Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Basijobang: Harta Karun Dalam Ragam Sastra Lisan dan Tulisan Yang Hilang
7 November 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Nadjwa Putri R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertunjukan Jobang adalah kesenian khas Kabupaten Lima Puluh Kota. Istilah ini berasal dari kata Jobang dalam dialek Minang yang ditemukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Payakumbuh. Nan Tongga Magek Jabang memiliki nama akhir Si Jabang. Warisan budaya Minangkabau, yang merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia, termasuk tradisi basijobang, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang unik dan berfungsi sebagai ekspresi seni, cara untuk menyampaikan pesan, dan cara untuk memperkuat hubungan sosial di masyarakat Minangkabau. Namun, basijobang terkait erat dengan berbagai bahasa, sastra lisan, dan tulisan Minangkabau. Dengan menyelidiki hubungan ini, kita dapat memahami bagaimana bahasa dan sastra Minangkabau berkembang dan berubah, dan bagaimana mereka tetap relevan di tengah perubahan zaman.
ADVERTISEMENT
Generasi milenial, bagaimanapun, tidak menyadari bahwa basijobang adalah sesuatu yang lebih dari sekedar hiburan. Mereka memiliki sejarah yang kaya dan nilai-nilai yang relevan, seperti pentingnya persatuan, kerukunan, dan penghormatan terhadap orang tua. Pantun yang dinyanyikan mengandung nasihat dan pelajaran hidup yang dapat digunakan oleh orang-orang untuk menghadapi tantangan di era teknologi saat ini. Kebutuhan untuk mempelajari basijobang semakin jelas seiring dengan jarak antara generasi. Identitas generasi milenial berisiko hilang jika mereka tidak memahami akar budaya mereka. Basijobang tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan memperkuat hubungan keluarga.
Basijobang menunjukkan bahwa itu lebih dari sekadar seni lisan, itu juga merupakan jembatan antara masa lalu dan masa depan. Karena itu, perlu dihidupkan kembali agar dapat terus mengalir ke generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Ragam Bahasa Minangkabau dan Peran Basijobang
Bahasa Minangkabau memiliki banyak dialek yang berbeda, yang dipengaruhi oleh budaya dan geografi masing-masing daerah. Dialek-dialek ini, seperti dialek Pariaman, Agam, dan Solok, mempertahankan unsur-unsur bahasa Minangkabau meskipun memiliki ciri-cirinya sendiri. Selama proses basijobang, komunikasi dilakukan dengan pola bahasa yang umum di masyarakat Minangkabau, yang menjadikan basijobang sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai dialek ini. Ini memungkinkan masyarakat dari berbagai wilayah untuk saling memahami meskipun mereka menggunakan dialek yang berbeda.
Selain itu, basijobang memiliki gaya bahasa yang unik, sering menggunakan metafora dan kiasan, yang memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang bahasa Minangkabau. Kata-kata yang digunakan dalam basijobang biasanya lebih halus dan memiliki banyak makna, menunjukkan kearifan lokal dan prinsip-prinsip budaya yang dihargai oleh masyarakat Minangkabau. Basijobang, oleh karena itu, tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan bahasa Minangkabau, terutama kosa kata yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kesenian Basijobang tidak dapat dibukukan, menurut Etnoestetika Minangkabau di kanal YouTube. Jika mereka ingin belajar Basijobang, murid-murid akan berbondong-bondong untuk mengunjungi guru mereka. Pendidikan Basijobang, juga dikenal sebagai pendidikan bakaba, juga sangat berbeda. Ketika seseorang ingin belajar Basijobang dengan gurunya, sangat penting bahwa murid harus mengikuti gurunya kemanapun dia pergi. Mereka harus mengikuti gurunya ke mana pun dan selalu menyimak dengan tekun setiap kata dan irama lagu yang dia nyanyikan. Dengan cara ini, dia akan dapat meniru irama yang dinyanyikan. Karena itu, menjadi seorang ahli kaba atau tukang Sijobang ini bukanlah perkara yang mudah, muridnya perlu banyak belajar.
Keterkaitan Basijobang dengan Ragam Sastra Lisan Minangkabau
Sijobang adalah atraksi seni tutur (cerita) yang menggambarkan ketokohan seseorang. Sementara ada banyak cerita yang disampaikan dalam seni Sijobang, Kaba Anggun Nan Tongga Magek Jabang adalah yang paling terkenal. Kaba ini mengandung pesan moral yang kuat dari budaya lokal. Sastra lisan Minangkabau sangat kaya, termasuk pantun, gurindam, tamsil, dan kaba. Setiap jenis sastra lisan memiliki peran dan karakteristik unik dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai sosial kepada masyarakat. Basijobang menggunakan elemen sastra lisan ini sebagai salah satu jenis komunikasi lisan, terutama dengan menggunaka
ADVERTISEMENT
n bahasa kiasan dan ritme tertentu saat berbicara.
