Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memimpikan Pesantren yang Ramah dan Amanah
23 Desember 2024 10:19 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nahdan Faiq Hanania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu hari, tetangga saya, seorang ibu, bertanya tentang pesantren. Beliau bertanya kepada saya karena saya adalah seorang santri.
ADVERTISEMENT
Seperti inilah kira-kira pertanyaan beliau. “Dik, emang katanya di pesantren tuh serem ya? Kan katanya banyak kasus bullying, tuh. Terus peraturannya juga ketat banget kan? Emang gitu ya dek?”
Pertanyaan tersebut membuat saya sedikit terkejut. Saya akhirnya sadar, bahwa pandangan masyarakat terhadap lembaga pesantren tidaklah begitu baik. Bahkan, mungkin bisa dikatakan buruk. Saya pun cukup bisa memakluminya. Saya juga memahami bahwa yang bertanya adalah masyarakat awam yang tidak sepeuhnya mengerti mengenai sistem pendidikan yang dilaksanakan di pesantren.
Namun, saya juga memahami bahwa pandangan negatif tersebut muncul juga bukannya tanpa sebab. Paling tidak, saya melihat beberapa penyebab munculnya stigma negatif dari masyarakat tersebut.
Penyebab munculnya stigma negatif di masyarakat
Ada banyak hal yang dapat menimbulkan munculnya stigma negatif di masyarakat terhadap pondok pesantren. Pada artikel ini, saya hanya akan menjabarkan dua permasalahan yang saya anggap paling penting dan paling berdampak pada saat ini.
ADVERTISEMENT
Penyebab yang pertama ialah banyaknya kasus bullying yang terjadi di lingkungan pesantren. Kasus bullying yang terjadi di pesantren tentunya bukanlah buah bibir semata. Kasus-kasus tersebut memang pada nyatanya benar-benar terjadi di lapangan.
Dampak bullying yang saya temui pun cukup beragam. Mulai dari trauma dan berakibat pindah sekolah bagi korban atau bahkan sampai dirawat di rumah sakit. Bahkan sampai terdapat kasus yang sampai meregang nyawa.
Hemat saya bullying saat ini telah menjadi suatu aib besar bagi lembaga pesantren di Indonesia sehingga memerlukan penanganan yang serius. Upaya tersebut adalah demi mewujudkan pesantren yang ramah dan amanah bagi santri yang pada umumnya masih dikategorikan sebagai anak.
Penyebab yang kedua adalah kurang terbukanya lembaga pesantren terhadap masyarakat umum dengan apa yang terjadi di dalam pesantren. Lembaga pesantren saat ini, cenderung bersifat lebih tertutup dibanding lembaga pendidikan lainnya di masyarakat. Hal itu tentunya membuat masyarakat umum tidak mengetahui apa-apa perihal kehidupan santri di pondok pesantren.
ADVERTISEMENT
Masyarakat tidak tahu menahu mengenai kegiatan keseharian para santri sehingga dapat menimbulkan asumsi-asumsi negatif masyarakat terhadap kehidupan keseharian para santri di pondok pesantren. Pandangan-pandangan negatif seperti aturan pesantren yang ketat, kegiatan yang membosankan, dan pandangan lainnya yang timbul akibat kurangnya publikasi lembaga pesantren mengenai kehidupan santri di pondok pesantren.
Inti dari penyebab yang saya tulis di atas adalah semua permasalahan yang terjadi di pondok pesantren menimbulkan asumsi buruk di masyarakat bahwa pesantren adalah tempat yang tidak ramah bagi anak.
Menghilangkan bullying di lingkungan pesantren
Usaha untuk menyelesaikan masalah bullying di pesantren tentunya telah menjadi hal yang mendesak untuk dipikirkan oleh lembaga pesantren di Indonesia saat ini.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menghilangkan bullying dan menciptakan pesantren yang ramah anak menurut saya dapat dibagi menjadi dua hal yaitu pencegahan dan penanganan.
ADVERTISEMENT
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan lembaga pesantren adalah dengan memperbanyak wadah kreatifitas bagi para santri seperti kegiatan ekstrakurikuler, study club, dan masih banyak lagi.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya akan menciptakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan. Sebab para santri akan mencurahkan pikiran dan tenaganya pada hal yang lebih bermanfaat sekaligus diminati oleh mereka. Hal itu juga dapat menghindarkan santri dari interaksi yang tidak diperlukan dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di antara santri.
Selanjutnya ialah penanganan. Penanganan dalam suatu kasus bullying seharusnya memilik mekanisme pengaduan dan pelaporan yang jelas, terbuka, serta cepat tanggap. Dengan cara seperti itu, apabila sewaktu-waktu terjadi sebuah kasus maka pesantren akan dapat langsung menangani dan menyelesaikan masalah tersebut dengan baik.
ADVERTISEMENT
Penanganan bullying juga harus ditangani dengan profesional oleh orang-orang yang berkompeten. Dari hal-hal yang telah saya tulis di atas yang ingin saya tekankan adalah bahwa menghilangkan bullying di pondok pesantren bukanlah sebuah hal yang tidak mungkin dengan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak yang bersangkutan.
Menciptakan citra baik di masyarakat
Pondok pesantren hari ini sangat memerlukan publikasi pada kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan para santri di pondok pesantren kepada masyarakat. Dengan cara seperti itu maka masyarakat akan melihat bahwa pesantren adalah tempat yang menyenangkan dan kesehariannya dipenuhi dengan berbagai kegiatan yang positif, bukan sebaliknya.
Hal itu juga bisa dimanfaatkan menjadi sarana dakwah dan sebagai upaya pemasaran untuk meningkatkan daya tarik pesantren yang belakangan ini terlihat mulai menurun. Pesantren juga bisa berkolaborasi dengan para santrinya untuk menciptakan konten yang menarik. Cara tersebut akan dapat menjangkau masyarakat lebih luas apabila konten tersebut viral. Selain itu, cara tersebut juga untuk menyalurkan kreatifitas santri kepada hal yang lebih bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Mewujudkan mimpi pesantren yang ramah dan amanah
Untuk mewujudkan pesantrean yang bebas bullying, maka diperlukan juga rasa saling memahami di antara lembaga dengan orang tua. Orang tua harusnya memahami bahwa mereka harus percaya sepenuhnya terhadap lembaga dalam mendidik anaknya. Lembaga juga harusnya paham bahwa mereka harus menjaga amanah tersebut dengan memberikan pendidikan terbaik dan menghindarkan santri dari hal-hal yang tidak mengenakkan seperti perundungan atau hal-hal lainnya. Dengan adanya saling percaya, maka tidak ada intervensi yang mengganggu berjalannya proses pendidikan para santri di pondok pesantren.
Saya percaya bahwa masa depan bangsa dan agama ada di tangan para pemudanya dan santri lah yang akan menjadi pemuda-pemuda terbaik tersebut. Kita semua perlu berusaha dengan maksimal agar pesantren yang ramah dan amanah tidak hanya menjadi mimpi belaka.
ADVERTISEMENT
Jika pesantrean bebas dari bullying, maka saya pun akan menjawab pertanyaan saya dengan kepala tegak bahwa tidak ada lagi bullying di pesantren. Pesantrean bukan tempat yang seram, tapi pesantren adalah tempat yang ramah bagi anak.