Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Fenomena Synesthesia: Ketika Mengalami Sensasi Berbeda dengan Orang pada Umumnya
24 November 2021 21:56 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nafisha Agatha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti membutuhkan panca indera yang kita miliki untuk melakukan aktivitas, mata untuk melihat berbagai pemandangan, hidung untuk mencium aroma, telinga untuk mendengar suara, dan lidah untuk merasakan makanan. Namun, ternyata ada sebuah kondisi ketika kita dapat merasakan objek yang dirasakan oleh satu panca indera, tetapi dengan menggunakan panca indera yang lainnya. Seperti kita dapat merasakan asam di dalam mulut kita ketika melihat buah lemon di atas meja.
ADVERTISEMENT
Kejadian seperti ini dinamakan synesthesia, yaitu proses terjadinya persilangan antara indera yang satu dengan indera lainnya yang disebabkan oleh pertukaran informasi tentang objek yang dapat dirasakan oleh indera tesebut. Kondisi ini dapat terjadi karena individu memiliki kelainan Neurologi, sehingga menyebabkan pengidapnya mengalami kondisi di mana persepsi panca indera seseorang tercampur. Kondisi Neurologi ini menyebabkan otak mengolah data menggunakan beberapa indera sekaligus. Hal ini secara otomatis dan tidak sadar dapat memicu sensasi lainnya pada saat seorang individu mendapat stimulasi pada sensorik tertentu.
Pada fenomena synesthesia, persepsi yang dihasilkan dari persilangan beberapa panca indera akan menghasilkan suatu persepsi baru yang kemudian menjadi persepsi asing. Hal ini dapat terjadi karena persepsi yang biasanya sudah dikenali berubah menjadi abstrak ketika diolah oleh individu dengan synesthesia. Oleh karena itu, proses mengolah informasi dari panca indera inilah yang dapat membuat kebanyakan orang akan sangat sulit untuk memahami persepsi individu dengan synesthesia.
ADVERTISEMENT
Synesthesia dapat terjadi sejak lahir dan berkembang di masa kanak-kanak. Kondisi ini juga dapat diwariskan secara genetik. Kelainan synesthesia ini dapat terjadi karena para penderita mempunyai hubungan antar-bagian otak yang lebih kuat, semakin kuat hubungan antar-bagian otak dimana satu kegiatan di bagian otak dapat menyebabkan terjadinya pergerakan kegiatan di bagian otak yang lain.
Kemudian, penyebab lain dari synesthesia adalah bagian dari saraf pusat yang tidak seimbang, yaitu inhibisi yang bertugas sebagai penghambat dan eksitasi yang bertugas memberi rangsangan. Terdapat beberapa zat yang dapat menyebabkan terjadinya synesthesia sementara, yaitu penggunaan obat-obatan psikedelik yang dapat meningkatkan dan menghubungkan pengalaman sensorik seperti Mescaline, Psilocybin, dan LSD. Selain itu, Ganja, alkohol, bahkan kafein juga telah terbukti dapat menyebabkan synesthesia sementara.
ADVERTISEMENT
Menurut American Psychological Association (APA), kelainan synesthesia ini jarang terjadi, hanya terjadi pada sekitar 1 dari 2.000 orang. Synesthesia lebih banyak dialami oleh orang-orang yang sering menggunakan panca indera nya secara kolektif untuk melakukan pekerjaan. Persentasenya hanya sekitar 20 hingga 25 persen orang, menurut Psychology Today.
Terdapat beberapa jenis synesthesia yang sudah terdiagnosis di antaranya, yaitu :
ADVERTISEMENT
Orang-orang dengan synesthesia biasanya disebut dengan synesthetes. Para synesthetes biasanya tidak mengetahui bahwa yang mereka alami ini merupakan hal yang tidak terjadi pada orang lain sampai mereka sendiri sadar bahwa orang lain tidak menyadari sensasi sensorik yang sama dengan mereka.
Synesthesia bukanlah suatu penyakit yang merugikan dan juga tidak mengganggu selama para pengidapnya dapat melakukan kontrol dan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Sehingga, tidak ada pengobatan untuk kondisi ini. Karena pada umumnya synesthesia ini dapat membuat penderitanya menjadi memiliki sisi kreatif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kebanyakan orang, mereka juga dapat menggunakan kemampuan mereka untuk mempermudah dalam mengingat, dan menikmati kondisi ini.
Referensi :
Cytowic, R. E. (2002). Synesthesia: a union of the senses (2nd edition). MIT Press.
ADVERTISEMENT
Goenawan, L. A. (2020, Januari 29). Mengenal synesthesia, ketika suara memiliki warna. https://www.rspondokindah.co.id/id/news/mengenal-synesthesia--ketika-suara-memiliki-warna