Konflik China-India Melahirkan Ancaman Perang Dagang Antar Kedua Negara

nadiyah kholilah yahya
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
Konten dari Pengguna
31 Desember 2020 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nadiyah kholilah yahya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
demonstrasi menuntut pemerintah India untuk memberlakukan boikot terhadap produk China
Konflik China-India kembali memanas pada 16 Juni 2020 lalu, Konflik tersebut terjadi karena adanya perebutan wilayah perbatasan yang tidak hanya mengakibatkan masalah politik dan ketegangan militer, tetapi juga sangat berpengaruh pada hadirnya ancaman perang dagang antar kedua negara. Konflik perbatasan ini memang secara tidak langsung menyebabkan perang terbuka antar kedua negara, tetapi berkemungkinan besar menimbulkan terjadinya perang dagang.
ADVERTISEMENT
Kebijakan lain yang mengikuti langkah India adalah dilarangnya penggunaan aplikasi asal China seperti Tiktok, Weibo, Wechat, dan 150 aplikasi lainnya. Sampai hari ini belum ada tanggapan yang serius dari pihak China dalam menanggapi boikot produk China di India, pemerintah China cenderung tidak mengambil langkah yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan ini, kebanyakan masyarakat China tidak melihat India sebagai lawan sebanding bagi China di sektor perdagangan, hal ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa China belum mengambil langkah tegas dalam membalas kebijakan yang diterapkan oleh India.
China sejak awal memang lebih fokus pada peluang dan potensi kerjasama investasi dan perdagangan dengan India, sehingga China terlihat tidak ingin melibatkan kerjasama ekonomi dalam konflik perbatasan seperti tahun-tahun sebelumnya yang faktanya menimbulkan kerugian bagi kedua negara. Hanya saja keaktifan perluasan kerjasama kedua negara saat ini yang sebenarnya sedang mengalami peningkatan yang baik terpaksa harus ditinjau kembali karena konflik perbatasan yang diinisiasi oleh India.
ADVERTISEMENT
Pemerintah India juga mengeluarkan kebijakan yang didalamnya membahas tentang diberhentikannya kesepakatan perdagangan dengan China yang nilainya mencapai USD $ 600 juta. Boikot barang-barang asal China di India sebenarnya memiliki resiko hadirnya perang dagang yang jelas merugikan kedua negara. Contohnya adalah China yang merupakan pengekspor alat-alat farmasi, perangkat IT, dan juga elektronik bagi India, karena boikot produk yang dilakukan oleh India, India takhirnya mengalami berbagai hambatan entah itu di produksi produk oleh perusahaan-perusahaan elektronik, farmasi, sampai dengan perusahaan pelayan.
Menilai dari kekuatan ekonomi kedua negara, China sebenarnya memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dari India, hal ini dilihat dari kondisi ekonomi India sejak Covid-19 yang mengalami keterpurukan dan juga dilihat dari kekuatan ekonomi China yang menjadi nomor dua di dunia. Boikot produk China oleh India akan lebih banyak memberikan kerugian bagi India dari pada China sendiri, sehingga kemungkinan aktivitas boikot produk China tidak akan berjalan lama. Selain itu langkah diam China bisa dilihat sebagai langkah pencegahan perang dagang antar kedua negara, China cenderung menunggu kapan tensi politik di pemerintah dan masyarakat India menurun dan akhirnya menghentikan langkah boikot produk asal China.
ADVERTISEMENT
China hanya memberikan penegasan mengenai posisi mereka yang tidak ingin kehilangan wilayah perbatasan tetapi tetap diam untuk mencegah perang dagang. Sikap diam China dalam kasus ini memang cukup efektif dalam menghalau terjadinya perang dagang, sehingga meskipun ada kemungkinan terjadi perang dagang, kemungkinan itu masih berpersentase kecil. Hal ini berbeda jika kedepannya China melakukan serangan balasan kepada India, kemungkinan perang dagang akan terjadi dan menimbulkan banyak kerugian di sektor ekonomi bagi kedua negara yang bertetangga tersebut.