Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
13 Bacaan Paling Bermakna di 2022 dan Kutipan Favorit Saya dari Buku-Bukunya
31 Desember 2022 12:57 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mencari buku, berbeda dengan membeli barang atau memilih jasa. Karena waktu adalah harta yang luar biasa, maka saya selalu yakin, menemukan buku dan menghabiskan hari untuk membaca adalah kesempatan menambah pengalaman berharga dalam hidup dengan cara yang paling mudah sekaligus paling tak boleh disia-sia. You are what you read, sepertinya sama benarnya dengan “you are what you eat” :)
ADVERTISEMENT
Perjanjian antara pembaca dengan buku yang disukainya, baru tuntas ditunaikan setelah bacaan tersebut diteruskan pada orang berikut yang akan ikut menikmatinya. Dengan kesadaran penuh akan kewajiban saya sebagai pengapresiasi karya berkualitas, berikut belasan pilihan yang saya rekomendasikan dan kutipan dari bukunya, yang mudah-mudahan memantik keinginan membaca:
1. These Precious Days oleh Ann Patchett
Penulis kesukaan, yang novel sebelumnya sudah pernah masuk daftar tahunan saya. Koleksi esainya kali ini, terasa sangat “pribadi” - pernikahan dan kematian, juga perjalanan karier dan covid 19, digambarkan dengan dalam sekaligus ringan. Bagian yang paling berbekas untuk saya adalah deskripsinya tentang persahabatan - precious indeed - semua hari yang kita lewatkan dengan orang-orang yang menghangatkan.
“People want you to want what they want. If you want the same things they want, then their want is validated. If you don’t want the same things, your lack of wanting can, to certain people, come across as judgment”
ADVERTISEMENT
2. I am Glad My Mom Died oleh Jennette Mc Curdy
Buku ini direkomendasikan Nihlah untuk saya, setelah saya “judge the book (harshly and briefly 😁) tentang judulnya. Pengalaman saat membacanya, dan bahkan berminggu-minggu setelahnya adalah salah satu pengalaman emosi paling intens yang pernah saya rasakan tentang topik hubungan anak dengan orang tua dan pengakuan artis cilik yang sejujur-jujurnya. Buku yang meninggalkan patah hati sekaligus wawasan lebih tentang humor sebagai mekanisme coping diri.
“I don’t like knowing people in the context of things. "Oh, that’s the person I work out with. That’s the person I’m in a book club with. That’s the person I did that show with." Because once the context ends, so does the friendship”
ADVERTISEMENT
3. My Italian Buldozer oleh Alexander McCall Smith
Buku yang digerakkan buldozer dengan damai, lewat cara bercerita yang khas McCall Smith. Membacanya terasa seperti meditasi - menenangkan sekaligus memperkaya indera, mengurai kompleksitas hubungan manusia (termasuk cinta).
“There was always injustice in any border, in anything. You drew a line and there was always somebody just on the other side; on one side of an arbitrary line there could be happiness and prosperity, on the other misery. But he did not say this.”
4. Rest: Why You Get More Done When You Work Less oleh Alex Soojung-Kim Pang
Overwork is not normal. Argumen empiris lewat penelitian neurosains, yang tidak membuat berkerut atau hidup lebih rumit, tapi mendorong aksi bersama untuk rehat sekaligus perubahan cara pandang masyarakat. Jenis buku non fiksi yang selalu saya pilih, karena berguna buat pribadi, dibahas di keluarga, juga sesama di profesi.
ADVERTISEMENT
“When we treat workaholics as heroes, we express a belief that labor rather than contemplation is the wellspring of great ideas and that the success of individuals and companies is a measure of their long hours.”
5. Trust oleh Hernand Diaz
Novel dengan pesan dan percakapan berlapis, ilusi tentang uang sebagai sumber keberuntungan dan kepedihan dari narator-narator yang penuh ironi. Karya terbaik Diaz sejauh ini, yang menyuguhkan ledakan-ledakan bagi pembaca tentang mana dan siapa yang bisa dipercaya.
“Intimacy can be an unbearable burden for those who, first experiencing it after a lifetime of proud self-sufficiency, suddenly realize it makes their world complete. Finding bliss becomes one with the fear of losing it. They doubt their right to hold someone else accountable for their happiness; they worry that their loved one may find their reverence tedious; they fear their yearning may have distorted their features in ways they cannot see. Thus, as the weight of all these questions and concerns bends them inward, their newfound joy in companionship turns into a deeper expression of the solitude they thought they had left behind.”
ADVERTISEMENT
6. Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other oleh Shery Turkle
Dimensi psikologis sekaligus sosiologis dari kemajuan teknologi. Kalau Anda seperti saya, ingin tahu lebih banyak tentang hasil robot atau AI, buku ini - walau gaya penulisannya setengah memoir karier, setengah novel dan setengah perspektif peneliti - akan berguna sekali sebagai pemantik eksplorasi.
“Texting offers just the right amount of access, just the right amount of control. She is a modern Goldilocks: for her, texting puts people not too close, not too far, but at just the right distance. The world is now full of modern Goldilockses, people who take comfort in being in touch with a lot of people whom they also keep at bay”.
ADVERTISEMENT
7. Poems that Make Grown Women Cry, editor: Anthony Holden
Antologi ini saya baca tanpa ekspektasi tinggi, semata-mata karena buku pertama di serinya (Poems that Make Grown Men Cry) memperkenalkan saya pada banyak puisi yang sebelumnya tak pernah saya nikmati. Koleksi pilihan perempuan-perempuan dari beragam latar belakang ini, sebagian sudah cukup saya kenali, sebagian yang lain jadi kejutan indah dan menempel di memori.
