Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Hustle Culture dan FOMO: Tekanan Sosial bagi Generasi Muda
12 Desember 2024 12:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Naila Isthofani L tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam era digital, fenomena hustle culture dan FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi dua kekuatan besar yang memengaruhi cara generasi muda memandang kesuksesan. Hustle culture menuntut individu untuk terus bekerja tanpa henti, sementara FOMO memicu ketakutan tertinggal dari pencapaian orang lain yang terpampang di media sosial. Kedua fenomena ini saling memperkuat, menciptakan tekanan sosial untuk mencapai kesuksesan yang sering kali tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Tagar populer seperti #WorkHardPlayHard atau versi lokal seperti #KerjaKerasBagaiKuda dan #BudakKoporat menunjukkan bagaimana budaya kerja ekstrem ini mendapatkan panggung di media sosial. FOMO, di sisi lain, mendorong individu untuk selalu terlibat dalam aktivitas produktif demi mengejar standar keberhasilan yang ditampilkan secara online.
Tekanan sosial yang terus meningkat ini memiliki dampak serius. Penelitian Universitas Indonesia (2023) menunjukkan bahwa 45% Generasi Z mengalami kecemasan dan depresi terkait media sosial (LPPM STIE BII, 2024). Kebiasaan membandingkan diri dengan standar keberhasilan di dunia maya menciptakan stres berkelanjutan, yang pada akhirnya memicu burnout, gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.
Rasa takut tertinggal atau tidak relevan di lingkup sosial juga memperparah kondisi ini. Ketika generasi muda menginternalisasi tekanan ini, produktivitas sering kali menjadi satu-satunya tolok ukur keberhasilan, mengesampingkan keseimbangan hidup yang sehat.
ADVERTISEMENT
Melalui perspektif interaksionisme simbolik, media sosial menjadi wadah konstruksi makna simbolis kesuksesan, seperti gaya hidup mewah dan pencapaian besar di usia muda. Simbol-simbol ini disebarluaskan melalui tagar populer dan unggahan bergaya sempurna, menciptakan ilusi bahwa kerja keras tanpa henti adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Akibatnya, individu merasa terjebak dalam standar sosial yang tidak realistis, yang terus-menerus mereka kejar meskipun harus mengorbankan kesehatan mental dan fisik.
Untuk memutus siklus tekanan ini, penting bagi generasi muda dan masyarakat secara umum untuk mengubah cara pandang terhadap kesuksesan. Edukasi tentang penggunaan media sosial yang sehat, seperti digital detox atau membatasi waktu online, dapat menjadi langkah awal. Selain itu, organisasi dan komunitas perlu mempromosikan budaya kerja yang menghargai keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan individu.
ADVERTISEMENT
Fenomena hustle culture dan FOMO menunjukkan bagaimana tekanan sosial di era digital berdampak pada kesejahteraan generasi muda. Dengan pendekatan yang lebih sehat terhadap kerja dan media sosial, kita dapat mendorong generasi yang tidak hanya sukses tetapi juga sejahtera secara mental dan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Chairunnisah, A., & Kurnia, L. (2023). Hustle Culture in Social Media: Exploring the Imagined Success in the Modern Era. Athena: Journal of Social, Culture and Society, 1(4), 180-191.
Iskandar, R., & Rachmawati, N. (2022). Perspektif “Hustle Culture” Dalam Menelaah Motivasi Dan Produktivitas Pekerja. Jurnal Publikasi Ekonomi dan Akuntansi, 2(2), 108-117.
LPPM STIE BII. (2024, November 2). Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Generasi Z di Indonesia. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/muhammadekopurwanto7112/6725a661ed641520937c8ac2/dampak-media-sosial-terhadap-perilaku-generasi-z-di-indonesia?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Desktop
ADVERTISEMENT
Triastuti, I., Nurfauziah, W. S., & Noviyanti, I. (2024). Tingkat Stres Pada Gen Z Terhadap Pengaruh Media Sosial. Prosiding Seminar Nasional Manajemen, 4(1).