Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Gen Z: Singkirkan Hedonisme, Bijak Kelola Keuangan
23 Juni 2022 15:12 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Naila Adibah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era sekarang, Gen Z atau generasi yang lahir dalam kurun waktu tahun 1995-2010 sangat erat kaitannya dengan kemajuan teknologi, mereka sangat mudah dalam menjangkau akses ke berbagai platform di seluruh dunia, baik untuk menjalin komunikasi, mencari tontonan, maupun melakukan transaksi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Gen Z juga identik dengan emosi yang masih labil dan seringkali hanya mementingkan kesenangan saja. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka yang menganggap kesenangan harus dinikmati selagi muda dan mereka juga masih tidak mempunyai banyak beban tanggungan.
Salah satu sikap yang banyak dikaitkan dengan Gen Z adalah gaya hidup hedonisme. “Hedone” merupakan asal dari kata hedonisme yang berasal dari istilah bahasa Yunani, bermakna kenikmatan, kesenangan, dan berfoya-foya.
Jadi, hedonisme dapat diartikan sebagai gaya hidup yang mengutamakan mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Bagi hedonis– penganut gaya hidup hedonisme– seringkali memiliki perilaku yang cenderung boros dan mementingkan kesenangan semata.
Dengan adanya perkembangan teknologi, kapanpun dan dimanapun para Gen Z dapat dengan mudah mengakses apapun menggunakan teknologi digital dalam kesehariannya. Dapat dilihat dari data pengguna internet di Indonesia pada gambar di atas, terdapat peningkatan jumlah populasi pengguna internet, meskipun tidak terlalu tinggi jika dibandingkan tahun 2021 lalu yang notabene kegiatan masyarakat banyak dilakukan di rumah karena pandemi Covid-19.
Kemudian ditilik dari grafik di atas, mempresentasikan rentang usia Gen Z yakni berkisar 12-25 tahun juga memiliki persentase yang cukup tinggi berdasarkan survei pengguna internet.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup hedonisme tanpa disadari juga dapat mengarah kepada perilaku konsumtif yang bisa berdampak pada kualitas finansial seseorang. Perilaku konsumtif yakni kebiasaan membelanjakan uang tanpa pikir panjang dan rasional. Membeli barang berdasarkan keinginan, tanpa melihat fungsi dan manfaat dari barang tersebut, sehingga cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Banyak alasan yang mendasari mereka untuk menjadi hedonis, seperti terlalu sering menggunakan uang untuk membeli hal-hal yang tidak perlu dengan berkedok self reward, gampang tertarik dengan produk-produk tren atau lucu dari yang diiklankan para influencer di sosial media, maupun peer pressure (tekanan sosial) dari lingkaran pertemanan.
Gaya hidup hedonisme seringkali beriringan dengan perilaku konsumtif menjadikan orientasi keuangan tidak jelas, sehingga tidak mempunyai perencanaan keuangan jangka panjang, akibatnya pelaku tidak memiliki persiapan untuk dana darurat, bahkan mereka rela berhutang untuk sekedar memenuhi keinginan konsumtifnya.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak sedikit cara yang dapat dilakukan untuk menghindari gaya hidup hedonisme dan hal pertama yang harus dilakukan tentu seputar pola pikir, yakni mengubah pola pikir menjadi produktif visioner, dengan itu kita bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta tahu barang yang masih bisa dipakai ulang maupun barang yang perlu dibeli dan waktu yang tepat untuk membelinya sesuai kebutuhan, sehingga dapat meminimalisir tindakan konsumtif.
Kemudian mengontrol keuangan dengan mulai mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran, sehingga menghindarkan kita dari sikap boros seperti peribahasa “besar pasak daripada tiang” yang bermakna lebih besar pengeluaran daripada pemasukan. Lalu cara utama untuk menghindari gaya hidup hedonisme dan perilaku konsumtif yakni berfokus menggeluti investasi.
