Angkringan Bukan Sekadar Gerobak

Nadhifa Putri Nauramiyanti
Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
11 Juli 2021 19:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadhifa Putri Nauramiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: kumparan.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suasana kafe, restoran, dan pemandangan sepertinya sudah biasa untuk dijadikan sebagai tempat makan. Namun, pernah tidak merasakan makan dengan suasana pinggir jalan ditambah suara lalu-lalang kendaraan? Ya, angkringan. Warung makan sederhana dengan menggunakan gerobak dorong yang ditutupi sebuah terpal plastik sebagai atapnya.
ADVERTISEMENT
Jangan salah, walau bentuknya gerobak, angkringan ini punya keunikan sendiri. Gerobak dorong itu bisa digunakan apa saja, alias serba guna. Mulai dari memanaskan air, memasak, bahkan untuk tempat menaruh makanan. Lebih apiknya lagi bisa sebagai meja makan untuk para pembeli.
Sate usus, sate telur puyuh, sate ati ampela, dan nasi kucing sudah terpampang jelas ketika saya turun dari motor. Dengan kondisi perut yang masih kosong sehabis rapat organisasi, saya diajak makan malam dengan teman saya, Nurul. Kami memutuskan untuk mampir ke Angkringan.
Saat itu, “kantong” sudah menipis dan rasanya tidak cukup untuk makan di tempat hits. Di sanalah saya dan Nurul duduk di kursi yang sudah dijejerkan dan bisa memuat 8-10 orang pembeli. Di sana juga menyediakan tempat duduk lesehan. Dengan diterangi lampu setir dan dibantu lampu jalan, saya menikmati makanannya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya makanan, Angkringan Mas Gondrong yang terletak di Jalan Radar Auri, Depok menjual beberapa minuman seperti wedang jahe, es teh manis, es jeruk, serta tersedia kopi joss. Rasanya sangat langka ketika makan dengan suasana yang menyajikan kehangatan dan kesederhanaan. Saya juga bisa berbaur satu dengan yang lain tanpa memandang seragam dan status sosial. Bahkan, seringkali penjualnya ikut terhanyut dalam obrolan kami.
Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, meskipun menyediakan makanan dan minuman yang bervariasi, harga setiap menu di Angkringan sangat terjangkau. Sangat takjub ketika selesai makan dan mendengar total harga dari abangnya. “Dua puluh ribu, neng”, ujarnya. Dengan nominal yang terbilang tidak besar, benar saja, saat itu saya hanya memesan lima sate tusuk campur, dua nasi kucing, dan satu es teh manis. Ah, nikmat mana lagi yang kau dustakan?
ADVERTISEMENT
Sepertinya, Angkringan sudah memiliki tempat sendiri di hati masyarakat. Tidak hanya murah meriah, Angkringan menjadi tempat pemersatu bangsa, karena di situlah kita punya alasan kembali pada kodrat manusia yang memiliki derajat sama. Tidak pandang suku, agama, dan status sosial. Pun rasanya tidak menjadi tantangan bagi pengusaha angkringan dengan pengusaha kafe atau restoran yang punya fasilitas sangat baik. Dari Angkringan, kita bisa berada di zona nyaman.
(Nadhifa Putri Nauramiyanti/Politeknik Negeri Jakarta)