Konten dari Pengguna

Melawan Candu Media Sosial

Naila Maghfiroh Dzil Fadli
Mahasiswi Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
8 Desember 2021 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naila Maghfiroh Dzil Fadli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Rehat Sejenak dari Candu Media Sosial demi Hidup yang Lebih Terkendali

ADVERTISEMENT
Saat ini mayoritas penduduk bumi tentu sudah sangat akrab dengan yang namanya media sosial. Sudah lebih dari satu dekade media sosial hadir dan menemani hari-hari kita di dunia yang serba modern ini. Media sosial dikenal sebagai wadah bagi para pengguna internet untuk menuangkan berbagai cerita, opini, ide, informasi dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Media sosial memberi pengaruh yang sangat besar bagi banyak orang dan pengaruh itu bisa berupa pengaruh baik maupun buruk. Contohnya saja, media sosial berpengaruh baik bagi para pelaku ekonomi yang menjajakan produk atau jasanya memalui media sosial. Para pedagang tersebut bisa dengan sangat mudah mempromosikan produk atau pun jasa mereka hingga ke penjuru dunia dan menjangkau pelanggan dari berbagai kalangan dan kawasan.
Namun, di balik itu semua media sosial juga mempunyai sisi negatif yang harus kita sadari. Media sosial secara tidak sadar telah mengambil alih bahkan sebagian besar hal penting dalam hidup kita. Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan memiliki andil besar terhadap tujuan-tujuan yang ingin kita capai.
Alih-alih mengontrol waktu, kita justru seringkali dengan sangat mudahnya memberikan banyak waktu kita untuk berselancar di media sosial hingga merasa seakan tak punya cukup waktu dalam satu hari, sulit fokus, banyak distraksi, bahkan emosi atau mood yang juga menjadi tidak terkendali.
ADVERTISEMENT
Waktu yang kita habiskan di media sosial tak jarang menyumbangkan perasaan negatif. Begitu banyak unggahan di media sosial yang membuat kadar insecure kita kian menggila. Jika mencoba mengingat-ingat lagi, antara perasaan negatif seperti merasa kita adalah orang yang payah, tidak bisa apa-apa, bukan siapa-siapa dan tidak ada yang bisa dibanggakan dengan perasaan positif seperti merasa kita adalah orang yang cukup keren dan mempunyai banyak hal yang patut kita syukuri, perasaan mana yang lebih sering kita rasakan?
Nyatanya, banyak dari kita yang cenderung merasakan perasaan negatif. Kita mempunyai penilaian negatif dan mengeluhkan banyak hal dibandingkan mempunyai penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Namun, jika kita mencoba merenungkannya kembali, sebenarnya mana yang lebih valid? Memang hidup kita yang sepayah itu atau kita yang terlalu sering membandingkan kehidupan orang lain lewat konten yang mereka unggah hingga pada akhirnya perasaan negatif lah yang menguasai kita?
Ilustrasi aktivitas berselancar di media sosial. Sumber: https://pixabay.com/
Layaknya bekerja dari hari ke hari, pagi hingga petang bahkan tak jarang sampai larut malam yang sangat membutuhkan cuti atau liburan, aktivitas berselancar di media sosial juga penting untuk kita hentikan sejenak, mengembalikan pikiran kita agar tetap jernih dan lebih fokus pada hal-hal yang memang penting bagi hidup kita.
ADVERTISEMENT
Kita perlu rehat sejenak untuk mengambil napas segar tanpa polusi beracun media sosial sekaligus memikirkan kembali hal yang jauh lebih penting dalam hidup kita.
Wajar jika akan terasa sangat sulit, karena kita selalu mengandalkan media sosial sebagai pengisi waktu dan sumber kesenangan lewat berbagai hiburan yang disuguhkan, seperti vlog artis kesukaan, konten romantis yang membuat baper dan adegan lucu yang menggelikan yang ingin terus kita putar berulang-ulang.
Tanpa kita sadari, selain membuat fokus kita terganggu, terlalu sering mengandalkan media sosial sebagai sumber kepuasan yang instan juga membuat kita tidak sanggup menghadapi perasaan bosan. Sudah pasti pikiran kita akan kalut dan jari-jari yang terbiasa menari-nari di atas gawai ikut galau menghadapi perasaan bosan yang menyiksa.
ADVERTISEMENT
Padahal perasaan bosan juga sangat diperlukan dan bisa menjadi awal keberhasilan jika kita bisa menalukannya tanpa bantuan media sosial. Bagaimana tidak? Ketika kita tidak langsung menjadikan media sosial sebagai pelarian, kebosanan akan memaksa kita untuk memikirkan sesuatu yang kurang dari diri kita.
Selain itu, hal tersebut akan menarik kita dalam kawasan bebas distraksi sehingga kita bisa berpikir dengan tenang dan mulai melihat kembali hidup kita. Kita akan punya waktu dan kesempatan untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya dan ide-ide cemerlang mungkin akan bermunculan pada momen-momen seperti itu.
Tidak ada salahnya menggunakan media sosial, asalkan dibarengi dengan kontrol yang baik. Jika memang kita sudah terlalu banyak menumpuk racun yang berbahaya lewat media sosial, kita harus segera menyadari itu dan mengambil tindakan. Kita bisa mulai menata kembali hidup kita dengan langkah sederhana.
ADVERTISEMENT
Luangkan waktu sejenak, benar-benar hanya untuk diri sendiri, evaluasi diri sekaligus memikirkan program kerja baru dan realistis untuk diri sendiri. Sebelum terlambat, kita harus mulai belajar mengendalikan waktu. Jangan sampai media sosial yang terus-menerus menjadi pengendali waktu bahkan hidup kita.