Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Maha Seni Mahasiswa: Transformasi dalam Pekan Kebudayaan Nasional
27 November 2023 16:46 WIB
Tulisan dari Nadiya Yunianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pekan Kebudayaan Nasional merupakan kegiatan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang bekerja sama oleh beberapa ruang tamu yang tersebar di empat puluh titik kabupaten/kota. Salah satu titik penyelenggara ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 adalah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pekan Kebudayaan Nasional yang terselenggara di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini terselenggara sejak hari Jumat, 20 Oktober 2023 sampai hari Sabtu, 28 Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional yang terselenggara di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bertemakan ‘Resonansi Budaya Islam dari Ciputat untuk Dunia’. Bertemakan tentang Islam sudah pasti penampilan-penampilan yang dihadirkan juga bertajuk pada karya-karya yang berbau tentang keislaman seperti karya-karya Danarto.
Danarto adalah seorang seniman yang gemar melukis dan menulis. Ia lahir di Sragen, 27 Juni 1940. Danarto dikenal sebagai tonggak sejarah baru karena terobosan dalam karya sastra yang mengeksplorasi jagat spiritualitas yang berbeda. Sejumlah cerita pendeknya kerap menampilkan suasana surealis yang imajis dan magis. Suasananya dibangun bukan dari teori-teori, melainkan dari penghayatannya atas dunia mistik Jawa serta peristiwa sehari-hari yang dilihat dan dimaknai secara lain. Ilustrasinya dalam menghiasi beberapa cerpen di majalah Zaman bisa dipandang sebagai salah satu ilustrasi terbaik di dunia penerbitan. Poster seni pertunjukan yang dibuatnya juga menarik. Gagasan estetikanya sering tak terduga. Sebagaimana cara kerjanya membuat karya sastra ataupun naskah drama tak lazim. Selain itu, Danarto juga merupakan sastrawan yang telah menulis banyak cerita pendek unik yang bertemakan tentang agama islam, seperti cerita pendeknya yang hanya bertuliskan Allah sebanyak 1.015 halaman, selain itu ia juga suka menggambarkan sosok malaikat dalam agama Islam. Hal menarik lainnya dari cerita pendeknya ialah pada penulisan judulnya yang abstrak.
Dalam kegiatan PESTARAMA #4 para mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta juga pernah membawakan naskah-naskah Darnato dan pada kesempatan saat ini dalam kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional kami juga mengangkat kembali karya-karya Danarto untuk mengenang dan mengapresiasi dirinya dalam dunia sastra, maka dari itu kami mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta meresmikan ruang bacaan Danarto dan pojok Danarto dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di titik ruang tamu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang Pekan Kebudayaan Nasional yang bertemakan tentang ‘Resonansi Budaya Islam dari Ciputat untuk Dunia’ banyak sekali pertunjukkan-pertunjukkan yang dihadirkan, selain itu juga terdapat beberapa rangkaian acara yang terselenggara untuk menyukseskan dan memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional ini. Bahkan para mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berlomba-lomba untuk menunjukan seni terbaiknya dalam berkreasi dan berkreativitas.
Sejak hari pertama pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional banyak sekali penampilan-penampilan keren dan memukau dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berlomba-lomba membuat pertunjukkan seni yang memperkenalkan karya-karya budaya Islam.
Banyak sekali penampilan-penampilan yang sudah ditampilkan mulai dari pembacaan puisi, monolog, pantun, musikalisasi dan dramatisasi puisi, dramatisasi cerpen, tari, dan masih banyak lagi. Berbicara tentang pertunjukkan maka tak jarang jika kita melihat kreativitas mahasiswa yang mengalih wahanakan suatu karya sastra menjadi sebuah seni atau pertunjukkan drama yang dapat dinikmati oleh khalayak umum.
ADVERTISEMENT
Damono (2018: 9) Alih wahana merupakan kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan perpindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam Pekan Kebudayaan Nasional banyak para mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terutama mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang melakukan sebuah transformasi seni atau yang sering disebut sebagai alih wahana.
Transformasi seni mahasiswa yang saya saksikan langsung dalam Pekan Kebudayaan Nasional ini yang pertama adalah pertunjukan monolog yang dibawakan oleh Muhammad Rafi bersama unit kegiatan mahasiswa Sastra Akustik Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Monolog tersebut merupakan transformasi dari cerpen Kuntowijoyo yang berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Rafi bersama tim Sastra Akustik membawakan penampilan ini dengan sangat memukau. Rafi melakukan penyaduran dari sebuah cerpen menjadi seni pertunjukkan monolog yang sangat luar biasa. Pertunjukkan ini sangat berkesan karena menjadi penampil terakhir dalam pembukaan hari pertama pertunjukkan Pekan Kebudayaan nasional.
