Kenangan Buruk : What and How to Live with it?

Nadzira Nasyaihul Bhesislam
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
17 Desember 2022 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadzira Nasyaihul Bhesislam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi: Canva
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi: Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah Anda tiba-tiba dihampiri kenangan buruk ketika berkegiatan sehari-hari? Hal ini tentu saja mengganggu. Apalagi jika hal tersebut muncul ketika bersantai bersama orang tersayang, atau bahkan ketika mau tidur!
ADVERTISEMENT
Nah, kenangan buruk ini berkaitan juga dengan kesehatan mental yang kita miliki. Oleh karena itu, mari kita kenal lebih lanjut kenangan buruk yang terjadi di kehidupan dan bagaimana hal tersebut mengarahkan kita pada kondisi psikologis yang dimiliki.

Mengapa Hal Itu Terjadi?

Sulit sekali untuk kita memperlambat hidup. Semua orang sibuk mengejar impian mereka tanpa terasa ada waktu untuk sekedar beristirahat sejenak. Hal ini memaksakan kita untuk ikut ‘berlari’. Tetapi bagaimana jika kenangan buruk tiba-tiba menghampiri? Tentu saja hal tersebut menjadi penghambat dan juga akan sangat menguras emosi dan stabilitas kesehatan mental yang dimiliki.
Kenangan baik maupun buruk menghampiri saat kita tidak sepenuhnya sadar akan apa yang kita lakukan saat ini. Seperti kalimat “tubuhnya memang di sini tetapi pikirannya tidak”. Dengan begitu otak akan mengambil alih sebagian kesadaran kita yang hilang dengan mendatangkan kenangan dari masa lalu. Nah, seringkali kenangan yang datang adalah kenangan buruk.
ADVERTISEMENT

Unwanted Memories yang Memorable

Pengalaman negatif yang kita hadapi ini pun tak terhindarkan karena sepenuhnya merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika pengalaman negatif menimpa, memungkinkan kita untuk merasa emosional.
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Ochsner mengenai apakah seseorang benar-benar mengingat dengan jelas suatu pengalaman atau sekadar mengetahui saja bahwa itu terjadi, hasilnya pengalaman negatif sering kali “tak terlupakan” daripada pengalaman positif. Hal-hal negatif lebih memungkinkan untuk diingat bisa disebabkan oleh emosi yang ditekan.
Ingatan juga memiliki dampak terhadap well-being seseorang dari masa ke masa. Dengan kata lain, satu memori negatif dapat terus berdampak dan menurunkan well-being meskipun setelah beberapa lama pengalaman itu terjadi.

Alam Bawah Sadar

Setelah mengalami hal-hal yang tak diinginkan kita pasti ingin sekali mengubur ingatan tersebut. Tetapi apakah bisa kita menguburnya? Meskipun pengalaman buruk beserta emosinya sudah lama terjadi, tetapi tidak serta-merta menghilang dimakan waktu begitu saja. Seperti, masih ada luka yang membekas.
ADVERTISEMENT
Emosi dari pengalaman negatif yang ditekan pun bisa jadi karena kita belum berdamai dengan masa lalu tersebut. Walaupun represi atau penekanan yang dilakukan ini bagian dari pertahanan diri (Defense Mechanism), jika terus dilakukan pengalaman buruk ini akan terkurung di alam bawah sadar kita.
Perlu diketahui bahwa ingatan yang terkurung tersebut memberikan kemungkinan peluang bagi kenangan buruk muncul ke alam sadar kita dalam bentuk mimpi, hingga kenangan sekilas yang melintas di kegiatan keseharian kita.
Jika kenangan buruk terus-menerus muncul, secara tak langsung akan mengarahkan kita pada gangguan kecemasan, stress, bahkan halusinasi. Tentu saja hal tersebut dapat menghambat aktivitas sehari-hari.

Mindfulness

Tidak perlu khawatir, kecemasan berlebih yang diakibatkan ini dapat dikendalikan kok! Salah satu caranya dengan mempraktikan latihan Mindfulness.
ADVERTISEMENT
Mungkin Anda pernah mendengar Mindfulness beserta segala manfaatnya bagi kesehatan mental. Banyak yang mengklaim latihan Mindfulness dapat membantu mengalihkan perhatian dari pemikiran negatif dan lebih terlibat dengan dunia sekitar. Maka dari itu kita akan membahas bagaimana Mindfulness bermanfaat bagi kehidupan.
Praktik Mindfulness merupakan hal yang tepat untuk dilakukan karena dapat meningkatkan kesadaran seseorang pada pengalaman yang sedang terjadi (present-moment-awareness) tanpa penilaian. Tindakan ini memberikan peluang untuk kita ‘enjoy the moment’ dengan pembebasan pemikiran negatif.
Jika memiliki waktu luang ada baiknya melakukan praktik Mindfulness ini untuk mengurangi kecemasan berlebih. Mayo Clinic menjelaskan ada beberapa contoh latihan yang bisa kita lakukan:
ADVERTISEMENT
Referensi
Ochsner, K. N. (2000). Are affective events richly recollected or simply familiar? The experience and process of recognizing feelings past. Journal of experimental psychology: general, 129(2), 242.
Kensinger, E. A. (2007). Negative emotion enhances memory accuracy: Behavioral and neuroimaging evidence. Current Directions in Psychological Science, 16(4), 213-218.
Savitri, W. C., & Listiyandini, R. A. (2017). Mindfulness dan kesejahteraan psikologis pada remaja. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 43-59.
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/sering-teringat-hal-yg-sudah-terjadi
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-represi-mental-melupakan-pengalaman-traumatis-tanpa-sadar
https://amp.dw.com/id/kendalikan-otak-agar-tidak-terlalu-cemas-dan-khawatir/a-54554692
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer-health/in-depth/mindfulness-exercises/art-20046356