Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Mengungkap Rahasia Tedhak Siten: Sebuah Analisis Semiotik
16 Desember 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nailatunnajah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tedhak Siten merupakan salah satu ritual adat yang ada di Indonesia. Ritual ini merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang kaya akan makna simbolis. Upacara ini dilaksanakana untuk bayi ketika bayi tersebut memasuki umur tujuh bulan setelah dilahirkan. Tradisi ini dilakukan untuk memperkenalkan bayi ke dunia luar serta memohon agar anak tersebut diberi keberkahan dan tumbuh kembang dengan sehat dan cerdas.
ADVERTISEMENT
Melalui lensa semiotik, ritual ini dapat mengungkap lapisan-lapisan makna yang terkandung dalam setiap elemen ritual ini. Analisis ini akan menggabungkan teori Roland Barthes tentang tanda dan konotasi dengan konsep Benny Hoed tentang objek kajian semiotik budaya Indonesia.
Analisis berdasarkan teori Roland Barthes
1. Tanda dan makna Denotatif
a. Jadah
Makanan dari beras ketan yang memiliki warna yang berbeda-beda. Ada tujuh warna di antaranya yaitu merah, putih, hijau, kuning, biru, merah jambu, dan ungu.
b. Tangga
Terbuat dari tebu wulung yang berfungsi sebagai alat untuk naik.
c. Kurungan Ayam
Kandang kecil yang terbuat dari anyaman bambu.
d. Udhik-Udhik
Campuran uang logam dan bunga-bungaan.
2. Makna Konotasi
a. Jadah
Melambangkan rezeki, keberagamaan, dan siklus kehidupan. Tujuh warna yang ada pada jadah dibuat untuk menggambarkan bahwa kesulitan dan rintangan hidup itu tidak terhitung jenis dan ragamnya.
ADVERTISEMENT
b. Tangga
Simbol perjalanan hidup, tantangan, dan pencapaian. Pada ritual ini, menggambarkan bahwa bayi akan menghadapi perjalanan hidupnya hari demi hari. Ritual ini memiliki harapan supaya kelak dewasa nanti si anak tidak mudah menyerah dalam meraih cita-citanya.
c. Kurungan Ayam
Melambangkan perlindungan, pembatas antara dunia bayi dengan dunia luar yang lebih luas. Di dalam kurungan tersebut biasanya terdapat benda-benda seperti perhiasan, buku tulis, beras, mainan, dan lain-lain. Hal ini menggambarkan bahwa kehidupan nyata yang akan dilalui oleh si bayi ketika dewasa kelak. Benda-benda tersebut menggambarkan profesi yang nantinya akan dijalani kelak jika sudah dewasa.
d. Udhik-Udhik
Simbol kemakmuran, keberuntungan, dan harapan. Bunga melambangkan keindahan dan kesucian. Sedangkan uang logam mewakili kesejahteraan materi., harapannya, supaya si anak dikaruniai rezeki yang cukup dan dapat memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin atau yang lebih membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Analisis Berdasarkan Konsep Benny Hoed
1. Mekanisme Pengendalian Sosial
Ritual ini memperkuat nilai-nilai sosial seperti penghormatan terhadap tradisi, pentingnya keluarga, dan harapan akan masa depan yang cerah bagi si anak.
2. Pemeliharaan Identitas Budaya
Tedhak Siten menjadi salah satu cara untuk melestarikan identitas Jawa dan nilai-nilai leluhurnya.
3. Penyaluran Ekspresi Estetika
Elemen-elemen visual seperti warna-warni Jadah, keindahan tangga dari tebu wulung, dan tata cara upacara keseluruhan menyajikan keindahan estetika.
Ritual Tedhak Siten merupakan sebuah sistem tanda yang kompleks, di mana setiap elemen memiliki makna simbolik yang mendalam. Melalui analisis semiotik, kita dapat memahami bahwa ritual ini tidak hanya sekadar upacara adat, tetapi juga merupakan manifestasi dari nilai-nilai, kepercayaan, dan kosmologi masyarakat Jawa. Ritual ini berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat identitas budaya, mengatur kehidupan sosial, dan menghubungkan manusia dengan alam semesta.
ADVERTISEMENT
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi