Merdeka Belajar: Budi Dr. Soetomo*

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
20 Mei 2017 7:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi isi tulisan (Foto: ESK)
'Kompetisi Bukan Konkurensi atau Pertandingan Bukan Persaingan' adalah salah satu tulisan Dr. Soetomo yang menekankan bahwa cara terbaik bagi setiap orang adalah bekerja sesuai bidangnya untuk kepentingan umum, sekaligus demi memperjuangkan kemerdekaan dan kemuliaan bangsa.
ADVERTISEMENT
Indonesia Raya bukanlah kata atau tulisan belaka bagi Dr. Soetomo.
Bersama-sama teman kuliahnya di STOVIA, Soebroto—nama lahir Dr. Soetomo—mendirikan perkumpulan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Lewat pengalamannya terjun langsung sebagai dokter di berbagai daerah (Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, dan Malang), beliau memahami bahwa merdeka saja tidak cukup bila rakyat tidak sejahtera.
Banyak tulisannya ditujukan kepada golongan priyayi dan terpelajar agar turut memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan. Melalui klub belajarnya ISC (Indonesische Study Club) sewaktu melanjutkan studi di Belanda, beliau berhasil memulai pendirian sekolah, bank, dan koperasi.
Bagi Dr. Soetomo, perjuangan tidak hanya dengan orasi dan konsolidasi di politik. Dibutuhkan perjuangan dalam bentuk kerja keras dan karya nyata di pendidikan, ekonomi, dan sosial untuk menuju Indonesia Mulia.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kebesaran namanya sebagai pemimpin dan nama Budi Oetomo, kita bisa melihat persamaan perjuangannya dengan tantangan yang kita hadapi saat ini, 72 tahun setelah kemerdekaan.
Banyak sekali perdebatan mengenai cara pendidikan "menuju warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab". Namun yang perlu disadari, pencapaian tujuan ini adalah kombinasi dari begitu banyak faktor di luar sekolah—keluarga, profesi, media, dan masyarakat.
Bagi anak-anak kita, proses menjadi Indonesia, mengharuskan keterlibatan aktif saat ini, terpenuhi hak dasarnya, namun juga berlatih bertanggung jawab dalam berbagai konteks.
Anak-anak bukanlah citizen in waiting, mereka adalah warganegara di saat ini. Apa yang mereka amati dan alami secara sosial, budaya, maupun politik; di sekolah, rumah, maupun lingkungan menjadi penentu utama masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Saat ini, narasi tentang usaha dan kerja adalah cerita yang sering kali hilang dalam percakapan pendidikan kita mengenai Indonesia. Pelajaran kita dipenuhi cerita kesuburan dan keindahan yang tentunya merupakan bagian yang penting dari Nusantara. Namun, kita kekurangan cerita tentang perjuangan yang mendahuluinya; semangat menghadapi risiko dan mengatasi tantangan.
Keragaman adalah karakter penting Indonesia, namun bukan bagian besar dari apa yang sering diceramahkan di dalam kelas. Kita kekurangan kesempatan mengalami keragaman sebagai keunikan dan kekuatan. Anak-anak kekurangan latihan untuk melangkah lebih jauh dari "sekadar" mengapresiasi dan bertoleransi secara pasif.
Ini mengapa Dr. Soetomo menjadi penting, terus berusaha dan bekerja dengan cara-cara mulia adalah benang merah dari hidupnya. Kebangkitan Indonesia yang dibayangkannya adalah setiap insan berkontribusi sesuai fungsi dan perannya, layaknya musik gamelan yang serasi.
ADVERTISEMENT
Pesta Pendidikan diselenggarakan sebagai salah satu cara merayakan kebangkitan nasional, karena kita merayakan praktik baik yang selama ini telah dilakukan dalam ekosistem pendidikan Indonesia.
Pesta Pendidikan menumbuhkan publik yang terus berdaya dengan belajar dari pengalamannya, bergerak melakukan sesuatu dan memberi makna pada setiap orang. Semua murid semua guru, mudah diingat, namun tidak mudah diwujudkan.