Bencana Alam Gempa Bumi Dahsyat yang Melanda Jepang

Naila Putri
Mahasiswa Departemen Studi Kejepangan, Universitas Airlangga.
Konten dari Pengguna
24 Oktober 2022 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naila Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dampak Gempa Bumi, pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Dampak Gempa Bumi, pexels.com
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan salah satu negara kepulauan yang terletak di Asia Timur. Terdiri dari 6.852 pulau, dengan Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu sebagai empat pulau utama. Jepang memiliki sekitar 97% wilayah daratan dari keseluruhan total wilayahnya dengan 73%-nya adalah daerah pegunungan, yang sebagian diantaranya adalah gunung berapi. Dengan kondisi geografis dan klimatologi Jepang, ditambah cuaca serta iklim, membuat Jepang kerap kali dilanda berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, topan sampai tsunami.
ADVERTISEMENT

Jepang terletak di area sirkum pasifik di mana aktivitas vulkanik dan seismik berlangsung secara konstan (Satake, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa negara ini terletak pada sepanjang wilayah Pacific Ring of Fire atau zona imajiner tempat di mana terjadinya pertemuan antarlempeng bumi, terlebih di wilayah Pasifik. Jepang sendiri berada di pertemuan 4 lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Amerika Utara. Akibat dari tumbukan atau pergeseran antarlempeng itulah yang menyebabkan Jepang sering mengalami bencana alam gempa bumi.
Menurut Badan Meteorologi Jepang, kurang lebih 5.000 gempa bumi di Jepang terjadi tanpa terdeteksi. Berdasarkan sumber yang sama juga menyebutkan, sekitar 3.800 gempa bumi dengan magnitudo antara 3,8 hingga 3,9 terjadi setiap tahunnya. Diikuti dengan gempa berkekuatan 4,0 hingga 4,9 yang terjadi sebanyak 900 kasus. Sejauh ini tercatat ada 3 gempa bumi terdahsyat yang pernah terjadi di Jepang, yang menimbulkan dampak besar akibatnya.
ADVERTISEMENT

1. Gempa Besar Kantō (関東大地震 Kantō dai-jishin)

Gempa Kantō atau dalam bahasa Jepang disebut Kanto Dai-jishin merupakan gempa bumi dengan magnitude 7,9 yang menerjang dataran Kantō di Pulau Honshu, lalu menghancurkan sebagian besar wilayah Tokyo dan sekitarnya. Gempa yang terjadi pada hari Sabtu, 1 September 1923 pukul 11.58 JST tersebut menelan sekitar 140.000 korban jiwa, 1.900.000 orang dievakuasi, kerusakan – kerusakan pada rumah tinggal, bangunan, dan sejumlah fasilitas umum. Selain itu, terjadi tsunami setinggi 9 – 12 meter akibat gempa tersebut disekitar Semenanjung Bōsō, Teluk Sagami, pantai timur Semenanjung Izu, Kepulauan Izu sampai Kepulauan Ito, dengan jumlah korban sebanyak 50 orang di daerah Enoshima dan 100 dinyatakan hilang di Pantai Yui-ga-hama, Kamakura, Prefektur Kanagawa.

2. Gempa Kobe/Gempa Bumi Besar Hanshin (阪神 • 淡路大震災 Hanshin-Awaji daishinsai)

Salah satu gempa bumi di Jepang yang menjadi titik balik dalam penanganan gempa bumi di Jepang adalah Gempa Kobe yang terjadi pada 17 Januari 1995 (Satake, 2008). Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter dengan guncangan selama 20 detik pada pagi buta pukul 5.46 JST diakibatkan karena pergeseran tiga lempeng, hal tersebut mengakibatkan kerusakan besar di daerah Hanshin (Kobe, Ashiya, Nishinomiya, Takarazuka, Amagasaki, Itami), Pulau Awaji, dan Kota Toyonaka. Lebih dari 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat bencana ini, 3 orang hilang, 43.792 orang terluka, dan 6.434 orang tewas. Selain itu, Gempa Bumi Kobe diyakini telah membawa kerugian sebesar US$120 juta, akibat rusaknya bangunan – bangunan industri. Wilayah yang terkena dampak gempa merupakan wilayah industri yang telah menyumbangkan 12,4% dari PDB Jepang pada tahun 1995.
ADVERTISEMENT

3. Gempa Bumi dan Tsunami Tōhoku (東北地方太平洋沖地震 Tōhoku Chihō Taiheiyō-oki Jishin)

Gempa Bumi Tōhoku yang melanda pada 11 Maret 2011 dengan kekuatan 9,0 skala Richter merupakan salah satu gempa terdahsyat yang pernah tercatat. Pusat gempa yang berada 130 km lepas pantai Sendai, tenggara Pulau Honshu, menyebabkan gelombang tsunami dengan tinggi mencapai 40 m sebagai yang tertinggi dan berhasil menghancurkan areal sejauh 10 km dari lepas pantai. Berdasarkan data pada Juni 2016, 15.894 orang dilaporkan menjadi korban jiwa dan 2.500 lebih dinyatakan hilang. Lebih dari 500.000 warga diperkirakan telah kehilangan tempat tinggal mereka akibat kerusakan, sedangkan jutaan lainnya menjadi korban tidak langsung putusnya persediaan air dan listrik. Selain itu, beberapa pendingin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima mengalami kerusakan akibat gempa bumi dan tsunami. Hal ini menyebabkan ledakan dalam beberapa hari setelah terjadinya bencana dan membuat 177.503 jiwa yang berada dalam jarak 20 km dari pembangkit listrik berisiko terpapar radiasi yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Terlalu seringnya terjadi gempa di Jepang, membuat pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi bencana tersebut. Bagaimana caranya? Mulai dari bangunan – bangunan di Jepang yang saat ini memiliki struktur khusus antigempa, lalu sistem peringatan bencana yang ditanamkan dalam software di setiap ponsel di Jepang. Selanjutnya, ada Shinkansen yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi gempa sehingga saat terjadi gempa, Shinkansen akan otomatis berhenti beroperasi. Selain itu, diadakannya penanaman edukasi untuk tanggap bencana di sekolah – sekolah.
Bencana alam sejatinya bisa terjadi karena berbagai pemicu, bisa secara alami atau secara tidak alami. Sejak dahulu, manusia telah menghadapi yang namanya bencana alam yang berulang kali melenyapkan populasi mereka, menyebabkan luka, sakit, hilangnya tempat bernaung, kekacauan, dan kerusakan lingkungan .Namun semakin berkembangnya zaman dan teknologi, membuat manusia mampu untuk mengantisipasi dan menanggulangi berbagai bencana tersebut. Hal yang terpenting saat ini adalah kita harus senantiasa berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar senantiasa diberikan perlindungan dan keselamatan karena bencana bisa saja terjadi kapan pun dan di mana pun tanpa kita ketahui.
ADVERTISEMENT