Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
4 Sifat Progresif Gen Z yang Perlu Kamu Pelajari
1 Agustus 2024 8:40 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nadya Elianna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sifat Progresif Gen Z - Gen Z merupakan generasi yang lahir di antara tahun 1997-2010. Sebagai digital native, generasi ini tumbuh bersama teknologi. Maka tak heran, kalau mereka sangat update & punya kepedulian tinggi akan berbagai isu, terutama isu lingkungan.
ADVERTISEMENT
Walau kerap dianggap sebelah mata, sebenarnya gen Z ini memiliki sifat-sifat progresif lho. Progresif di sini artinya terbuka terhadap ide baru, mendorong pembangunan berkelanjutan, hingga mau terus mendorong perubahan dalam lingkungan & masyarakat. Bahkan, sifat progresif ini belum tentu ditemui di generasi-generasi sebelumnya lho!
Yuk, Belajar 4 Sifat Gen Z Progresif!
1. Punya Hati untuk Melayani Keluarga Miskin
Sebuah survei yang dilakukan British Heart Foundation menunjukkan bahwa 94% gen Z ingin menjadi relawan & berkontribusi pada masyarakat. 42% gen Z merasa bahwa menjadi relawan dapat meningkatkan kepercayaan diri & 39% merasa ini menjaga kesehatan mental mereka.
Maka dapat dikatakan, ciri gen Z progresif adalah mereka punya hati untuk membantu orang-orang di sekitarnya. Bahkan, di tengah kesibukan mereka sebagai pelajar/pekerja, mereka tetap peka terhadap kondisi sosial & mau meluangkan waktu membantu sekitar.
ADVERTISEMENT
Dengan semangat melayani, mereka ikut menyalurkan donasi, mengedukasi, & membantu memperbaiki rumah-rumah yang tidak layak huni. Bagi gen Z, menjadi relawan tidak hanya bicara tentang materi; relawan bicara soal menumbuhkan asa & memanusiakan manusia.
2. Tinggi Empati
Gen Z merupakan generasi yang tinggi empati. Forbes sendiri mencatat bahwa gen Z memandang empati sebagai sifat kedua terpenting yang mereka cari dalam pekerjaan mereka.
Tak hanya di pekerjaan, mereka juga memandang empati penting dalam pendidikan. Indonesia Gen Z Report mencatat bahwa menurut 84% gen Z, esensi pendidikan adalah mengajarkan moral & menumbuhkan empati.
Salah satu contoh gen Z yang belajar menumbuhkan empati adalah Sajid Dhiyaurrahman . Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, ia tetap meluangkan waktunya untuk mengabdi pada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai relawan, ia sering mengajar anak petani di Sekolah Samin (Sabtu-Minggu) Kecamatan Cimenyan. Sekolah ini dibangun Yayasan Odesa Indonesia untuk memfasilitasi pendidikan informal anak petani yang tertinggal.
Menariknya, pengalaman jadi relawan ini tak hanya menuntut Sajid untuk belajar soal cara mendidik—lebih dari itu, ia belajar soal empati, wawasan hidup, hingga karakter anak.
“Ternyata, cara mengajar itu lebih dari sekadar menulis di papan tulis. Bisa lho, kita mendampingi mereka dengan menggambar, membaca, berhitung, atau membuat karya seni bersama,” ujar Sajid.
Bahkan, Sajid jadi lebih berempati & belajar kalau minat anak desa begitu beragam. Pengalaman berharga ini membuka matanya, kalau minat anak perlu difasilitasi agar berkembang. Dengan berkontribusi langsung secara sosial, Sajid jadi paham kalau penting bagi gen Z untuk melihat realita di lapangan.
ADVERTISEMENT
3. Peduli Lingkungan & Mau Berpikir Ekologis
Gen Z tumbuh di dunia dengan perubahan iklim & penuh isu lingkungan. Maka tak heran, kalau gen Z tumbuh jadi generasi yang lebih peduli akan lingkungan. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan WWF Indonesia : Isu lingkungan jadi salah satu yang paling dikhawatirkan milenial & gen Z.
Bahkan, 72% gen Z mengaku sudah mulai mengubah kebiasaan mereka untuk mengurangi dampak negatif pada bumi. Ini merupakan salah satu ciri dari gen Z yang progresif: Mempunyai mindset ekologis.
Berpikir secara ekologis jadi penting, karena kegiatan manusia seperti penangkapan ikan, pertanian, penggunaan energi listrik, hingga urbanisasi, berdampak pada alam. Dengan mempelajari dampak tindakan kita terhadap lingkungan—sekecil apa pun itu—kita akan jadi lebih sadar & mindful terhadap setiap aksi yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
4. Mau Belajar Menulis untuk Menginspirasi
Menulis adalah kekuatan. Bahkan, kita bisa mengetahui pemikiran inovatif dari tokoh besar sejarah seperti Shakespeare, Darwin, hingga Plato, lewat tulisan mereka.
Masalahnya, banyak dari kita yang menganggap menulis itu sulit. Saya suka cara James Greig , penulis buku Reset Your Brain’s Operating System, memberikan perumpamaan tentang menulis:
“Menulis itu seperti flossing. Walaupun tahu manfaatnya, kita selalu berusaha mencari alasan untuk tidak melakukannya. Entah kita beralasan tidak tahu caranya, atau tidak punya waktu untuk mengerjakannya.”
Pertanyaannya, bagaimana cara mulai menulis? Coba awali dari belajar mengobservasi; observasi kegiatan sekeliling, observasi orang sekitar, hingga observasi pikiran sendiri. Kemudian, berlatihlah untuk rutin menulis.
Dengan menulis, kita tidak hanya merapikan pikiran, tapi juga membantu orang yang membaca tulisan kita. Lebih jauh lagi, menulis terutama untuk isu-isu penting, dapat menginspirasi, mempersuasi, & menggerakan orang banyak. Gen Z yang rutin menulis, akan menjadi gen Z yang maju & berkembang.
ADVERTISEMENT
Waktunya Jadi Gen Z yang Mau Mendorong Perubahan
Saatnya tunjukkan, kalau gen Z juga punya kekuatan untuk mendorong perubahan. Kalau kamu siap & mau menjadi bagian dari perubahan, kamu bisa mulai dari hal sederhana misalnya menjadi relawan sosial .
Ada begitu banyak pilihan bidangnya, mulai dari relawan edukasi, sanitasi, hingga kesehatan. Kamu bisa mencoba dari bidang yang paling menarik perhatianmu & sesuai minatmu. Yang terpenting, kita selalu punya niat untuk mengusahakan kemajuan diri & masyarakat.