Konten dari Pengguna

Kecanduan Gadget (HP): Kemalasan dan Krisis Sosial yang Mengancam Generasi Muda

Naila Anjeli Evelin Sihombing
Mahasiswa Universitas Airlangga
25 November 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naila Anjeli Evelin Sihombing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kecanduan Gadget. Kredit foto: Naila Anjeli Evelin Sihombing/Canva
zoom-in-whitePerbesar
Kecanduan Gadget. Kredit foto: Naila Anjeli Evelin Sihombing/Canva
Kecanduan gadget adalah manifestasi dari perubahan pola hidup modern yang lebih mementingkan kenyamanan instan daripada kualitas hidup jangka panjang. Ini mencerminkan kegagalan kita sebagai masyarakat dalam menyeimbangkan manfaat teknologi dengan dampak negatifnya. Dalam satu dekade terakhir, ponsel pintar/gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi, penggunaan yang berlebihan justru memicu fenomena serius, yaitu kecanduan gadget. Fenomena ini tidak hanya menciptakan kebiasaan buruk seperti menggulir media sosial, menonton drama Korea (drakor) atau film dan bermain game secara berlebihan, tetapi juga berdampak pada hilangnya produktivitas, isolasi sosial, hingga meningkatnya kecemasan.
ADVERTISEMENT
Realitas Mengkhawatirkan di Indonesia
Berdasar State of Mobile 2024 yang hasil riset data.ai sepanjang 2023, Indonesia berada pada peringkat pertama negara pengguna mobile phone dengan durasi terlama yaitu, 6,05 jam per hari. Penggunaan gadget tersebut menunjukkan angka tertinggi secara global, dengan dampak mencolok pada kesehatan fisik, mental, dan produktivitas. Fenomena ini memunculkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan: banyak generasi muda yang kehilangan arah, enggan mencoba hal baru, dan lebih memilih menghabiskan waktu sendiri dengan gadget.
Sebuah laporan dari We Are Social (2024) menyebutkan bahwa 40% generasi muda Indonesia mengaku lebih memilih menggunakan gadget daripada bersosialisasi langsung. Hal ini menunjukkan pergeseran nilai sosial yang serius. Mereka yang kecanduan gadget cenderung membentuk pola hidup pasif, di mana hiburan digital menggantikan interaksi nyata.
ADVERTISEMENT
Menurut Jean Twenge, penulis iGen, penggunaan teknologi yang berlebihan dapat merusak kesehatan mental dan fisik. Dalam bukunya, Twenge menjelaskan bahwa generasi yang tumbuh bersama ponsel cerdas sering kali menghadapi kesulitan dalam mengembangkan hubungan sosial yang bermakna. Hal ini sejalan dengan riset yang menunjukkan bahwa penggunaan HP berlebihan dapat memengaruhi perkembangan otak, terutama pada bagian yang mengatur fokus dan kontrol diri.
Yang menjadi sorotan adalah peran industri teknologi dalam menciptakan aplikasi dan platform yang secara sengaja dirancang untuk menciptakan ketergantungan. Meskipun mereka mengeklaim bahwa inovasi ini bertujuan untuk mempermudah hidup, kenyataannya, banyak teknologi dirancang untuk memanipulasi waktu dan perhatian pengguna demi keuntungan finansial. Sayangnya, regulasi yang mengatur batasan etis dalam desain teknologi masih sangat minim, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dampak Kecanduan Gadget
Fenomena ini menimbulkan dampak yang serius yang tak boleh diabaikan, beberapa dampaknya yaitu sebagai berikut,
1. Kehilangan Produktivitas
Generasi muda yang terlalu terikat pada gadget sering kali mengabaikan tanggung jawab mereka. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton drakor atau bermain game juga menghabiskan waktu di media sosial, sementara tugas akademik atau pekerjaan terbengkalai.