ADVERTISEMENT
Transformasi kedua adalah pertunjukkan Dramatisasi Puisi yang dipertunjukkan oleh teman-teman kelas 3 C Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dramatisasi puisi ini berjudul Aku, Kamu, dan Iblis. Penampilan ini gak kalah keren dengan penampilan-penampilan sebelumnya. Dalam dramatisasi puisi ini terekam jejak mencekam di dalamnya dengan iringan musik-musik yang menegangkan dan nyanyian yang mengingatkan kita akan perbuatan penuh dosa yang dilakukan. Berkat kreativitas mereka, mereka mampu membawakan perubahan dalam sebuah puisi menjadi sebuah drama dengan sangat spektakuler dengan penuh energik.
Transformasi ketiga adalah pertunjukkan dramatisasi dari cerita pendek Danarto. Isi cerita tersebut hanyalah tulisan Allah yang ditulis oleh Danarto dengan sebuah seni dan ditulis dalam 1.015 halaman. Transformasi dramatisasi cerita pendek Danarto ini dilakukan oleh Wisnu, Akhdan, dan Saoh, serta teman-teman yang tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa Sastra Akustik program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mereka menjelaskan bahwa cerpen ini merupakan salah satu dzikir yang mengingatkan kita selalu kepada Allah dalam keadaan apaan. Mereka mengibarkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyetir, melukis, atau kegiatan lainnya kita harus senantiasa mengingat Allah dan mereka juga menjelaskan bahwa ketika mendengar nama Allah disebut maka satu sama lain harus datang menghampiri panggilan tersebut.
ADVERTISEMENT
Transformasi yang terakhir dalam Pekan Kebudayaan Nasional adalah dramatisasi cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman. Dramatisasi ini merupakan saduran dari cerpen Djamil Suherman dalam buku kumpulan cerpen Umi Kalsum Pada bagian Kisah-Kisah Pesantren. Penampilan cerpen Umi Kalsum ini dipersembahkan oleh anak kelas B program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Oktober 2023. Naskah Drama ini merupakan hasil kurator dari para mahasiswa keren, seperti Anwar, Hanifah, Hesti, dan Rachmayanti. Mereka mentransformasi cerpen ini menjadi sebuah naskah drama dalam sistem kebut semalam. Penampilan ini merupakan penampilan terkeren dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di titik ruang tamu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penampilan ini berbeda dengan penampilan-penampilan sebelumnya. Penampilan ini dimainkan dan diperankan oleh empat puluh satu mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Para pemain itu terdiri dari Anwar berperan sebagai Amran; Sri sebagai Fatimah; Fikriyah sebagai Umi; Zikri sebagai Jamil; Zahra sebagai Zainab; Yulia, Mita, Rachel, Athiyyah, Dinni, Natasya, Nur Kholifah Palaloi, Falasifah, Jauza, dan Astri sebagai Santriwati; Tri sebagai Kyai; Najah sebagai ustadzah; Rafi sebagai H. Basuni; Rahmadayani sebagai mbok; Nurul sebagai Latifah; Aisyah, Rizkyana, Nailatunnajah, Sarah, Audi, dan Rita sebagai masyarakat desa; Abu sebagai pak RT; Salma, Griya, Muti, dan Viny sebagai anak-anak; Anisah Rahmayanti, Regita, Nadhila, dan Hanna sebagai penjual bazar; Nadiya sebagai penjual sayur; Siva, Anisa Nur, Rachmayanti, Hanifah sebagai Ibu-ibu gosip. Walaupun panggung Pekan Kebudayaan Nasional tidak sebesar dan semegah panggung pementasan teater pada umumnya dan di luar ekspektasi kami para pemain, tetapi kami tetap memberikan pementasan yang terbaik dan tidak menggoyahkan semangat penampilan kami. Kami membuktikan bahwa kreasi dan kreativitas mahasiswa diperlukan saat itu, dimana kami yang berjumlah empat puluh satu mahasiswa harus membuat sebuah panggung pementasan yang kecil menjadi panggung pementasan yang megah dan spektakuler.
ADVERTISEMENT
Pekan Kebudayaan Nasional adalah perayaan budaya yang begitu luar biasa. Pekan Kebudayaan Nasional telah memberikan ruang untuk para mahasiswa berkarya dan mengeksplorasi sebuah pembaharuan baru dalam dunia seni dan sastra. Maha seni mahasiswa tercermin dalam upaya mereka merancang acara Pekan Kebudayaan Nasional dan menggabungkan elemen-elemen kesenian, seperti seni rupa, musik, tarian, dan sastra, ke dalam program Pekan Kebudayaan Nasional. Hasilnya adalah Mereka tidak hanya menghadirkan karya seni yang indah, tetapi juga pesan budaya yang mendalam.