Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sehari Bersama Driver Limbah B3: Pahlawan Tak Terlihat di Balik Dunia Kesehatan
29 April 2025 23:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Siti Najah Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setiap hari, rumah sakit dan klinik memproduksi limbah medis yang tidak bisa dibuang sembarangan. Suntikan bekas, jarum infus, sarung tangan terkontaminasi, hingga sisa - sisa jaringan tubuh. Limbah ini dikenal sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), dan keberadaannya bisa menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat jika tidak ditangani dengan benar.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik sistem pengelolaan limbah medis yang kompleks, ada sosok - sosok yang jarang kita perhatikan yaitu para driver transporter limbah B3. Salah satunya adalah Pak Dul, yang telah mengabdikan dirinya selama 3 tahun di perusahaan pengangkutan Limbah B3 di Bekasi.
04.24 WIB – Hari Dimulai Saat Kota Masih Sunyi
Bagi Pak Dul, hari kerja dimulai jauh sebelum matahari terbit. “Saya bangun jam 3 pagi, karena harus siap berangkat jam 4. Biasanya kami mulai dari Klinik paling jauh, karena jarak tempuhnya jauh,” jelasnya sambil mengecek APD (Alat Pelindung Diri) yang harus lengkap sebelum naik ke truk khusus pengangkut limbah B3.
APD yang dikenakan tak main-main: masker, sarung tangan tebal, sepatu boots anti-slip, dan pakaian pelindung. Semua ini wajib untuk menghindari paparan zat berbahaya dari limbah medis.
ADVERTISEMENT
07.32 WIB – Protokol Ketat, Tidak Ada Ruang untuk Lengah
Setibanya di Klinik, Pak Dul tidak langsung mengangkut limbah. Ada prosedur ketat yang harus dilalui: pengecekan jenis limbah, pencatatan volume, hingga pengemasan ulang jika diperlukan. “Kalau limbahnya tidak dikemas sesuai aturan, kami tidak bisa angkut. Bahaya,” ujar Pak Dul sambil menunjukkan formulir manifest yang harus diisi sesuai regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Limbah yang diangkut bukan sekadar “sampah.” Ini adalah material berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi serius, luka bakar kimia, bahkan pencemaran lingkungan jika bocor atau tumpah. Setiap kontainer limbah diperlakukan layaknya kargo berisiko tinggi.
08.14 WIB – Jalanan Ramai dan Risiko Tak Terduga
Saat matahari mulai terbit jalanpun mulai ramai orang berangkat kerja. Pak Dul dan timnya harus memastikan rute yang diambil tidak melewati area padat penduduk, ramai dan kadang harus memutar jauh. Di tengah kemacetan ibu kota, Pak Dul & timnya tetap tenang dan fokus, sebab satu kesalahan kecil saja, misalnya rem blong atau wadah limbah bocor bisa berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
15.00 WIB – Tiba di Fasilitas Pengolahan
Setelah seluruh limbah dikumpulkan dari beberapa fasilitas kesehatan, truk akhirnya tiba di fasilitas pengolahan limbah B3. Di sinilah limbah akan diproses dengan teknologi khusus seperti autoclave, insinerator, atau metode stabilisasi.
Pak Dul tidak langsung pulang. Ia menunggu proses bongkar muatan, memastikan tidak ada kesalahan pencatatan, dan baru bisa kembali ke pool menjelang sore. Sesampainya di pool, Pak Dul langsung menyiapkan kembali dokumen yang akan digunakan untuk pengangkutan esok hari.
Pahlawan Tanpa Panggung
“Kadang sedih juga. Kami kerja berat, tapi sering dipandang sebelah mata. Orang pikir kami cuma driver biasa,” ungkap Pak Dul dengan senyum tipis.
Padahal, tanpa jasa mereka, limbah medis bisa mencemari sungai, meracuni lingkungan, bahkan menjadi sumber wabah. Mereka adalah garis depan yang tak terlihat. Pahlawan di balik dunia kesehatan yang bersih dan aman.
ADVERTISEMENT
Kita sering memuji dokter dan perawat atas kerja keras mereka. Tapi hari ini, mari luangkan sejenak untuk menghargai para Driver limbah B3, mereka yang memilih jalan sunyi demi menjaga kita semua tetap sehat.
Kesimpulan
Transporter limbah B3, khususnya para Driver seperti Pak Dul, memainkan peran vital dalam menjaga keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di balik rutinitas mereka yang penuh risiko dan protokol ketat, tersimpan dedikasi tinggi terhadap pekerjaan yang seringkali luput dari sorotan publik. Menghargai profesi ini bukan hanya soal apresiasi, tapi juga bentuk kesadaran bahwa pengelolaan limbah medis adalah bagian tak terpisahkan dari sistem kesehatan yang berkelanjutan.