Konten dari Pengguna

Wabah PES yang Menyerang Malang di Tahun 1910

Naila Dzakiya Rahmayani
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Februari 2025 11:22 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naila Dzakiya Rahmayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: https://www.istockphoto.com/ (Ilustrasi epidemi pes)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: https://www.istockphoto.com/ (Ilustrasi epidemi pes)
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah manusia, wabah pes pertama kali terjadi di Mesir dan Etiopia pada tahun 542 SM yang berlangsung selama 60 tahun. Diperkirakan sebanyak 100 juta jiwa manusia telah tewas akibat penyakit ini. Pandemi kedua terjadi di Eropa pada abad ke-14, tepatnya terjadi antara tahun 1347–1351. Wabah pes yang menyerang Inggris dan daratan Eropa ini menyebabkan paling tidak sekitar 50% dari jumlah penduduk Eropa saat itu berkurang. Bahkan di Eropa wabah pes ini dikenal dengan sebutan Black Death pada abad pertengahan.
Sumber Foto: https://www.istockphoto.com/ (Ilustrasi tikus yang membawa penyakit pes)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: https://www.istockphoto.com/ (Ilustrasi tikus yang membawa penyakit pes)
Latar Belakang Masuknya Wabah Pes di Malang
ADVERTISEMENT
Pada awal abad 20 disebutkan bahwa penyakit pes tidak pernah ada di Jawa, padahal pada tahun 1905 terdapat beberapa kasus yang terjadi di Pantai Timur Sumatera (Sumatra Oostkust), namun menghilang begitu saja. Berdasarkan pemberitaan pada surat-surat kabar yang beredar antara bulan Oktober hingga November 1910, kondisi pangan di Jawa Timur dan sekitarnya memburuk. Telah terjadi kegagalan panen di Residensi Surabaya yang disebabkan oleh serangan hama mentek. Kondisi tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda harus mengimpor beras dari berbagai daerah penghasil beras di Asia seperti Cina, Singapura, Bengal, Rangoon (Burma), Thailand, dan Saigon.
Pada 3 November 1910, beras yang diimpor dari Rangoon yang telah dikirim melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, akan disalurkan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan melalui jalur kereta api. Pada 10 November 1910, setelah beras diterima dari Rangoon, ternyata jalur transportasi kereta api antara Malang dan Wlingi terputus karena terjadi banjir. Kereta-kereta yang seharusnya berangkat ke Wlingi untuk mengantarkan beras terpaksa tertahan di Malang, dan persediaan beras disimpan di gudang yang ada di dekat stasiun. Dampit yang merupakan bagian dari distrik Turen merupakan daerah penyimpanan gudang beras yang menjadi awal penyebaran wabah pes ke daerah-daerah yang memiliki pergudangan beras (Luwis, 2020: 37–39).
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pendapat mengenai darimana penyakit pes berasal, ada pendapat yang menyatakan bahwa penyakit pes berasal dari Mekkah. Hal ini dikarenakan wabah pes yang berkembang di Malang terjadi setelah orang-orang pulang berhaji. Pendapat lain beranggapan bahwa penyakit pes berasal dari Cina, karena saat terjadi wabah pes, banyak orang-orang Cina yang datang ke Surabaya. Meskipun demikian, pada masa awal terjadinya wabah ini tidak ada bukti langsung yang dapat menjelaskan darimana penyakit ini berasal (Luwis, 2020: 48).
Namun menurut penyebarannya, penyakit pes yang menyebar di Jawa dapat dikelompokkan melalui empat jalur. Jalur pertama pada tahun 1910 melalui pelabuhan Surabaya, kemudian menjalar ke Malang Selatan, Kediri, Madiun, Surakarta, dan Yogyakarta. Jalur kedua pada tahun 1919 melalui pelabuhan Semarang menjalar ke Ambarawa, Salatiga, Magelang, Wonosobo, Banyumas, dan Pekalongan. Jalur ketiga pada tahun 1922 melalui pelabuhan Tegal lalu menyebar ke Bumiayu. Jalur keempat pada tahun 1924 melalui pelabuhan Cirebon menyebar ke Majalengka, Kuningan, dan Bandung Selatan (Luwis, 2020: 6).
ADVERTISEMENT
Penyebab penyakit pes sendiri disebabkan oleh basil yang bernama Pasteurella pestis atau dikenal juga sebagai Yersinia pestis. Basil ini biasanya terdapat pada kutu, pinjal dari tikus, atau binatang pengerat lainnya yang telah terinfeksi yang menjadi vektor bagi penyakit ini. Vektor pes atau pembawa penyakit ini di Indonesia ada empat macam yaitu Xenopsylla cheopis, Pullex irritans, Neopsylla sondaica, dan Stivallus cognatus (Luwis, 2020: 31).
Penyebaran pes terjadi ketika terdapat tikus yang terinfeksi penyakit pes menyebarkan penyakit tersebut kepada tikus-tikus atau binatang pengerat yang sehat. Tikus yang terkena pes ini akan mati dan kemudian kutu-kutu yang terinfeksi basil pes akan mencari inang baru. Maka, ketika kutu itu mendapat inang yang baru, yaitu tikus atau pengerat lain yang sehat, mulai menyebarlah penyakit ini dan terbentuklah pes tikus.
Sumber Foto: https://pixabay.com/ (Masker yang digunakan oleh dokter penyitas wabah pes)
Upaya Penanganan Wabah Pes
ADVERTISEMENT
Karena jumlah korban yang terus meningkat dengan sangat cepat, surat kabar yang ada seperti Bintang Soerabaia dan Soerabaiasch Nieuwsblad terus memberikan kritik terhadap pemerintah, baik pemerintah lokal maupun pemerintah pusat. Berita yang ada menyebutkan bahwa pemerintah kurang tanggap, teledor, dan terkesan meremehkan permasalahan ini. Bahkan untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Afdeeling Malang hanya membuat satu peraturan saja, yaitu siapa yang bisa menangkap tikus dan sesamanya akan diberi upah oleh negara.
