Konten dari Pengguna

Sejarah Angkringan: dari Gerobak Pikul hingga Ikon Yogyakarta

Nailah Marwa Abdillah
Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta - Customer Service Officer PT Sagata Sukses Bersama
4 Desember 2024 14:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nailah Marwa Abdillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pribadi; angkringan di Malioboro, Yogyakarta.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pribadi; angkringan di Malioboro, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Angkringan adalah ikon kuliner Yogyakarta yang menawarkan beragam menu khas serta populer di kalangan lokal maupun wisatawan. Pedagang angkringan mudah ditemukan di sepanjang jalan dan trotoar, menawarkan konsep sederhana namun unik yang sangat cocok dengan selera masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan keunikan dan kesederhanaannya, angkringan menjadi pilihan tepat untuk berkumpul sambil menikmati makanan nikmat yang sederhana. Inilah yang membuat angkringan tetap eksis dan menjadi pilihan favorit hingga saat ini.
Sejarah Munculnya Angkringan
Angkringan diciptakan oleh Eyang Karso Dikromo pada tahun 1930-an. ketika Eyang Karso Dikromo berusia 15 tahun, beliau merantau dari Klaten ke Solo karena ingin mencoba berbagai macam profesi yang berkaitan dengan bisnis makanan. Di Solo, Eyang Karso Dikromo bertemu dengan Mbah Wiryo dan keduanya pun bekerja sama untuk membuat bisnis makanan yang nantinya akan dikenal sebagai angkringan.
Awalnya, angkringan bukan seperti yang kita lihat saat ini. Eyang Karso dan Mbah Wiryo awalnya membuat makanan terikan, yaitu sebuah makanan dari Jawa Tengah yang terbuat dari bahan dasar aneka protein, kemudian dimasak dengan kuah kental. Mereka berdua menjual makanan ini dengan gerobak pikul sambil berkeliling pada malam hari.
ADVERTISEMENT
Selama berjualan, Eyang Karso dan Mbah Wiryo perlahan menambah menu minuman tradisional yang bisa menghangatkan tubuh di malam hari. Berhubung ada banyak orang yang mampir untuk menikmati minuman saja tanpa membeli terikan, Eyang Karso dan Mbah Wirso akhirnya menyajikan, menu camilan kampung seperti, pisang rebus, pisang goreng, singkong goreng, ubi goreng, dan lain sebagainya.
Awalnya masyarakat menyebut hidangan ini sebagai ‘Hidangan Istimewa Kampung’ atau yang disingkat dengan nama HIK. Namun seiring berjalannya waktu, tempat makan ini disebut angkringan yang berasal bahasa Jawa, yaitu ‘angkring’ yang artinya adalah alat dan tempat jualan makanan keliling.
Dokumentasi pribadi; ragam sate di angkringan Malioboro, Yogyakarta.
Dari Jogja, Solo, atau Klaten?
Banyak perdebatan mengenai asal dari tempat makan angkringan ini. Ada yang meyakini tempat makan ini berasal dari Solo karena menjadi kota awal munculnya angkringan. Ada juga yang meyakini angkringan berasal dari Klaten, karena Eyang Karso Dikromo asalnya dari Klaten.
ADVERTISEMENT
Alasan angkringan lebih populer dan menjadi ikon Yogyakarta, karena di kota inilah pedagang angkringan mengalami kejayaan dan lebih di minati pada tahun 1950-an, lebih dari kota-kota lainnya.
Dari gerobak pikul hingga menjadi ikon kuliner Yogyakarta, angkringan telah terbukti sebagai warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. Keunikan konsepnya, cita rasa yang autentik, dan keakraban suasana membuat angkringan selalu menjadi pilihan bagi masyarakat. Mari kita lestarikan warisan kuliner ini dan terus berbagi kenangan indah di setiap sudut angkringan Yogyakarta!