaikan, akan ada efek yang lebih parah serta timbulnya penyakit kelamin. Berikut beberapa risiko yang ditimbulkan jika malas mengganti pembalut:
ADVERTISEMENT

1. Menyebabkan iritasi

Darah yang dikeluarkan saat menstruasi bersifat basa, sedangkan vagina memiliki pH sebesar 4-4,5 dan bersifat asam. Kulit akan lebih rentan terkena iritasi, terlebih jika ketika darah sedang banyak-banyaknya keluar. Apabila iritasi ini dibiarkan, maka bisa saja menimbulkan infeksi.

2. Mudah terkena infeksi

Saat masa menstruasi, wanita rentan terkena infeksi karena pembuluh darah pada rahim sedang terbuka. Infeksi ini dapat meningkatkan kemungkinan gangguan kehamilan atau bahkan kemandulan. Salah satu infeksi tersebut ialah vaginosis bakterialis, di mana infeksi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan vagina karena didominasi oleh kuman. Oleh sebab itu, wanita perlu menjaga kesehatan reproduksinya agar terhindar dari infeksi.

3. Menimbulkan penyakit serius

Kandidiasis adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita dengan gejala vagina gatal tak terkendali. Kondisi gatal ini disebabkan oleh vagina lembab dan kurang bersih sehingga menjadi tempat tumbuhnya jamur. Efek yang lebih parah apabila wanita menggunakan pembalut terlalu lama adalah kanker serviks. Kanker serviks merupakan penyakit organ reproduksi yang menyerang serviks uterus atau pintu masuk ke arah rahim. Menurut penelitian WHO, terdapat 1 wanita Indonesia yang meninggal setiap jamnya akibat kanker ini.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebuah hal penting bagi wanita untuk rajin mengganti pembalut tiap 2 jam sekali atau minimal 4 sampai 5 kali dalam sehari. Hal yang perlu diingat, semakin banyak darah menstruasi yang bersentuhan dengan kulit, maka semakin tinggi pula risiko terkena iritasi, infeksi, dan penyakit kelamin. Malas mengganti pembalut hanya akan menyediakan tempat tumbuhnya jamur, bakteri, dan virus. Tentunya hal-hal di atas sangat tidak diinginkan bagi para wanita. Untuk itu, bagi wanita yang masih melakukan kebiasaan buruk ini sebaiknya meningkatkan perilaku sehatnya dengan memperhatikan waktu penggunaan pembalutnya. Karena sesungguhnya lebih baik mencegah daripada mengobati.
Referensi
Annisa Baharuddin, Henni Kumaladewi Hengky, & Ayu Dwi Putri Rusman. (2019). PENGARUH PENGGUNAAN PEMBALUT SAAT MENSTRUASI TERHADAP RISIKO KANKER SERVIKS PADA SISWI SMA NEGERI 2 PANGKAJENE SIDENRENG RAPPANG. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(1), 115–127. https://doi.org/10.31850/makes.v2i1.129
ADVERTISEMENT
Indriana, S. W. D. A. (2016). Hubungan Antara Terjadinya Bakterial Vaginosis Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Indriana, S. W. D. A. (2016). Hubungan Antara Terjadinya Bakterial Vaginosis Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5(4), 1708–1714. Kedokteran Diponegoro, 5(4), 1708–1714.
Laili, U. (2019). PEMAKAIAN PEMBALUT SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN PRURITUS VULVA. EMBRIO, 11(2), 64–71. https://doi.org/10.36456/embrio.vol11.no2.a2033
Phonna, R. F. Di. Y. M. (2018). Upaya Menjaga Kebersihan Saat Menstruasi Pada Remaja Putri. Idea Nursing Journal, 9(2), 14–20. https://doi.org/10.52199/inj.v9i2.12563
Prayuni, E. D., Imandiri, A., & Adianti, M. (2019). THERAPY FOR IRREGULAR MENSTRUATION WITH ACUPUNTURE AND HERBAL PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.)). Journal Of Vocational Health Studies, 2(2), 86. https://doi.org/10.20473/jvhs.V2.I2.2018.86-91
Tasik, N. L., Kapantow, G. M., & Kandou, R. T. (2016). PROFIL KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI – DESEMBER 2013. E-CliniC, 4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10957
ADVERTISEMENT