Setelah melihat kenyataan yang terjadi, peraturan demi peraturan pun dibuat secara cepat oleh Controleur-controleur dan wedana-wedana. Kemudian muncul keputusan baru mengenai lumbung padi. Para pemilik lumbung padi dianjurkan agar sesegera mungkin menutup lumbung padi mereka. Hal ini bertujuan agar tikus-tikus yang ada tidak dapat berkembang biak disana (Luwis, 2020: 46–47).
ADVERTISEMENT
Peraturan-peraturan yang ada terus diperbaharui dan diperbanyak untuk mengatasi wabah penyakit ini. Asisten residen Malang kemudian mengeluarkan keputusan baru yakni adanya perintah untuk tidak memberikan Surat Pas Jalan atau Surat Izin Bepergian bagi siapa pun orangnya baik Pribumi, Cina, maupun Arab. Namun hal ini dianggap menyulitkan mereka yang hendak bepergian apalagi bagi para pedagang (Luwis, 2020: 50).
Agar penyakit ini tidak semakin meluas, pemerintah-pemerintah yang ada di sekitar Malang yang khawatir akan penyakit ini, segera mengeluarkan instruksi. Instruksi yang dikeluarkan ialah penutupan akses dari Malang dan menuju Malang. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir persebaran penyakit ini, dan jika mungkin, juga untuk mencegah penyebarannya menuju seluruh Jawa dengan segala kemungkinan yang terjadi. Dan berdasarkan instruksi tersebut, terdapat beberapa jalan yang ditutup.
ADVERTISEMENT
Dienst der Pestbestrijding (Dinas Pemberantas Pes) dibentuk sebagai lembaga untuk menangani wabah pes di Malang. Berbagai macam program yang dilakukan oleh Dinas Pemberantas Pes meliputi evakuasi, isolasi, dan woningverbetering atau usaha perbaikan rumah. Setiap orang yang diduga terjangkit wabah pes diwajibkan untuk tinggal di barak isolasi. Barak-barak isolasi terdiri dari tiga bagian meliputi barak isolasi yang diperuntukkan bagi penderita pes, barak observasi untuk pemeriksaan pasien dan keluarganya, dan barak yang diperuntukkan bagi anggota keluarga para penderita pes (Safitry, 2020: 118).
Pembentukan Dienst der Pestbestrijding boleh dikatakan membawa keberhasilan dalam upayanya memberantas wabah pes di daerah Malang dan sekitarnya. Dengan sistem yang lebih sistematis dan pembagian tugas yang jelas, penyebaran wabah pes dapat lebih mudah ditekan oleh dinas ini. Walaupun dianggap telah bebas dari pes, penyakit ini ternyata tidak menghilang begitu saja. Penyakit ini telah menyebar ke Jawa Tengah, tepatnya di wilayah Surakarta semenjak Maret 1915. Gelombang baru dari wabah ini telah dimulai dari sana (Luwis, 2020: 122).
Sumber Foto: https://www.istockphoto.com/ (Ilustrasi para korban epidemi pes)
Dampak yang Ditimbulkan Akibat Wabah Pes
ADVERTISEMENT
Wabah penyakit pes ini sendiri memberikan dampak bagi penduduk Malang dan sekitarnya. Kebijakan-kebijakan yang sebelumnya belum pernah diterapkan di Hindia Belanda seperti karantina, evakuasi, pemeriksaan barang bawaan ketika bepergian, pembersihan, perbaikan dan pembakaran rumah, pengungsian di barak-barak, semua itu dianggap menyulitkan. Hal-hal seperti penolakan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat ditanggapi pemerintah dengan mengarahkan militer (Luwis, 2020: 124–125).
Setelah kurang lebih 5 tahun menjadi bencana bagi masyarakat Malang, mewabahnya penyakit ini menarik perhatian Kesultanan Yogyakarta. Pada 20 Februari 1916, Sultan Yogya mengunjungi Malang untuk mempertanyakan kondisi kesehatan dan meyatakan akan membantu masyarakat Malang dengan memberikan bantuan uang. Hal ini menjadi obat kesedihan bagi masyarakat Malang karena kedatangan pemimpin mereka. Sepanjang tahun 1916, berita tentang wabah pes sudah semakin sedikit dilaporkan oleh surat kabar (Luwis, 2020: 121).
ADVERTISEMENT
Kasus pertama yang terjadi pada bulan November 1910 ditemukan sebanyak 17 orang meninggal dunia dan kemudian korban yang berjatuhan semakin banyak (Fidiyani, 2013: 18). Angka kematian terus meningkat hingga mencapai 300 orang meninggal dunia dalam sehari, bahkan ada pula beberapa desa yang seluruh penduduknya tewas. Total jumlah penduduk yang tewas di daerah Jawa Timur sepanjang tahun 1911-1916 mencapai 37.012 jiwa yang sebagian besarnya berasal dari Malang dan sekitarnya (Luwis, 2020: 139).
Daftar Rujukan
Luwis, Syefri. 2020. Epidemi Penyakit PES di Malang 1911-1916. Temanggug: Kendi.
Fidiyani, Maulidiya. 2013. Pemberantasan Wabah Penyakit Pes di Lingkungan Penduduk Praja Mangkunegara Tahun 1915-1929. Vol 1 (1): 18.
Safitry, Martina. 2020. Kisah Karantina Paris of the East: Wabah Pes di Malang 1910-1916. Vol 3 (1): 116–120.
ADVERTISEMENT