Representasi Alpha Female Sebagai Solusi Mencapai Women Empowerment

Na'imatus Sholikah
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
31 Mei 2023 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Na'imatus Sholikah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : https://get.pxhere.com/photo/silhouette-light-woman-sunset-sunlight-morning-dusk-love-evening-twilight-fresh-romance-darkness-backlighting-emotion-interaction-813406.jpg
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://get.pxhere.com/photo/silhouette-light-woman-sunset-sunlight-morning-dusk-love-evening-twilight-fresh-romance-darkness-backlighting-emotion-interaction-813406.jpg
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) yang diterbitkan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) setiap tahunnya. Di tahun 2023 ini, Komnas Perempuan mengungkapkan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi sepanjang 2022 adalah 457.895 kasus. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kendati demikian, kekerasan di ranah negara justru meningkat tajam dari tahun sebelumnya. Pengaduan kasus kepada Komnas Perempuan di tahun 2022 meningkat mencapai 4.371 kasus. Dan kekerasan berbasis gender (KBG) masih mendominasi aduan kasus. Angka KBG tertinggi berasal dari ranah personal yaitu mencapai 99 persen atau 336.804
ADVERTISEMENT
Fenomena ini menunjukkan masih maraknya penindasan terhadap perempuan. Perempuan kerap kali menjadi objek perlakuan semena-mena masyarakat, interaksi secara fisik yang mencederai psikis dan mental, interaksi sosial yang memberikan beban dan mendiskreditkan perempuan di banyak faktor, serta ketidakadilan dalam perlakuan di dunia kerja maupun dunia pendidikan adalah contoh nyata yang terjadi di masyarakat sampai saat ini. Akibatnya perempuan menjadi korban dan merasakan kerugian materil maupun moril.
Di tengah maraknya kasus yang menunjukkan masih berkembangnya ideologi patriakial. Saat ini telah banyak digaung-gaungkan istilah Alpha Female.
Siapa itu Alpha Female?
Mengutip dari buku yang berjudul The Alpha Girl’s Guide : Menjadi Cewek Smart, Independen, dan Anti-Galau yang ditulis oleh laki-laki yang bernama Henry Manampiring. Buku tersebut menjelaskan fenomena perempuan yang menginspirasi, memimpin, menggerakkan orang sekitarnya, dan membawa perubahan yang diangkat menjadi konsep alpha female. Singkatnya alpha female digambarkan sebagai sosok perempuan yang cerdas, percaya diri, dan independen. Istilah alpha female berbeda dengan independent woman seperti yang digaung-gaungkan oleh beberapa kalangan perempuan masa kini. Independent woman sudah pasti alpha female, namun alpha female belum tentu independent woman.
ADVERTISEMENT
Alpha female memiliki keberanian yang sama dengan alpha male dalam hal kerja keras dan lain sebagainya. Melalui prestasi dan kualitas dirinya, mereka dihormati dan disegani oleh perempuan lain. Perlu digaris bawahi juga, seseorang dapat dikatakan alpha female karena mendapat pengakuan dari orang lain bukan karena klaim dari dirinya sendiri.
Investasi terbesar bagi alpha female adalah wawasan dan ilmu pengetahuan. Ketakutan yang ada pada dirinya justru bukan perihal mode dan trend, melainkan soft skill. Masa depan yang serba tidak pasti, menjadi alasan mengapa upgrade diri itu sangat penting.
Alpha female juga bukan tipe karakter yang mudah didikte, apalagi dipengaruhi oleh perkataan orang lain terhadap dirinya. Seorang dengan tipe kepribadian ini selalu mempunyai tujuan dan impian hidup yang jelas. Mereka jarang sekali bersikap labil dalam menentukan keputusan. Kepercayaan diri yang tinggi akan selalu terpancar di setiap langkahnya. Dan hal ini membuat orang di sekelilingnya ikut terpengaruh, bahkan banyak yang menaruh perhatian kepadanya.
ADVERTISEMENT
Jika dianalisis dari perspektif women empowerment maka karakteristik alpha female ini memiliki kelebihan tersendiri untuk mencapai empowerment. Women empowerment atau pemberdayaan perempuan berarti memberikan perempuan hak, tanpa memandang gendernya. Hal ini menjadi aspek penting untuk melawan belenggu budaya patriarki yang tak kunjung hilang dan merupakan akar dari kekerasan berbasis gender, khususnya terhadap perempuan.