Konten dari Pengguna

Ketergantungan Gen Z Terhadap AI Menyebabkan Lemahnya Literasi

Nailil Mahmudah
mahasiswa- UIN Abdurrahman Wahid Pekalongan jurusan komunikasi dan penyiaran islam
24 November 2024 11:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nailil Mahmudah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar Ilustrasi dari AI Menggambarkan ketergantungan AI
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Ilustrasi dari AI Menggambarkan ketergantungan AI
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, hiburan, dan pekerjaan. Generasi Z, yang lahir di era digital, telah terbiasa dengan akses cepat terhadap informasi berkat teknologi ini. Melalui berbagai platform dan aplikasi AI, Gen Z dapat memperoleh jawaban instan, membuat keputusan, bahkan menyelesaikan tugas hanya dengan beberapa klik. Ketergantungan yang begitu tinggi terhadap AI memang membawa kemudahan, namun di sisi lain juga berpotensi menghambat kemampuan literasi mendalam mereka.
ADVERTISEMENT
AI dirancang untuk memberikan solusi cepat dan praktis sesuai dengan kebutuhan pengguna. Saat mencari informasi, misalnya, AI langsung menyajikan jawaban ringkas, tanpa perlu membuka buku atau membaca artikel panjang yang mendalam. Bagi Gen Z, akses cepat ini sangat bermanfaat di tengah kesibukan mereka dengan tugas-tugas sekolah, pekerjaan, dan aktivitas sosial. Namun, kenyamanan ini tidak selalu sejalan dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan literasi yang mendalam. Ketika segalanya bisa diperoleh dengan instan, dorongan untuk mendalami informasi, memahami konteks, dan menelusuri sudut pandang yang berbeda bisa melemah.
Salah satu aspek literasi yang terpengaruh adalah kemampuan untuk melakukan analisis kritis terhadap informasi. Literasi bukan hanya soal membaca atau mendapatkan informasi, tetapi juga soal kemampuan menilai dan memahami secara komprehensif. Ketergantungan pada AI cenderung menghilangkan keinginan untuk menelusuri sumber informasi secara mendalam, dan ini berarti Generasi Z bisa kehilangan keterampilan penting untuk memahami isi bacaan, menelaah konteks, dan menganalisis informasi dari berbagai perspektif. Padahal, literasi mendalam adalah kemampuan yang sangat penting, khususnya di era di mana arus informasi begitu deras dan tak selalu dapat dipercaya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, AI sering kali menyajikan informasi yang terpersonalisasi berdasarkan preferensi dan kebiasaan pengguna. Ini menciptakan fenomena yang dikenal sebagai *filter bubble* atau gelembung informasi, di mana konten yang disajikan cenderung hanya sesuai dengan minat dan pandangan pribadi pengguna. Bagi Gen Z, yang sering kali mengandalkan AI sebagai sumber utama informasi, ini bisa menjadi penghalang dalam memperluas wawasan dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan menimbang isu-isu dari berbagai sudut pandang, yang merupakan komponen penting dari literasi yang mendalam.
Fenomena ketergantungan ini juga tampak dalam cara Gen Z menjalani pendidikan. Banyak siswa menggunakan AI untuk membantu menyelesaikan tugas, dari membuat ringkasan hingga mencari jawaban cepat. Meskipun ini sangat mempermudah, mereka sering kali tidak mendalami proses pembelajaran itu sendiri. Ketika AI menyediakan jawaban instan, proses belajar yang seharusnya melibatkan analisis, pemahaman, dan pengambilan kesimpulan menjadi terabaikan. Akibatnya, Gen Z berisiko hanya memahami informasi secara dangkal tanpa benar-benar memahami esensi atau dasar pemikirannya. Hal ini juga berdampak pada daya ingat dan kemampuan memahami materi dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Selain aspek pendidikan, ketergantungan Gen Z terhadap AI juga berdampak pada literasi media dan kemampuan memilah informasi yang akurat di tengah gempuran berita. Informasi yang disediakan AI tidak selalu akurat atau obyektif, dan ketika Generasi Z tidak terbiasa meneliti lebih jauh, mereka berisiko terpapar pada informasi yang salah atau bias. Hal ini tentu berbahaya di era di mana berita palsu (hoaks) dan misinformasi dapat menyebar dengan cepat dan memengaruhi opini publik. Literasi media dan kemampuan verifikasi informasi menjadi semakin penting, dan ketergantungan pada AI bisa membuat kemampuan ini menjadi lemah.
Namun, ketergantungan Gen Z pada AI tidak berarti mereka tidak memiliki potensi literasi yang kuat. Justru, dengan segala kemudahan yang ditawarkan, mereka memiliki peluang besar untuk mengembangkan literasi mereka dengan cara yang lebih luas dan efektif, jika mereka mampu menyeimbangkan penggunaan teknologi ini. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi Gen Z untuk tetap membangun kebiasaan membaca yang mendalam dan kritis. Salah satu caranya adalah dengan melatih kemampuan untuk mencari sumber informasi yang beragam, membaca lebih dalam, dan mengajukan pertanyaan kritis sebelum menerima suatu informasi.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi yang hidup di masa dengan kemajuan teknologi pesat, Gen Z memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak. Ketergantungan pada AI hendaknya disertai dengan kesadaran untuk tetap meningkatkan keterampilan literasi kritis. Membaca buku, mencari informasi dari sumber yang berbeda, dan berdiskusi dengan orang lain adalah langkah yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan literasi mendalam. Dengan cara ini, mereka bisa menghindari jebakan literasi dangkal dan tetap memiliki kemampuan berpikir kritis serta terbuka terhadap perspektif yang beragam.
Sebagai kesimpulan, ketergantungan Gen Z pada AI memang memberikan kemudahan dalam banyak aspek kehidupan, namun juga berpotensi melemahkan literasi kritis mereka jika tidak diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya literasi mendalam. Literasi yang baik bukan hanya soal akses cepat terhadap informasi, tetapi juga soal kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan memverifikasi informasi secara menyeluruh. Gen Z perlu menyadari bahwa, meskipun teknologi memberikan kenyamanan instan, literasi kritis tetaplah keterampilan dasar yang tak tergantikan untuk menghadapi tantangan dan kompleksitas masa depan.
ADVERTISEMENT