2. Isolasi Sosial
Orang yang kecanduan gadget cenderung memilih kesendirian. Mereka menghindari interaksi langsung dengan orang lain, yang penting untuk membangun empati dan kecerdasan emosional. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa tanggap terhadap dunia nyata, dan mengabaikan lingkungan sekitarnya.
3. Masalah Kesehatan Mental dan Fisik
Penggunaan gadget yang berlebihan terkait dengan gangguan tidur, kecemasan, bahkan depresi. Kurangnya tidur akibat begadang untuk hiburan digital juga berdampak pada kesehatan fisik, seperti menurunnya daya tahan tubuh.
ADVERTISEMENT
4. Hilangnya Tujuan Hidup
Ketergantungan pada dunia digital sering kali membuat seseorang kehilangan arah. Mereka jarang mengeksplorasi potensi diri atau mencoba pengalaman baru, menciptakan pola hidup stagnan yang tidak produktif. Penggunaan yang berlebihan sering kali memaksa diri untuk terus menggunakan gadget tanpa alasan
5. Kemampuan kognitif menurun
Ada gejala bahwa semakin tinggi waktu kita di media sosial atau ponsel, maka makin rendah kemampuan berpikir kita. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Apa yang Harus Dilakukan?
1. Meningkatkan Literasi Digital
ADVERTISEMENT
Edukasi tentang bahaya kecanduan gadget harus menjadi prioritas. Program di sekolah atau komunitas dapat mengajarkan manajemen waktu dan penggunaan teknologi yang sehat.
2. Batasan Waktu Layar
Fitur seperti screen time atau aplikasi pengatur waktu dapat membantu individu mengontrol durasi penggunaan gadget.
3. Dorongan untuk Aktivitas Non-Digital
Mendorong generasi muda untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik, sosial, dan kreatif seperti olahraga, seni, atau kerja komunitas dapat menjadi solusi efektif.
4. Intervensi Psikologis
Untuk kecanduan yang sudah parah, konsultasi dengan psikolog atau psikiater dapat membantu individu mengatasi masalah secara profesional.
5. Desain Ulang Aplikasi Digital
Para pengembang aplikasi perlu bertanggung jawab dalam menciptakan desain yang tidak mempromosikan kecanduan. Algoritma harus diarahkan untuk mendukung kesejahteraan pengguna, bukan sekadar meningkatkan durasi penggunaan.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi muda, kita harus lebih kritis terhadap cara kita menggunakan teknologi. Kebebasan untuk menikmati teknologi seharusnya tidak menjadi kebebasan yang membawa kerugian. Memang benar teknologi menawarkan hiburan dan kemudahan, tetapi jika penggunaannya tidak terkendali, teknologi hanya akan menjadi alat perusak produktivitas dan hubungan sosial.
Kesimpulan
Kecanduan gadget bukan hanya masalah teknologi, tetapi juga tantangan sosial yang memengaruhi generasi muda secara keseluruhan. Ketergantungan pada gadget menciptakan pola hidup yang pasif, isolasi sosial, dan masalah kesehatan mental yang serius. Dengan langkah-langkah kolaboratif antara individu, keluarga, dan masyarakat, kita dapat mengubah arah ini. Teknologi harus menjadi alat yang mendukung kemajuan, bukan penghalang yang merusak masa depan generasi muda. Melalui edukasi, pengendalian diri, dan reformasi desain teknologi, kecanduan gadget dapat dikelola, sehingga generasi muda dapat kembali menemukan tujuan hidup dan berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber
Twenge, J. M. (2017). iGen: Why today’s super-connected kids are growing up less rebellious, more tolerant, less happy—and completely unprepared for adulthood. Atria Books.
Refactory. (2024). "Orang Indonesia Kecanduan Ponsel, Apa Yang Harus Dilakukan?" Diakses dari https://refactory.id/blogs/post/2023-01-31-orang-indonesia-kecanduan-ponsel-apakah-yang-harus-dilakukan
We Are Social. (2024). Digital 2024: Global overview report. Diakses dari https://datareportal.com/reports/digital-2024-global-overview-report