Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Semua Murid Semua Guru: Cinta untuk Keluarga yang Tidak Sempurna
29 Juni 2018 1:59 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga tidak pernah terjadi tanpa proses berbulan atau bertahun lamanya. Namun, ajaibnya, cinta pada keluarga seolah terjadi seketika.
ADVERTISEMENT
Saat menggendong dan menatap anak untuk pertama kalinya--baik yang dilahirkan dari rahim ibu kandungnya, maupun yang diadopsi setelah menunggu berbagai syarat administrasi--rahmat cinta ditetapkan dalam hati setiap orang tua.
Saya seringkali berkata, orang tua jatuh cinta bahkan sebelum anaknya hadir di dunia. Kalau tidak, mana mungkin begitu banyak (calon) orang tua berjuang keras melewati proses bayi tabung, berusaha dalam kehamilan yang bermasalah, atau merindukan janinnya yang lahir tanpa nyawa.
Keluarga adalah tentang mencari cara, kapanpun sepanjang masa. Cinta dalam keluarga selalu berkait dengan rasa percaya. “Mau dibawa ke mana? Mau jadi apa?” bukan hanya pertanyaan di awal hubungan, tetapi bagian dari hubungan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Setiap anak punya kebutuhan khusus yang berbeda. Sebagian anak mengalami kesulitan, sementara sebagian di antaranya memiliki perbedaan yang melekat selamanya. Lambat berbicara atau diagnosa diseleksia, perlu diberitahu berkali-kali, atau menjadi tuli sejak dini.
Peran sebagai orang tua adalah ujian yang hanya bisa dilalui dengan harapan “yang berlebihan”. Kita bisa memelihara curiga dan putus asa, atau yakin dan memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba. Dari sekadar menyeberang jalan atau mencoba naik sepeda, sampai menetapkan jurusan dan mencari beasiswa untuk menjadi sarjana.
Keluarga adalah tentang lompatan bersama, mengingat impian, tinggi, dari manapun titik toloknya.
Cinta dalam keluarga sendiri seringkali lebih sulit dipahami dibanding skenario seri televisi. Suami yang pulang ke rumah dengan cemberut seolah ia menanggung beban seluruh semesta, sementara istri menunggu giliran berbagi cerita.
ADVERTISEMENT
Mertua yang ikut campur dalam pengambilan keputusan--dari mulai soal perabotan sampai memanjakan cucu. Perselisihan yang berujung perceraian, rebutan mainan yang diselingi teriakan, sakit berkepanjangan. Konflik dalam keluarga, dalam berbagai skala, tidak berkesudahan.
Hanya orang-orang naif yang berpikir bahwa krisis tidak mungkin terjadi dalam keluarganya. Krisis adalah keniscayaan, lolos darinya adalah pilihan.
Cinta sejati adalah tempat teraman dan ternyaman untuk ekspresi dan eksplorasi. Percobaan dan penemuan adalah bagian dari pertumbuhan dan pengasuhan. Tidak ada orang tua dan anak yang menemukan formula ajaib untuk menyelesaikan semua persoalan.
Orang tua harus berusaha memahami arti tangisan dan kapan anak perlu pelukan sejak awal kelahiran. Setelah itu, harus pula memilihkan sekolah, hingga mengendalikan emosi saat marah dan lelah. Atau dalam kasus tertentu, orang tua juga harus memahami anak tiri yang baru dikenali di masa remaja dan dibesarkan dengan pola asuh yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Belajar seiring waktu menjadi kunci, karena melarikan diri atau mencoba menukar dengan anak tetangga yang lebih mandiri, tentunya bukan solusi. Keluarga adalah tentang tidak takut salah, bagaimanapun situasinya.
Cinta seyogyanya menjadi sesuatu yang dirindukan.
Hubungan memang tidak terjadi secara instan, tapi sebagaimana pohon yang butuh perawatan, kita semua akan menuai apa yang kita tumbuhkan. Semoga tawa dan canda, bukan pura-pura atau cemburu buta, yang mengikat kita.
Keluarga adalah tentang asyik bermain bersama, tetap gembira meskipun tim sepak bola Jerman kalah di piala dunia (maaf ada selipan curhat saya yang masih terbawa kecewa).
ADVERTISEMENT
Saya terus belajar dan membuktikan bahwa dalam keluarga, yang diwariskan bukan harta, yang diperebutkan bukan citra.
Tidak ada definisi yang bisa menghakimi satu keluarga lebih bahagia dari yang lainnya. Entah berdua bersama pasangan saja, berdua bersama anak dalam situasi orang tua tunggal, maupun berduapuluh dalam keluarga sambung dan campur.
Kita semua berkeluarga--baik pernah atau masih menjadi anak, baik sudah atau akan punya anak. Istilah asli dan tiri, berdasar darah atau akta, bukan pertandingan yang pantas dibandingkan, bukan keputusan yang harus disembunyikan.
Berkeluarga adalah pilihan harian untuk menunjukkan tanda cinta pada orang-orang penting di sekitar kita. Tidak sempurna, tidak masalah. Selamat Hari Keluarga, 29 Juni 2018. Semoga restu dari Yang Maha Kuasa menjadi teman perjalanan kita, semua dan setiap keluarga Indonesia.
ADVERTISEMENT
#keluargakita #mencintaidenganlebihbaik #pengasuhanadalahurusanbersama #semuamuridsemuaguru