Frugal Living untuk Hadapi Resesi

Nailul Inayah
Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
28 Februari 2023 17:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nailul Inayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Frugal Living. Foto: Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Frugal Living. Foto: Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Kita telah memasuki tahun 2023, yang mana dunia telah memprediksi bahwa akan terjadi resesi global. Resesi tampak menyeramkan hingga seluruh negara di dunia diminta untuk tetap waspada, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kondisi resesi dapat ditandai dengan perekonomian yang lesu dan industri terancam bangkrut, yang mana juga akan menyebabkan pengangguran. Padahal sejauh ini Indonesia masih belum dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan, sehingga dengan adanya resesi akan memperburuk perekonomian Indonesia
Pada Januari lalu, Pak Jokowi mengemukakan bahwa dirinya optimis ekonomi Indonesia pada 2023 akan tetap tumbuh di atas 5 persen seperti halnya pada tahun 2022.
Meskipun demikian, kita sebagai masyarakat Indonesia tidak boleh lengah sedikitpun. Pemerintah juga akan menyiapkan dan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan sebagai antisipasi adanya resesi. Tugas masyarakat adalah turut serta dalam realisasi kebijakan tersebut. Adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat sangatlah dibutuhkan.
Sebelum resesi benar-benar melanda negara di seluruh dunia, Frugal Living dapat menjadi solusi persiapan adanya resesi, meski hal tersebut belum tentu terjadi dan berdampak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Frugal Living dapat berarti hidup hemat atau juga sangat hemat untuk tujuan keuangan tertentu. Dalam frugal living ini, mengharuskan seseorang untuk memiliki kesadaran penuh dalam mengalokasikan dana yang dimiliki, sehingga akan sangat protektif terhadap dana yang keluar. Dengan seperti ini, tiap individu akan memiliki jumlah tabungan yang banyak, sehingga mendorong investasi yang tinggi pula.
Frugal Living terlihat seperti keadaan yang mengekang, namun sebenarnya tidak seperti itu. Dalam kehidupan memang harus ada yang namanya budgeting, agar tidak terjadi bocor halus tanpa dirasa, tiba-tiba uang kita habis. Sebagai masyarakat yang notabene tidak dapat terlepas dari kegiatan ekonomi, harus mampu membagi pendapatan agar tetap bisa menabung.
Ketika seseorang lebih memilih untuk memasak di rumah dengan menu-menu sederhana yang menyehatkan daripada hidup hedon dengan suka membeli di luar, hal ini juga termasuk menerapkan Frugal Living.
Ilustrasi pasangan suami istri sedang berdiskusi tentang finansial rumah tangga. Foto: Shutterstock
Selain hal tersebut di atas, frugal living dapat dilakukan dengan cara seperti membeli barang ketika ada promo, membeli barang bekas namun dengan kualitas yang mirip, dan tidak tergila-gila dengan brand yang sedang marak dan dipatok dengan harga tinggi. Sebenarnya membeli barang karena tren juga merugikan kita, karena suatu saat juga akan turun popularitasnya, mereka elok dan dipuja-puja saat sedang marak saja. Lama kelamaan akan tergantikan dengan tren-tren baru. Lalu apakah kita akan selalu mengikuti tren yang tidak akan ada habisnya?
ADVERTISEMENT
Dari sisi mana Frugal Living membantu ketika adanya resesi?
Setelah benar-benar menerapkan Frugal Living, keuangan dapat longgar dan bisa direncanakan dan dialokasikan untuk tabungan dan investasi. Ketika sudah ada pendapatan yang disisihkan, maka tingkat kekhawatiran bisa menurun. Tabungan dan investasi menjadi jawaban untuk kemungkinan terburuk.
Misal ada PHK nantinya, masih dapat tenang dan berpikir jernih karena masih memiliki simpanan uang, dan upaya selanjutnya bisa untuk mendirikan UMKM dari simpanan tersebut. Selain itu, instrumen investasi juga berpengaruh terhadap pendapatan nasional suatu negara. Jadi perilaku tiap individu memiliki pengaruh terhadap perekonomian negara.