Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Kelas Menengah Indonesia vs AI, Siapa yang Akan Tertinggal?
22 April 2025 11:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nadwa Dwi Nurcahyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Kelas Menengah Sebagai Garda Terdepan Ekonomi Indonesia
ADVERTISEMENT
Kelas menengah Indonesia, yang mencakup 66,35% populasi (BPS, 2024), adalah penopang utama konsumsi rumah tangga (81,49% dari total). Mereka mendominasi sektor jasa (57,05%), industri (22,98%), dan pertanian (19,97%). Namun, keberadaan mereka kini diuji oleh kehadiran AI.
ADVERTISEMENT
Ancaman AI Dari Pekerja Kantoran hingga UMKM
Studi World Economic Forum (2020) memprediksi bahwa Artificial Intelligence akan menggantikan 85 juta pekerjaan global pada 2025. Di Indonesia, 50-60% pekerjaan berisiko hilang, terutama di sektor administrasi, media, dan layanan (ILO, 2016). Sektor pendidikan relatif aman, tetapi pekerjaan rutin seperti entri data atau layanan pelanggan terancam.
Pemerintah dan Swasta Berlomba Siapkan Mitigasi
Pemerintah tengah menyusun regulasi AI untuk memastikan pemanfaatan yang bertanggung jawab. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyatakan, “Kita butuh kerangka hukum agar AI tidak memperlebar kesenjangan.”
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Google menggelontorkan dana US$350 ribu per startup AI di Indonesia. Program pelatihan seperti kolaborasi Komdigi-Microsoft juga digencarkan untuk meningkatkan keterampilan digital.
Survei Katadata (2024) menunjukkan paradoks bahwa 78% responden percaya AI aman, tetapi 69,3% khawatir akan penyalahgunaan. Generasi Z (67,1%) dan lulusan perguruan tinggi (79,4%) lebih aktif menggunakan AI.
Kesimpulan
Kelas menengah Indonesia tidak akan hancur selama mampu bertransformasi. Kombinasi kebijakan pemerintah, pelatihan, dan kesadaran individu menjadi kunci.
AI bukan musuh, tapi cermin bagi kelas menengah untuk introspeksi. Yang gagal beradaptasi mungkin tersingkir, tetapi yang kreatif akan memimpin era baru ekonomi digital.
ADVERTISEMENT