Ritme dan nada bicara dalam basijobang sering kali diubah untuk memberi kesan yang lebih hidup dan menarik perhatian pendengar. Penyampaian kaba, cerita rakyat Minangkabau yang disampaikan secara turun-temurun deng
an pengulangan kata, nada yang naik turun, dan penggunaan kosakata unik yang dapat menimbulkan emosi, memiliki kesamaan dengan proses basijobang ini. Basijobang sangat penting untuk mempertahankan unsur-unsur artistik dan estetika dari sastra lisan Minangkabau dan sekaligus meningkatkan pengalaman mendengarkan masyarakat. Karena pola bahasanya yang terstruktur dengan rima tertentu, basijobang juga mirip dengan pantun dan gurindam. Seseorang yang basijobang, misalnya, dapat menggunakan pantun untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau ungkapan perasaan. Basijobang memiliki ritme dan rima yang harmonis yang memberikan pengalaman yang mendalam bagi pendengarnya. Ini menjadikannya salah satu jenis sastra lisan yang unik dan berharga dalam
ADVERTISEMENT
kebudayaan Minangkabau.
Perkembangan Sastra Tulis dan Pengaruh Basijobang
Banyak karya sastra yang ditulis oleh penulis Minangkabau, termasuk novel, roman, dan puisi, menunjukkan perkembangan sastra tulis di Minangkabau sejak periode kolonial, ketika para sastrawan seperti Marah Rusli, Hamka, dan Abdul Muis memulai karir mereka dalam bidang ini. Nilai-nilai dan kebiasaan Minangkabau, termasuk cara mereka berpikir dan menggunakan bahasa yang dipengaruhi oleh tradisi lisan seperti basijobang, dapat di
temukan dalam karya-karya mereka.
Tradisi basijobang, yang menggunakan bahasa kiasan dan ungkapan simbolis, sangat memengaruhi gaya bahasa yang digunakan dalam sastra tulis Minangkabau. Dalam sastra Minangkabau, penggunaan meta
fora yang indah dan simbol-simbol yang kaya berasal dari tradisi lisan seperti basijobang. Misalnya, ungkapan yang diambil dari alam atau kehidupan sehari-hari sering digunakan dalam karya sastra untuk menggambarkan suasana atau perasaan tertentu. Ini menunjukkan bahwa tradisi lisan seperti basijobang menjadi sumber sastra tulis modern. Pertunjukan Sijobang biasanya ditampilkan di berbagai acara di Kabupaten Lima Puluh Kota, termasuk acara adat, sunat rasul, pesta perkawinan, dan baralek pangulu. Saat ini, pertunjukan Sijobang telah berkembang menjadi alat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota, khususnya. Banyak seniman akademisi dan non-akademisi telah mengembangkan versi baru dari seni Sijobang ini. Musiker dan kelompok yang telah mengembangkan seni ini termasuk Grup Musik Talago Bumi dengan karyanya "Galuik Sijobang", La Gandie Jazz Etnic dengan karyanya "Sijobang Dalam Ritem", dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Lima Puluh Kota, ada beberapa dendang Sijobang yang terkenal:
Lebih dari itu, basijobang juga berkontribusi terhadap pilihan tema yang digunakan dalam karya sastra Minangkabau. Tema-tema seperti cinta, persahabatan, dan kehidupan sosial masyarakat sering diangkat dalam basijobang dalam banyak karya sastra tulis. Sastra mempertahankan nilai-nilai ini dan digunakan sebagai cara untuk merefleksikan kehidupan dan budaya Minangkabau. Ini membuat tulisan relevan dan mudah dipahami oleh pembaca saat ini.
Melastarikan budaya di tengah kecanggihan teknologi dan perkembangan platform seperti TikTok adalah tantangan sekaligus peluang yang menarik. Dalam era internet saat ini, di mana hiburan dan informasi mudah ditemukan, penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi modern dan mempertahankan nilai-nilai budaya kita. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mendirikan balai pelatihan budaya. Balai pelatihan budaya dapat berfungsi sebagai wadah untuk generasi muda untuk mengenal dan menghargai warisan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Pemuda akan dapat belajar tentang tradisi, seni, dan praktik budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka di balai pelatihan budaya ini. Mereka akan mempelajari sejarah budaya melalui program-program yang interaktif dan menarik. Mereka juga akan diajarkan cara mengadaptasi dan menyampaikan budaya tersebut dalam konteks kontemporer. Misalnya, remaja dapat membuat konten yang mempromosikan tarian tradisional, makanan lokal, atau bahkan cerita rakyat dengan cara yang kreatif dan menarik dengan menggunakan platform seperti TikTok. Oleh karena itu, balai pelatihan budaya ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pembelajaran tetapi juga sebagai tempat untuk munculnya konsep baru yang menggabungkan teknologi modern dan elemen tradisional. Ketika generasi muda aktif membuat konten budaya dan menyebarkannya melalui media sosial, Mereka memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya mereka kepada dunia, dan mereka juga dapat menjangkau audiens yang lebih besar dan membentuk komunitas dengan minat yang sama.
ADVERTISEMENT