news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Semua Murid Semua Guru: Sumpah Pemuda Zaman Now

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
28 Oktober 2017 21:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tiga sumpah yang diucapkan di 1928 hari ini dirayakan oleh sebagian kita, sementara buat begitu 80 juta pemuda Indonesia percakapannya tidak selalu bermakna. Upaya menumbuhkan dorongan patriotisme, memang tidak pernah sederhana, pendidik seringkali harus berupaya dengan berbagai cara.
ADVERTISEMENT
Mendengar Sumpah Pemuda Pertama, pengakuan tumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, bisa berarti begitu banyak hal yang berbeda. Tidak semua pemuda merasakan akar dan warisan budaya. Kepemilikan pada tanah air yang sebenarnya bagian dari fitrah, seringkali dimatikan oleh indoktrinasi instan dan identitas sebatas permukaan. Pemuda masa kini, perlu merayakan adat tidak hanya sebagai ritual yang memperkuat citra diri. Menggali tradisi hingga menggunakan karya dalam negeri adalah wujud esensial kepedulian pada kepentingan negeri dan bukan hanya diri sendiri.
Mendengar Sumpah Pemuda yang Kedua, pengakuan akan bangsa yang satu, bangsa Indonesia, bisa mendorong pembelajaran tentang manusia di sekitar kita. Syaratnya, kita bersedia merajut ulang apa yang selama ini kita percaya tentang sejarah dan sesama. Bangsa yang di buku pelajaran digambarkan sebagai surga khatulistiwa yang penuh kegotongroyongan, sesungguhnya punya begitu banyak tantangan konflik antar golongan yang tidak biasa dibicarakan, resiko penyeragaman yang bisa mematikan keunikan orang. Pemuda masa kini, perlu memahami cerita tentang bangsa yang multidimensi. Menutupi potensi masalah, menafikan kesempatan perubahan, sama seperti membakar rumah kita bersama.
ADVERTISEMENT
Mendengar Sumpah Pemuda Ketiga, pengakuan tentang bahasa yang satu, bahasa Indonesia, semestinya mendorong kita untuk terus mempertanyakan apa yang kita perjuangkan bersama. Bahasa yang satu melambangkan lebih dari rangkaian kosa kata yang diperkaya dan dimaknai sama. Di saat penerimaan bahasa Indonesia sudah terjadi tanpa syarat dalam kehidupan sehari-hari, persatuan “bahasa” di masa depan Indonesia seperti definisi keadilan dan anti korupsi masih banyak dipertentangkan di penjuru Nusantara. Pemuda masa kini, penting mendapatkan pendidikan yang bertujuan menghasilkan janji untuk berkontribusi bagi demokrasi.
Belajar tentang Sumpah Pemuda, bukan cuma belajar betapa luar biasanya gelora. Mari membantu setiap pemuda di sekeliling kita menjawab pertanyaan untuk dirinya, aku mau jadi apa. Menjawab pertanyaan besar tentang diri sendiri, jadi kunci merumuskan sumpah setia untuk berbakti yang dikumandangkan setiap pribadi dengan sepenuh hati.
ADVERTISEMENT