Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Kegagalan Saya dalam Menulis dan Berbicara, yang Mungkin Memicu Salah Kaprah
9 Januari 2023 18:55 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya menulis dan hadir berbicara di forum dengan rutin, karena paham bahwa pendidikan selalu berkait konsep yang kompleks, dan seringkali perlu dipelajari berulang kali. Dalam refleksi tentang berbagai karya dan kerja di akhir 2022, saya menemukan banyak sekali kekurangtepatan atau kekuranglengkapan paparan saya.
ADVERTISEMENT
Dari pertanyaan atau pembahasan lanjutan, saya tahu terlepas dari intensi saya, justru beberapa istilah atau kata kunci yang sering dipakai, menimbulkan miskonsepsi. Mohon maaf, ya, dengan semangat baru di 2023, berikut beberapa hal yang perlu saya klarifikasi (beberapa kali) lagi :)
Setiap kali saya bercerita tentang “tidak ada orang tua yang sempurna”, ada saja yang beranggapan bahwa ini sikap “pasrah pada takdir” karena kita tidak bisa memilih orang tua maupun anak kita, juga tak bisa memutar masa lalu tentunya. Sesungguhnya, pesan ini saya pilih sampaikan terus menerus, untuk menumbuhkan optimisme bahwa pengasuhan adalah proses belajar mencintai dengan lebih baik setiap hari.
Bukan sekadar berusaha, kita juga perlu tetapi menyadari bahwa ada jebakan mitos yang membuat kita merasa harus mengontrol anak untuk mencapai definisi ideal kita. Selama ini, jangan-jangan, ambisi, prediksi dan kondisi kita pada anak-anak, titik toloknya lebih banyak sudut pandang dan kepentingan orang tua. Target-target “menjadi sempurna” atau “mencapai potensi yang seutuhnya” ini, secara tak sadar mungkin justru saya kuatkan sebagai “ahli”.
ADVERTISEMENT
Dampaknya, membuat ayah dan ibu punya rasa takut dalam menjalankan perannya, karena realita pengasuhan tak 100% sejalan dengan harapan kita. Keinginan mengendalikan dan situasi ketakutan memunculkan berbagai emosi dominan (marah, khawatir, ingin dipuji atau tak enakan) yang semakin menguatkan tekanan pada anak dari orangtuanya yang lagi-lagi reaktif pada proses internalnya, bukan berespons dengan sensitif pada keunikan dan kebutuhan anaknya.
Merefleksikan di mana orang tua berada saat ini dan merayakan di mana anak berada saat ini seharusnya meningkatkan efektivitas kita sebagai pengasuh pertama dan utama. Orang tua yang sadar bahwa dirinya tidak sempurna, melihat pengasuhan sebagai proses belajar dua arah untuk saling menerima dan berdaya bersama anak-anaknya. Jadi, kalau dengar atau baca “tidak ada orang tua yang sempurna” di kesempatan berikutnya, pastikan hal ini memantik keyakinan bahwa kita perlu saling mendukung dalam perjalanan keluarga kita.
ADVERTISEMENT
Pengasuhan adalah urusan bersama karena saya yang tidak sempurna, sama seperti Anda yang tidak sempurna, butuh melawan mitos, memengaruhi budaya, meningkatkan pengetahuan, mengelola emosi dan rentetan aksi lainnya untuk mengubah perilaku kita ke seluruh anggota keluarga.
Istilah “Kompetensi Masa Depan” juga salah satu yang amat sering memancing kesalahpahaman. Ada anggapan misalnya, bahwa kompetensi berarti keterampilan yang diperlukan dalam vokasi atau hasil pembelajaran yang sifatnya psikomotorik dan dapat diobservasi. Padahal istilah kompetensi selalu saya gunakan untuk menggambarkan capaian pendidikan multidimensi yaitu pengetahuan dan pemahaman, sikap dan keterampilan, juga aksi.
Kata “masa depan” di istilah ini juga bukan berarti keterampilan yang harus dilatih nanti atau baru bisa diamati setelah anak mendapat ijazah, tetapi justru diharapkan meningkatkan konsistensi untuk terus melakukan praktik-praktik kunci yang perlu ditumbuhkan sejak usia dini.
ADVERTISEMENT
Menjadi guru atau pengelola lembaga pendidikan yang punya cita-cita agar muridnya kompeten, berarti memahami bahwa kompetensi butuh pembiasaan sekaligus umpan balik yang sifatnya “instan” di saat tercepat, bukan evaluasi tertunda yang memberi label “belakangan” bahkan mengejutkan untuk sang murid sebagai capaian.
Tujuan kompetensi masa depan juga bukan berarti tidak ada rumus yang perlu dihafalkan atau tidak ada ujian, sebaliknya juga bukan berarti semua pembelajaran harus berdasarkan proyek jangka panjang dalam kelompok yang lintas peminatan. Kalau kedua contoh ini sering saya gunakan sebagai contoh kurang baik dan lebih baik, itu semata-mata karena saya percaya bahwa proporsi jenis kegiatan pertama sudah berlebihan di ekosistem ini, sementara cara kedua masih jarang sekali muncul di kelas kita sehari-hari. Guru punya otonomi profesi untuk mendesain variasi yang disesuaikan dengan tahapan anak.
“Berpihak kepada anak” bukan melakukan segala sesuatu bagi anak untuk “mencetak”nya sesuai standar tertentu, atau memiliki asumsi yang seragam tentang start awal serta garis finish bagi mereka yang beragam.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak kesempatan, saya digugat bahwa prinsip berpihak kepada anak bertentangan dengan keberpihakan pada guru atau orang dewasa dalam ekosistem pendidikan. Padahal, dengan keyakinan saling percaya antar pemangku kepentingan, berpihak pada anak adalah upaya menegaskan posisi kita semua untuk terus mengadvokasi akses, kualitas dan kesetaraan untuk semua dan setiap anak.
Menjadi pemangku kebijakan yang berpihak pada anak misalnya, bukan berarti hanya menyediakan akses bagi yang terpilih lolos seleksi, bukan juga hanya mengimbau orang tua untuk terlibat meningkatkan kualitas dukungan di rumah padahal tahu bahwa tidak semua anak terlahir di keluarga yang punya aspirasi pendidikan yang tinggi. Keberpihakan pada anak dibuktikan di saat sistem dan proses kita (termasuk misalnya kompetensi guru atau anggaran belanja negara) berhasil mengurangi pengaruh dari faktor-faktor pembeda seperti gender atau sosial-ekonomi dalam pencapaian prestasi (maha)siswa.
ADVERTISEMENT
Masih punya keingintahuan atau mengidentifikasi ketidaksingkronan yang ingin diperdebatkan tentang 3 istilah ini?
Ditunggu komentarnya ya! Saya belajar memperbaiki narasi dan elaborasi dari semua diskusi.