“A boat beneath a sunny sky,
Lingering onward dreamily
In an evening of July -
Children three that nestle near,
Eager eye and willing ear,
Pleased a simple tale to hear -
Long has paled that sunny sky:
Echoes fade and memories die,
Autumn frosts have slain July.
ADVERTISEMENT
Still she haunts me, phantomwise,
Alice moving under skies
Never seen by waking eyes.
Children yet, the tale to hear,
Eager eye and willing ear,
Lovingly shall nestle near.
In a Wonderland they lie,
Dreaming as the days go by,
Dreaming as the summers die:
Ever drifting down the stream -
Lingering in the golden gleam -
Life, what is it but a dream?”
~ Life is but a Dream , Lewis Carroll, 1865
8. Breaking Ranks: How the Ranking Industry Rules Higher Education and What To Do About It oleh Colin Diver
Siap Kuliah, salah satu layanan dari Sekolah.mu yang kami kembangkan tahun ini, membuat saya belajar (lagi) tentang banyaknya miskonsepsi yang masih ada berkait proses pemilihan perguruan tinggi. Salah satu yang paling merugikan murid dalam proses ini adalah university ranking yang penuh “manipulasi”. Penekanan tentang gengsi dan pedigree, jadi dasar utama aplikasi tanpa mengindahkan nilai akademik serta ketidakadilan bagi kelompok yang butuh afirmasi. Data dan analisa di buku ini, merangkum banyak hal yang perlu lebih dipahami oleh semua pendidik di rumah maupun di sekolah. Walau konteksnya tentang kampus-kampus dan publikasi korporasi di Amerika, situasi serupa juga saya temui di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“They still insist that they can compose a single list of schools, presented sequentially from best to worst, based on a multivariate formula that conceals massive arbitrariness under a veneer of statistical rigor”.
9. The Hero of This Book oleh Elizabeth McCracken
Perjalanan ke London, penerimaan duka akan kematian ibu seorang penulis yang membawa kita melewati begitu banyak ruang dan waktu. Kalimat-kalimat McCracken punya kelancaran dan kekuatan langka, yang di benak pembaca selalu terasa “utuh”.
“Watch out for safety. It will make you no longer yourself, only an object shaped that way.”
10. How to Read Now oleh Elaine Castillo
Buku tentang menulis dan membaca, hampir selalu ada di daftar tahunan saya. Kali ini, polemik politik dan etik tentang membaca, yang meredefinisikan makna kuasa sekaligus membara dari halaman pertama sampai terakhirnya - meninggalkan banyak sekali pertanyaan lanjutan bagi saya.
ADVERTISEMENT
“(T)he idea that some of us can simply opt out of politics—the idea that politics is something one chooses as a vocation, rather than something we have whether we choose it or not; something that encompasses the inevitable material realities that shape every atom of our lives: where we live, how we work, our relationship to justice—is a fantasy of epic proportions. This kind of nonpolitical storytelling—and the stunted readership it demands—asks us to uphold the lie that certain bodies, certain characters, certain stories, remain depoliticized, neutral, and universal.”
11. Laut Bercerita oleh Leila S. Chudori
Mahasiswa dan masa orde baru, aparat dan khianat, buku ini adalah catatan tentang era yang sangat dekat. Membahasnya dengan murid-murid generasi Z, menguatkan tekad saya bahwa novelis seperti Mbak Leila dan karya-karya sastra, adalah cahaya yang perlu terus kita jaga.
ADVERTISEMENT
“Sudah. Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.”
12. Fight Like Hell: The Untold Story of American Labour oleh Kim Kelly
Perjuangan dan sejarah manusia yang bukan cuma sekadar angka tapi unik dan keras bersuara. Buku ini adalah salah satu yang terpilih karena saya awam tentang topiknya, walau bersinggungan tak langsung dalam banyak sisi kehidupan kita.
Jurnalisme yang progresif, memang sesuatu yang sangat relevan kita refleksikan bersama, terutama setelah “great resignation” yang muncul sebagai dampak wabah.
“Someone had to be the first, and now the next group of workers who decide to take a moonshot of their own and go to toe-to-toe with a giant will get even closer. That’s how we’ve gotten here, and how we know there is still so much farther to go. It’s the constant work of progress and revolution, tgat constant pushing forward, farther, and farther still. It’s the unfinished business of centuries of fighters and thinkers and dreamers; each subsequent generation brings us just a little bit closer, until we can finally see liberation in the distance just ahead”
ADVERTISEMENT
13. Liberation Days: Stories oleh George Saunders
Karakter-karakter, alur yang dibangun dan konflik yang diselesaikan lewat narasi Saunders di buku ini, setelah hampir sepuluh tahun tidak mempublikasikan kumpulan cerita pendeknya, benar-benar istimewa. Terasa lebih “gelap” dari karya-karya sebelumnya, tetapi tetap witty dan lucu, penuh nuance dan kadang ambigu.
“It did not seem (and please destroy this letter after you have read it) that someone so clownish could disrupt something so noble and time-tested and seemingly strong, something that had been with us literally every day of our lives. We had taken, in other words, a profound gift for granted. Did not know the gift was a fluke, a chimera, a wonderful accidental of consensus and mutual understanding”.
ADVERTISEMENT