Konten dari Pengguna

Pornografi Menghancurkan Remaja?

Naila Fathi Nadhira
Mahasiswi di Universitas brawijaya
2 Desember 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naila Fathi Nadhira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era digital ini, kita bisa mendapatkan sebuah informasi dengan sangat mudah. Segala macam informasi dan konten dari belahan dunia dapat kita akses hanya dengan sekali tekan, termasuk pornografi. Harga internet yang semakin terjangkau khususnya di kalangan remaja dan anak-anak, serta kemudahan akses melalui media sosial, membuat pornografi semakin mudah diakses secara virtual. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampak jangka panjangnya, terutama pada kesehatan mental dan fungsi otak remaja.
ADVERTISEMENT
Pornografi tidak hanya menjadi isu moral atau sosial, tetapi juga masalah yang kompleks dari sudut pandang neurologis. Penelitian dalam bidang biopsikologi menunjukkan bahwa konsumsi pornografi secara berulang dapat memengaruhi sistem saraf , terutama pada bagian otak yang mengatur penghargaan, kontrol diri, dan emosi. Proses ini melibatkan pelepasan dopamin, sebuah neurotransmitter yang bertanggung jawab atas rasa senang dan kepuasan secara berlebihan, menciptakan efek yang mirip dengan kecanduan. Seiring dengan berjalannya waktu, aktivitas berulang ini dapat mengubah struktur dan fungsi otak, menyebabkan penurunan sensitivitas terhadap kenikmatan alami, kesulitan dalam regulasi emosi, hingga gangguan dalam hubungan sosial.
Koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi pribadi

Dampak Pornografi pada Otak Remaja

Orang yang sering terpapar pornografi beresiko mengalami penyusutan pada bagian-bagian tertentu dari otak, seperti amigdala yang berfungsi untuk mengatur emosi dan respon terhadap rangsangan seksual, nucleus accumbens yang terlibat dalam sistem penghargaan otak yang membuat perilaku adiktif semakin diperkuat, dan korteks prefrontal yang mengatur pengambilan keputusan dan kontrol diri. Sebuah penelitian oleh Christian Laier (2012) berjudul Pornographic Picture Processing Interferes with Working Memory Performance menunjukkan bahwa konsumsi pornografi dapat mengganggu kapasitas working memory (memori kerja) yaitu kemampuan otak untuk menyimpan dan memproses informasi secara sementara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja working memory akan memburuk secara signifikan ketika peserta dihadapkan dengan stimulus pornografi. Hal ini menunjukkan bagaimana rangsangan seksual dapat mengalihkan perhatian dari informasi penting di sekitar, yang bisa menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk.
ADVERTISEMENT
Banyak penelitian mengenai pornografi cenderung melibatkan laki-laki sebagai subjek utamanya, sehingga ada anggapan bahwa dampak tersebut hanya berlaku pada mereka. Namun, apakah dampak ini hanya memengaruhi laki-laki? Penelitian olek Pukovisa Prawiroharjo (2019) berjudul Impaired Recent Verbal Memory in Pornography Addicted juvenile Subjects menunjukkan bahwa konsumsi pornografi juga dapat memengaruhi memori verbal pada perempuan, tidak hanya laki-laki. Ini membuktikan bahwa efek pornografi pada otak dan memori tidak terbatas pada satu jenis kelamin, dan perempuan juga bisa terpengaruh.
Selain memengaruhi otak dan memori, pornografi juga berdampak pada kesehatan mental, terutama dalam hal perasaan kesepian. Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton pornografi, semakin tinggi tingkat kesepian yang dirasakan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pornografi mengurangi keterlibatan dalam hubungan sosial yang nyata. Otak kita terbiasa mencari kepuasan instan dari pornografi, sehingga hubungan manusia yang membutuhkan usaha dan emosi menjadi kurang menarik. Selain itu, pelepasan dopamin yang berlebihan akibat konsumsi pornografi membuat otak menjadi kebal terhadap rasa puas, yang akhirnya membuat individu merasa kurang bahagia dalam kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pandangan tentang hubungan yang menjadi distorsi, ditambah dengan perasaan bersalah atau malu, bisa menyebabkan seseorang menarik diri dari interaksi sosial, yang memperburuk rasa kesepian. Pornografi juga mengubah cara otak merespon rangsangan, membuat seseorang lebih sulit menikmati hubungan yang lebih mendalam dan bermakna.

Pornografi sebagai Kecanduan: Otak yang Terprogram untuk Mencari Kepuasan

Faktanya, pornografi bisa sangat kuat hingga mampu merusak dan merubah cara kerja otak dengan cara yang sama seperti kecanduan narkoba. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Pornografi memicu pelepasan dopamin, sebuah neurotransmitter yang bertanggung jawab atas rasa senang dan sistem penghargaan di otak. Ketika terpapar pornografi berulang kali, otak akan mengaktifkan Delta FSOB, sebuah molekul yang mengatur sistem reward di otak dan terus menumpuk setiap kali seseorang terlibat dalam perilaku adiktif. Molekul ini berufngsi seperti saklar listrik di otak, menciptakan jalur saraf baru sebagai respons terhadap overstimulasi, yaitu pelepasan dopamin yang terjadi akibat menonton pornografi.
ADVERTISEMENT
Semakin sering seseorang terpapar pornografi, semakin sering saklar ini menyala. Hal ini membuatnya sangat sulit untuk menghentikan kecanduan, karena otak ini terprogram untuk terus menginginkannya. Sama seperti kecanduan narkoba, otak yang terbiasa dengan stimulasi ini menjadi lebih sulit untuk berhenti, bahkan jika seseorang ingin melakukannya

Kesimpulan

Pornografi dapat memberikan dampak yang sangat besar pada remaja, baik dari segi kesehatan mental maupun fungsi otak. Dampaknya bisa berupa penurunan kemampuan memori, kesulitan dalam mengatur emosi, serta perasaan kesepian yang terus meningkat. Bahkan, jika konsumsi pornografi ini berlanjut dalam jangka panjang, dampak yang ditimbulkan bisa sangat mirip dengan kecanduan lainnya, seperti narkoba. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pornografi bukan hanya masalah moral atau sosial, melainkan juga masalah neurologis yang perlu diwaspadai, terutama pada remaja yang masih dalam masa perkembangan otak. Kita perlu lebih sadar akan risiko ini dan memberikan perhatian lebih untuk melindungi generai muda dari dampak negatif pornografi.
ADVERTISEMENT