Investasi, bukanlah kata yang asing di telinga kita. Namun, pada kenyataannya tidak semua orang paham apa itu investasi. Singkatnya, investasi adalah kegiatan mempersiapkan dana atau sumber dana lainnya pada waktu sekarang untuk mendapatkan untung di masa depan. Karena investasi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam jangka panjang, maka memang seharusnya mulai dipersiapkan dari sekarang, terutama bagi Gen Z.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sebagian Gen Z masih ragu-ragu untuk memulai investasi, ada beberapa alasan mengapa mereka masih ragu berinvestasi seperti takut terjerat investasi bodong, belum mengenal macam-macam dan produk-produk investasi, beranggapan investasi ketika sudah memiliki pendapatan sendiri, dan belum bisa memanajemen keuangan sendiri.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari gaya hidup hedonisme dan mulai berinvestasi, antara lain :
1. Menentukan tujuan investasi
Dengan adanya tujuan yang jelas akan membuat seseorang berpikir visioner kedepan tentang jangka waktu, instrumen, pengalokasian dana, dan mengatur prioritas dalam berinvestasi. Selain itu, dengan adanya tujuan yang jelas akan memotivasi diri supaya giat mencari informasi dan konsisten berinvestasi untuk mewujudkan tujuan tersebut.
2. Mencari sumber pendapatan baru
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan mengapa Gen Z ragu berinvestasi yakni karena kurangnya modal, sehingga hal yang tepat untuk mulai mencari pekerjaan sebagai sumber pendapatan baru, bisa dengan bekerja full time maupun bekerja part time yang disesuaikan usia, kemampuan, dan kesibukan.
3. Memanajemen keuangan
Dalam berinvestasi, sebaiknya menggunakan uang dingin yakni uang menganggur atau uang yang tidak digunakan dalam waktu dekat, bisa dari sisa gajian, gaji dari kerja sampingan, bonus atau tunjangan, maupun uang hasil investasi yang diinvestasikan kembali. Karena jika berinvestasi menggunakan uang dingin tidak akan mengganggu kondisi finansial sehari-hari.
Ada beberapa tips cara pengalokasian dana yang inovatif dari beberapa tokoh yang bisa diterapkan sesuai keadaan, antara lain:
Tips mengatur keuangan dengan prinsip 20/30/50 ini pertama kali dikenalkan oleh pasangan ibu dan anak yakni Senator Elizabeth Warren dan Amelia Warren Tyagi melalui bukunya All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan yang merupakan buku terlaris New York Times All Your Worth yang diterbitkan pada 17 Januari 2006.
Para penulis buku tersebut menunjukkan cara memanajemen pendapatan setelah dikurangi pajak kemudian membaginya menjadi 3 bagian, yakni 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% sisanya untuk tabungan.
ADVERTISEMENT
Prita Ghozie merupakan Co-Founder dan CEO dari ZAP Finance, financial educator, penulis serta dosen di FEB Universitas Indonesia. Beliau mengungkapkan beberapa tips memanajemen keuangan dengan membaginya menjadi beberapa bagian seperti untuk zakat dan dana sosial, dana darurat dan asuransi, biaya hidup dan cicilan, gaya hidup, dan investasi.
4. Analogi terbalik
Selain beberapa tips di atas, ada juga tips alternatif dan inovatif yang akan penulis berikan. Tips ini merupakan analogi terbalik yang memandang sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda.
Biasanya seseorang melakukan self reward dengan membelanjakan uang sesuai keinginannya, lalu dengan analogi terbalik dapat diubah menjadi self reward dengan menambah jumlah investasi. Tujuannya untuk menunda keinginan sekarang dengan harapan dapat memenuhi keinginannya nanti dari keuntungan yang lebih besar di masa depan.
ADVERTISEMENT
Daripada menghabiskan waktu dengan media sosial untuk hal sia-sia belaka, maka lebih baik menggunakannya untuk mencari informasi, belajar mengenai pengelolaan keuangan, mengakses berita ekonomi, mencari informasi pekerjaan, dan hal yang bermanfaat lainnya. Karena informasi di media sosial banyak disajikan dengan ilustrasi yang menarik, sehingga akan sangat menyenangkan menggunakan media sosial untuk belajar sesuatu.
Jika kita biasanya ingin menggunakan sesuatu yang mudah dan praktis, kali ini dapat mencari tempat yang sulit untuk mencairkan uang sewaktu-waktu. Misalnya menyimpan uang di deposito berjangka, karena selain aman juga hanya dapat mencairkan uang sesuai jangka waktu yang ditentukan.
Jadi, sebagai Gen Z harus berani keluar dari gaya hidup hedonisme dan bijak dalam mengelola keuangan. Jangan lupa untuk terus belajar dan konsisten berinvestasi ya, learning by doing. Semangat!!
ADVERTISEMENT
Naila Adibah, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Referensi :
https://grahanurdian.com/data-e-commerce-indonesia-2022/?amp=1#1-
https://www.idxchannel.com/milenomic/simak-cara-mengatur-keuangan-ala-prita-ghozie